161. Menjemput Takdir

Mulai dari awal
                                    

"Jangan bertele-tele Konohamaru." Naruto tak akan bersabar bila itu menyangkut tentang puteranya.

"Boruto, lari bersama seorang gadis anggota kelompok pemberontak Kara."

...

Kuda hitam itu berpacu melambat, menyusuri padang rumput hijau yang mulai menguning akibat musim gugur. Pohon-pohon ginko mulai menggugurkan daun-daunnya yang menguning, menerpa mereka, matahari kian tinggi, namun udara masih terasa sejuk. Dua insan itu saling berpeluk di atas kuda, Boruto sembari mengendalikan kuda hitamnya, memeluk erat gadis violet yang duduk di depannya.

"Apa Kaa-chan memiliki aroma tubuh seperti ini...?" Bibir Boruto lancang mengecup pundak Sumire, gadis itu tersenyum kecut merespon sentuhan sang pemuda.

"Kau hanya terobsesi pada ibumu... Kau tak benar-benar mencintaiku..." Jawabnya dingin. Seketika Sumire tersentak, satu tangan Boruto yang melingkar di pinggang rampingnya mengerat, lebih lancang pemuda itu bahkan kini menyandarkan dagunya pada pundak kecil Sumire.

"Terserah bagaimana kau menilai tentang perasaanku, tapi yang aku tahu aku nyaman bersamamu."

Sumire tersenyum kecut. Seandainya aku bisa mencintaimu semauku... Boruto-kun....

"Kau lihat itu." Telunjuk Boruto menunjuk lurus pada sebuah pintu gerbang belasan meter di hadapan mereka. "Itu adalah Desa Kawaguchiko."

Sumire tersenyum tipis, sulit baginya untuk memahami isi hatinya saat ini. Di satu sisi ia sangat bahagia bisa tiba di desa yang selalu diceritakan oleh Boruto sejak mereka masih kecil, namun di sisi lain, alasan Isshiki melepaskannya untuk kembali pada Boruto, membuatnya merasa takut. "Boruto...." Ia mendongak, menatap pada Boruto di belakangnya.

"Hmmm..." Boruto menjawab lembut.

"Aku tak pantas untuk mendapatkan semua ini...."

...

"Boruto membawa kabur salah seorang gadis anggota Kara." Konohamaru menyelesaikan cerita panjang lebarnya tentang kelompok pemberontak Kara yang diketuai oleh kakak sepupu Toneri itu.

Onix hitamnya menyipit, kala mendapati respon yang ditunjukkan oleh Naruto, pria paruh baya itu hanya tersenyum santai. "Apa kau lupa sesuatu?"

Alis Konohamaru menukik heran, saat Naruto malah mengajukan pertanyaan padanya. "Apa maksudmu, Nii-san?"

"Hahahaha..." Naruto malah tertawa geli ringan. "Kau lupa kisah tentang samurai muda yang melepaskan posisinya sebagai samurai demi untuk menyelamatkan seorang gadis yang berusaha membunuh kakaknya sendiri?"

Wajah tampan guru Shinto Ryu itu seketika memerah, tangan Konohamaru refleks menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Membawa tahanan perguruan melintasi perbatasan?" Sindir Naruto lebih dalam lagi, membuat wajah Konohamaru semakin memanas karena malu.

Naruto tersenyum puas melihat Konohamaru yang diam tak berkutik. "Sama seperti Hanabi, aku yakin gadis itu pasti mengalami kesalahpahaman, ada sesuatu yang lebih pada diri gadis itu, sampai Boruto lari bersamanya."

"Mereka berdua menjadi buronan dinasti, saat ini, Nii-san..." Ucap Konohamaru khawatir, sebagai guru dari Boruto di masa pendidikannya di Shinto Ryu tentu ia sangat mencemaskan Boruto.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang