Duabelas ― Sisi Lain

3K 153 0
                                    

Jangan lupa jejakin!
Hepi riding!

――――

Cahaya yang terasa menusuk tepat di netra membuat Justica seketika membuka mata dengan ogah-ogahan. Matanya menyipit begitu melihat cahaya yang berasal dari jendela kamar yang tidak tertutup gorden. Ah! Rupanya ia lupa menutupnya sebelum tidur tadi subuh.

Ia kemudian duduk lalu mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Matanya terbelalak begitu melihat banyak panggilan dan chat dari teman-temannya. Bukan itu yang menjadi perhatiannya. Tapi, jam ponselnya yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Gawat! Kelasnya dimulai jam sembilan tepat. Dengan langkah cepat, ia segera beranjak ke kamar mandi. Hanya modal mencuci muka dan gosok gigi tanpa mandi.
Pakaian yang ia pakai asal diambil saja. Matanya terus melirik ke arah jam dinding. Lewat dua belas menit.

"Anjir! Kok, gue bisa lupa atur alarm, sih?" decaknya sembari memakai kemeja kotak-kotak putih hitam. Ia langsung menyambar tas kuliahnya setelah memakai sepatu. Tanpa menyisir rambut atau bahkan memoles wajahnya dengan sedikit saja bedak. Wajahnya jadi terlihat sedikit pucat.

Tanpa peduli dengan penampilannya, ia langsung memacuh motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Banyak pengemudi lainnya yang mengumpat karena Justica yang asal menyelip saja.

Sesampainya ia di kampus, jam ponselnya sudah menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh lima menit.

"Bangke!" umpatnya lebih dulu sebelum menaiki tangga darurat.

Di depan kelas, ia sudah bisa mendengar suara dosen yang mengajar. Siapa lagi kalau bukan Sekala? Dengan penuh keyakinan, ia mengetuk pintu sebelum masuk.

Lagi-lagi, ia menjadi pusat perhatian. Teman-teman Justica hanya menatapnya diam karena ia tahu bagaimana reaksi Sekala selanjutnya.

"Keluar!" Satu kata itu berhasil keluar dari mulut Sekala tanpa melihat wajah Justica.

Entah perasaan Justica saja tapi aura Sekala berbeda dari hari biasanya. Ia sudah terbiasa dengan sikap resek, dingin, atau intimidasi dosen itu, tapi kali ini rasanya berbeda. Sepertinya Sekala lagi dalam mode marah yang luar biasa.

"Tapi, Pak―"

"Saya bilang keluar!" sentak Sekala lebih lantang dari suara sebelumnya. Seisi kelas bahkan terkejut begitu mendengar suara Justica yang menggelegar.

Justica terperanjat, ia menatap Sekala tak percaya. Tanpa sanggahan, Justica langsung keluar, meninggalkan kelas.

Sekala hanya mampu menghela napas dalam. Ia belum bisa menetralisir emosinya bila mengingat kejadian semalam. Ia tahu, bahkan melihat secara langsung bagaimana Justica meliuk-liukkan motornya di jalanan. Ia berencana membawakan gadis itu makanan, meski terhitung tengah malam. Kebetulan ia juga lewat di depan rumah Justica, jadi sekalian saja.

Namun apa yang ia lihat adalah Justica keluar dari rumah tengah malam menggunakan motor. Ia pun diam-diam mengikuti gadis itu. Sekala sedikit tak percaya bahwa Justica adalah seorang pembalap.

Ia kesal dan marah. Gadis itu masih sakit, tetapi masih keras kepala melakukan hal gila di jalanan. Ia bahkan khawatir saat Justica tidak ada tanda-tanda hadir di kelasnya. Pikiran Sekala liar ke mana-mana. Pasti gadis itu kenapa-napa karena memang sebelumnya anak itu sakit.

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang