Eps.25 - Night Together

936 161 294
                                    

Sebelum salah satu di antara kami buka suara, Orion menyahut. "Kalau bingung, kalian bisa bareng Yudis dan Agil aja naik mobil. Terus biar Ayya sama gue naik motor."

Orion mengusulkan, lagi-lagi dengan nada santai.

Untuk kesekian kalinya, aku bersama Decha, Erin dan Vinny saling melempar tatapan satu sama lain.

"Kalian lemot. Apa sih yang kalian pikirkan?" Yudis bersuara, menghela napasnya pelan. "Kalian tuh berlagak seolah-olah kita ini pembunuh berdarah dingin."

Omongan Yudis ada benarnya juga, melihat gelagat ketiga sobatku yang memasang raut curiga.

"Gimana guys ? Lagian niat mereka baik kok." Aku mencoba menerima usulan tersebut.

"Tapi kalian harus anterin kita sampai di depan rumah." Decha berkata tegas.

"Siapa takut?" Yudis menjawab santai. "Ayo kita cabut!" Lalu tanpa kata lagi, Yudis melangkah santai menuju ke tempat parkir.

Kami semua mengikuti jejaknya. Dan aku melihat Yudis memasuki sebuah mobil yang satu-satunya terparkir gagah di antara banyaknya kendaraan roda dua.

"Ya udah deh, kita duluan ya." Dengan malas-malasan, Erin dan Vinny memasuki pintu penumpang yang dibukakan oleh Agil.

"Ay, sampaikan makasih gue buat Miko ya, nggak nyangka dia baik banget sampai traktir kita segala." Sebelum menyusul Erin dan Vinny yang sudah duduk di dalam mobil, Decha menyempatkan diri berbicara denganku.

"Pasti, Cha, gue bakal sampaikan itu buat Miko," tukasku, seraya memegang kedua tangan Decha.

"Dan satu lagi." Decha menatapku lekat-lekat. "... lo nggak apa-apa kita tinggalin?"

Aku bisa melihat ekor mata Decha mengarah ke Orion, lalu kembali melanjutkan, "Gue cuma-"

"Tenang aja. Dia aman kok sama gue." Orion sengaja memotong ucapan Decha, membuat cewek tersebut merengut sebal.

Aku tertawa samar. "Iya, Decha. Gue nggak apa-apa, beneran. Udah gih masuk."

Setelah melihat keyakinan di sudut mataku, akhirnya Decha masuk ke dalam mobil Yudis. Selanjutnya, Yudis dan Agil melakukan salam perpisahan dan berjabat tangan dengan gaya adu tinju kepada Orion. Tak lama kemudian, keduanya menghilang di balik pintu mobil, sebelum akhirnya pelan-pelan SUV tersebut meluncur di atas jalanan untuk meninggalkan area parkiran.

"Gue harap kita semua bisa jadi teman." Aku mendengar Orion berkata di sisiku. Sementara mataku masih fokus menatap kepergian mobil tersebut.

"Yeah, semoga aja ya, Yon. Tapi gue melihat ketidakcocokan antara temen-temen gue sama temen-temen lo."

"Gue nggak bisa bayangin mereka di dalam mobil kayak apa. Pasti cuma diam-diaman doang." Orion terkekeh, membuatku refleks menoleh ke arahnya. Malam ini, cowok itu mengenakan jaket denim warna hitam dengan kaos putih yang polos di dalamnya. Kontras dengan diriku yang hanya memakai jaket hoodie kebesaran dan celana jeans hitam yang sudah lusuh. Tanpa sadar, aku masih menatapnya tanpa berkedip.

"Ayya!"

Suara Orion segera menyentakku. Astaga, aku memang selalu seperti ini. Buru-buru aku membuang muka ke tempat lain.

"Gue suka deh."

Aku menoleh dengan pelan. Jantungku kembali berdetak dengan kecepatan penuh. Tenang, tarik napas dan keluarkan secara perlahan. "Su-suka apa?"

"Gue suka lihat lo pakai hoodie kebesaran gini. Jadi kelihatan lucu dan gemesin." Orion tertawa renyah setelah mengatakannya. Seolah hal tersebut membuat desiran pada hatinya.

Be My Miracle Love [End] ✔Where stories live. Discover now