Eps.37 - Thank You, Dear

795 126 289
                                    

"Ayya!" Aku mendongak ke sumber suara dan mendapati Orion berdiri di depanku. Seketika itu juga, aku dan Miko segera berdiri.

"Hai, Yon, udahan rundingannya?" tanyaku, berusaha mengulas senyum di tengah keterkejutan. Ya, aku terkejut lantaran Orion memasang wajah masam.

Orion melirik jam yang melingkari pergelangan tangan, lalu menjawab dengan singkat. "Udah."

Aku bisa melihat kilatan mata Orion mengarah ke Miko. Tentu saja Miko menunduk dalam-dalam ditatap tajam oleh Orion bak elang yang siap menerkam mangsa. Aduh Miko, kenapa dia bersikap lebih cupu dariku sih?

"Hei, kok lo diam aja. Habis ngobrolin apa sama Ayya?" tanya Orion kepada Miko, tidak ramah, namun juga tidak mengintimidasi.

Aku yang segera membuka suara. "Ehm Yon, nanti gue ceritain deh ya."

Orion melirikku dengan raut curiga. "Tapi harus jujur ya."

Tak bisa menahan seringai senyum, aku mengangguk mantap. Baiklah, apa salahnya jujur dengan semua ini.

"Ayya, lo mau balik sama dia?" tanya Miko kepadaku.

"Ya iyalah, bro. Lo tahu? Sekarang Ayya itu pacar gue. Oke, gue bukannya cemburu sama lo, secara lo kan cuma cowok absurd bermuka mirip bajaj yang jelas-jelas bukan level gue buat jadi rival cemburu, hanya saja, gue merasa perlu nekanin status hubungan gue sama Ayya supaya lo nggak berani berbuat jahat atau macam-macam sama Ayya. Karena, bakal selalu ada pacarnya di samping dia."

Triple O em ji, benarkah itu suara Orion? Kenapa sangat menyakitkan di telingaku, bagaimana dengan telinga Miko? Pasti temanku itu sedang menahan rasa sakit yang membuncah di dadanya. Oke, mungkin aku yang berlebihan, siapa tahu saja Miko tidak mudah tersinggung seperti apa yang kupikirkan.

"Orion, percaya sama gue ya, Miko ini bukan orang jahat kok." Aku berusaha menangkis perkataan Orion dengan lembut.

"Ayya, cowok tipe kayak dia itu wajib dimasukin ke daftar orang yang mencurigakan."

Mendengar itu, Miko lekas mengambil tasnya yang terletak di bangku, lantas segera berjalan meninggalkan area taman dengan langkah lebar, mengabaikanku tanpa sepotong kata atau ucapan 'sampai berjumpa lagi'. Sepertinya Miko mulai meredam emosi dan tersinggung juga dengan omongan Orion barusan. Sontak saja aku diliputi rasa bersalah yang menjadi-jadi. Seseorang, tolong ingatkan aku untuk secepatnya meminta maaf kepada Miko!

"Udahlah, Ay." Orion menahan lenganku yang hendak berlari untuk mengejar Miko.

"Tapi, Yon, Miko tuh baik, nggak seperti yang lo pikirin, buktinya dia ngasih sepatu buat gue."

"Sepatu? Atas dasar apa? Dengerin Ay, semua itu pasti ada motif terselubung di belakangnya." Orion meraih pergelangan tanganku saat aku hanya bergeming saja. "Nggak mungkin seseorang ngasih sesuatu tanpa ada maksud tertentu."

Orion menghela napas saat aku masih terdiam. "Ya sudah yuk kita gaskeun ke rumah gue aja. Yudis sama Agil udah nungguin kita di sana."

Aku merenung, seketika jadi merasa tak antusias seperti sebelumnya. Bahkan, untuk pertama kalinya aku bersama-sama dengan Orion, aku merasakan setitik rasa kecewa kepadanya.

"Jadi itu cowok sengaja minta ketemuan sama lo karena mau ngasih lo sepatu?" tanya Orion saat kami sedang berjalan menuju area parkir motor. Aku hanya bergeming saja, tak menanggapi pertanyaannya. "Sok tajir banget ya dia. Eh, tapi dia emang tajir sih."

Begitu kaki kami menginjakkan tempat parkir, aku meraih ponsel dan segera menghubungi Mama. Sementara Orion sudah menyalakan mesin motornya.

"Assalamualaikum, Ma. Hari ini aku pulang telat ya, aku ada acara mau bantu-bantu temen jualan."

Be My Miracle Love [End] ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin