PS - 52

2.2K 114 5
                                    

Jangan lupa berjejak!
Hepi Ridings!

***

Kata orang, cinta itu bisa membuat orang melakukan apa pun. Bahkan kadang membuat mereka lebih menuhankan cinta dibanding Penciptanya sendiri. Seperti terjebak di dimensi lain, orang-orang kadang lupa dengan dunia mereka sendiri. Hanya karena persoalan cinta. Satu kata, namun bisa mengalahkan apa saja, termasuk Tuhan sendiri.

Begitulah Sekala. Kalau ia tak mencintai istrinya, maka pernyataan tersebut adalah salah. Tapi, karena ia terlalu memiliki perasaan tersebut, makanya ia rela melakukan apa saja demi untuk melindungi sang istri. Bahkan ia lupa kalau kekuatan cinta itu nyata. Terlalu takut, sampai ia tak sadar bahwa apa yang sudah ia lakukan―yang menurutnya adalah paling benar, hanya melukai perasaan yang dimiliki Justica.

Salahnya yang tak bisa jujur, atau memang hanya belum saatnya saja mengatakan semuanya. Ia memilih untuk menyelesaikannya sendiri. Lupa, kalau-kalau permasalahan yang tengah ia hadapi ternyata bisa diselesaikan hanya dengan berdiskusi kecil dengan sang istri.

Sayangnya, bubur tinggallah bubur. Mau tak mau, kenyataan baru harus dihadapi oleh Sekala. Termasuk memerjuangkan kepercayaan Justica seutuhnya. Bahwa apa yang ia lakukan merupakan bentuk cinta yang ia miliki.

Sekala menendang ban mobilnya saat panik sedang melandanya, tapi ban mobilnya harus pecah. Mungkin ini hukuman yang terlambat untuknya karena telah berbohong kepada Justica tempo hari. Ia merogo ponselnya untuk menghubungi bengkel langganannya. Sembari menunggu, ia duduk di pinggir jalan yang untungnya masih terlihat ramai, sehingga tidak terlalu bahaya, meski hari sudah malam.

Benar sudah malam, tapi Sekala belum tahu keberadaan Justica ada di mana. Ia sudah mengunjungi tempat-tempat yang menjadi favorit Justica belakangan ini. Namun, ia tak menemukan Justica di sana. Bahkan sahabat-sahabat Justica juga seakan-akan mendukung Justica dalam persembunyiannya.

Dengan ponsel yang masih ia genggam, ia kembali mencoba untuk menghubungi Justica. Nyatanya masih suara operator. Justica masih tidak mengaktifkan ponselnya, atau memang karena sengaja.

Tak lama, ponselnya kembali berdering. Sekala mengatur raut wajahnya saat ayah mertuanya menelponnya melalui video call.

"Halo, Ayah!"

"Lho, Nak? Kamu lagi di mana?"

"Lagi di jalan mau pulang, Yah. Tapi, ban mobilnya pecah. Ini lagi diperbaiki," jawab Sekala setengah berbohong. Kameranya ia sorotkan ke belakang, agar mobilnya yang sedang diperbaiki terlihat.

"Oh, bikin panik aja. Kabarnya sehat, 'kan? Justica? Perusahaan?"

"Baik, Ayah. Semuanya baik. Ayah nggak perlu khawatir. Ayah sehat?"

"Ayah sehat, kok. Sayangnya Ayah nggak jadi pulang besok karena klien Ayah masih harus menjalani sidang ketiga setelah gagal mediasi," papar Yaris di seberang.

"Justica mana? Daritadi Ayah telpon tapi nggak aktif-aktif. Perasaan Ayah jadi nggak tenang."

"Em, Justica di rumah, Yah. Mungkin ponselnya lagi dicharger makanya nggak aktif. Nanti saya sampein kalau Ayah abis nelpon." Lagi, Sekala berbohong.

"Iya, kali. Tapi, tumben banget anak itu matiin ponselnya. Biasanya juga main gim sambil dicharger. Kalian baik-baik aja, 'kan? Lagi nggak ada masalah?"

Pak Sekala AstraningratTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon