Sebelas -Arena Tujuh

3.1K 153 0
                                    

Jangan lupa jejakin!
Hepi ridings!

―――――

Kondisi Justica sudah membaik. Sekarang sudah pukul lima sore. Kini, ia kambali sendirian di rumah paska kepulangan Sekala sejam yang lalu. Tidak tahu angin apa, Sekala jadi berubah menjadi sosok yang hangat sejak kemarin. Apa karena dirinya yang menjadi beban untuk laki-laki itu? Atau hanya karena sebuah amanah? Entahlah. Setidaknya cap 'dosen resek' yang ia selalu tujukan pada Sekala seperti hari biasanya, lenyap begitu saja sejak dua hari belakangan ini.

Bahkan tak tanggung-tanggung, saat Sekala datang tadi sebagai alibi ingin menjenguk dirinya, laki-laki itu membawa makan siang untuk Justica. Lengkap pula dengan obat-obatan dan vitamin yang sering ia konsumsi. Awalnya ia ragu, darimana Sekala tahu soal makanan kesukaannya? Jenis vitamin yang sering ia konsumsi? Mungkin dari ayahnya. Toh, ayahnya memang dekat dengan lelaki itu.

Setelah keluar dari kamar mandi membersihkan diri, ia mengecek lebih dulu ponselnya yang ada di atas meja. Alis kanannya terangkat saat membaca sebuah pesan yang masuk―seorang teman sehobinya.

Ando (17.19):
Ca, lu di mana? Nih, gue bawa kabar menggemparkan. Ada yang tantang balapan di arena tujuh, jam 12 malam ini. Hadiahnya lumayan. 25 juta. Lu mau?

Justica menimang-nimang dulu tawaran Ando yang merupakan salah satu anak motor yang ia kenal satu tahun yang lalu di arena balap. Sepertinya ini menarik. Justica juga butuh refreshing dengan melakukan hobinya ini. Ia beralih ke grup wasapnya. Namun kembali urung setelah tahu bagaimana reaksi teman-temannya saat ia tahu rencana Justica ini. Apalagi kondisi terakhir Justica yang mereka tahu adalah sedang sakit. Meskipun ada Migo atau Natan yang bisa menggantikan dirinya, suasananya tetap beda kalau ia tak ikut. Jangan salah dari geng Justica, hanya Arinlah yang bukan anak motoran.

Jari-jari Justica kemudian mulai membalas pesannya.

LittleZombie. (17.25):
Hei, Ndo. Boleh banget. Ntar gue star jam 11. Bawa motor yang biasa gue pakai, ya. See ya!

Senyum Justica merekah begitu pesan itu terbalas. Ia jadi tak sabar menunggu momen nanti.

***

Kurang lima belas menit, Justica sudah ada di lokasi. Penampilannya serba hitam kali ini. Dari celana jins, baju kaos berukuran lumayan besar, jaket kulit, sepatu boot, dengan rambut yang asal dicepol. Di lokasi itu sudah ada banyak muda-mudi yang tidak ingin ketinggalan tontonan gratis ini. Baik di pihak Justica, maupun pihak lawannya. Sayangnya, Justica belum tahu siapa lawannya.

"Motor gue aman, kan? Nggak ada masalah? Awas aja kalau sudah di tengah balapan terus motornya mati, lu yang gue suruh bayar pinalti," peringat Justica yang sudah duduk di atas motor race king yang berwarna merah menyalah dengan stiker nyalah api yang ada di sisi kanan dan kiri motor itu.

"Tenang, Ca. Udah gue cek sebelum gue bawa ke sini, kok. Kata montir andalan gue juga nggak ada masalah. Soal pinalti, gue yang ajak lu ke sini, ya, gue yang bakal tanggung jawab kalau ada masalah," kata Ando meyakinkan.

"Baguslah. Lawan gue mana, sih? Bentar lagi dimulai, kan?" tanya Justica.

"Bentar juga datang. Nah, tuh, rombongannya sudah datang," kata Ando begitu melihat rombongan lawan Justica sudah datang. Kentara dari bendera bertengkorak yang berkibar berjalan ke arah mereka. Di tengah bendera itu bertuliskan nama 'Riki'. Sepertinya Justica tidak asing dengan nama itu.

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang