PS - 38

2.7K 143 5
                                    

JANGAN LUPA BERJEJAK!
Hepi Ridings, pren!

***

Jam tujuh pagi, Justica masih sibuk di dapur berperang dengan alat-alat masak yang sejujurnya belum ia hapal namanya. Sebenarnya ia juga merasa bersalah karena bangun kesiangan. Padahal, Sekala ada seminar pagi ini di luar kota.

Ia dengan cepat menyelesaikan apa yang mesti ia selesaikan. Tangan kurusnya berusaha sesupel mungkin bergerak sana-sini.

"Ca, Mas mau berangkat dulu!" teriak Sekala dari ruang tengah. Justica menatap jam dinding yang ada di dapur. Sudah setengah delapan. Dengan tergesa-gesa, Justica menghampiri Sekala dengan masih menggunakan apronnya.

"Sarapan dulu, Mas. Udah mateng, kok."

"Mas nggak keburu. Takut telat," ucap Sekala. Ia sedang sibuk menali sepatunya.

Ada perasaan sedih yang menyelinap di hati Justica, namun ia berusaha untuk menutupi raut yang tergambar di wajahnya.

"Mas bawa bekal aja, ya?" saran Justica tetap mencari cara.

Sekala berdiri, lalu melihat jam tangannya.

"Nggak usah. Nanti Mas makan di lokasi aja. Mas berangkat. Hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa, kabari Mas cepat."

Sekala mengecup kening Justica. Begitupun Justica menyalim tangan Sekala walaupun dengan hati kecewa. Apalagi saat punggung suaminya sudah menghilang di balik pintu utama.

Dengan mata berkaca-kaca, ia kembali berjalan menuju dapur. Menatap nanar beberapa jenis makanan yang sudah ia masak. Ia tersenyum miris. Ia merasa belum pantas menjadi seorang istri. Buktinya, ia masih belum bisa mengimbangi aktivitas suaminya sendiri. Padahal sekecil itu.

Payah. Ia mengusap air matanya yang terjatuh sebelum tangannya kembali mencuci peralatan dapur yang kotor.

Ia hanya tidak sadar. Di belakangnya ada Sekala yang memerhatikannya. Sekala pun merasa bersalah karena tidak menghargai usaha istrinya pagi ini. Oleh karena itu, ia kembali ke dalam rumah. Sayangnya, rasa bersalah itu semakin dalam saat mendapati Justica mengusap air matanya. Ia sudah membuat istrinya menangis sepagi ini.

"Maaf."

Justica kaget. Tentu saja kaget saat ia melihat perutnya yang sudah terlilit oleh dua tangan.

"Maaf udah buat kamu sedih. Mas bawa bekal aja," ucap Sekala masih memeluk Justica dari belakang. Ia memutar posisi Justica agar bisa berhadapan.

Sekala tersenyum sekilas. Lalu tangannya terangkat untuk menghapus air mata yang masih berjejak di wajah Justica.

"Kok, Mas balik lagi? Ada yang ketinggalan? Biar saya ambilin," ucap Justica berusaha agar tetap kelihatan baik-baik saja.

"Iya. Bekal Mas ketinggalan. Mas mau bawa bekal aja. Sediain, ya. Keburu telat," ucap Sekala lalu melepas rengkuhannya.

"Jadi, Mas?"

"Ya, jadi. Ada yang cemberut soalnya. Buru siapin. Waktu Mas nggak banyak. Mas tunggu di depan."

Seolah melupakan kesedihannya,  Justica dengan cepat menyiapkan bekal suaminya. Tak lupa air minum yang juga ia masukkan ke botol minum berwarna hitam milik suaminya sendiri.

Pak Sekala AstraningratWhere stories live. Discover now