PS - 36

3.2K 164 8
                                    

Awas aja kalau nggak berjejak!Payah nih nulis cerita wkwkw.

Hepi Ridingsss!

****

Sepulang kuliah, Justica dan Natan sudah sepakat untuk berangkat bersama ke rumah Arin. Sedangkan Arin sendiri sudah pulang lebih awal bersama Migo. Ya, sudah pasti pasangan itu tidak bisa dipisahkan.

Justica mengikuti Natan ke arah parkiran.

"Ini kita berangkatnya nggak kecepatan, 'kan?" tanya Justica memastikan.

"Udah jam empat, 'kan? Harusnya enggak. Lagian acaranya cuma buat orang terdekat aja katanya. Nggak kayak tahun kemarin, jadi mau berangkat kapan pun juga nggak masalah harusnya," pukas Natan yang sudah mulai menyalahkan mesin kuda besinya.

"Ya, juga, sih."

"Ya, udah, ayo. Atau lu masih mau singgah beli sesuatu gitu?"

Justica menggeleng, "Nggak. Ini gue udah bawa, kok," kata Justica mengangkat paperbag berwarna pink yang ada di tangan kirinya.

"Oke. Ayo, berangkat."

Natan mengulurkan tangan kirinya untuk membantu Justica menaiki motorya yang ketinggian itu.

"Ribet, dah. Ngapa lu bawa motor ginian, sih?"

"Buat pemanasan. Udah lama dianggurin. Takut juga rusak. Kan, sayang."

"Lu nggak kasih Arin kado, ya?" tanya Justica saat Natan sudah mulai melajukan motornya.

"Ada. Udah duluan malah. Dikirim sama Valen," jawab Natan.

"His, nggak modal lu, ya?"

"Orang Valen ngotot, kok. Ya, inilah enaknya kalau ada pacar. Lu sendiri gimana? Beli sendiri pasti," tebak Natan.

Justica memukul pelan punggung  Natan. "Enak saja. Ini Pak Sekala yang beliin, kok," ucap Justica bangga.

Natan tersenyum tipis saat motornya berhenti di lampu merah. "Makin mesra aja dosen dingin itu," ledek Natan yang menatap Justica dari kaca spionnya.

"Gue sebenarnya masih ngerasa aneh tau, Tan," ungkap Justica jujur.

"Wajarlah. Butuh pembiasaan. Namanya juga baru dimulai. Lama-lama lu berdua pada klepek-klepek berduaan," ucap Natan bijak. Justica hanya terkekeh menanggapi ucapan Natan. Begitulah Natan, selalu bisa menanggapi curhatan Justica. Berbeda dengan Migo dan Arin. Pasti ia sudah menjadi bahan olok-olokan berkedok candaan.

Natan menyuruh Justica turun dari motor begitu keduanya sudah sampai di depan rumah Arin. Justica membuka pagar, agar motor Natan bisa masuk.

"Wedede ... udah sampai aja, Pak, Buk? Makanannya belum masak tapi," sambut siapa lagi kalau bukan Migo sableng.

"Lha, lu jugaan udah di sini aja. Mau jadi kang icip lu?" balas Justica.

"Rumah pacar gue, nih, kalau lu lupa," kata Migo bangga. Sepertinya bujang itu membawa baju ganti dari rumahnya. Terbukti dari pakaiannya yang kini terlihat lebih santai dengan celana jins selututnya.

"Bacot!" tukas Natan lalu menyelonong masuk ke rumah bahkan sampai menabrak bahu Migo.

"Anjay! Udah kayak di sinetron-sinetron aja," umpat Migo menatap Natan dan Justica.

"Sore, Om, Tante!" sapa Justica saat melihat papa dan mama Arin di ruang tamu.

"Eh, kalian udah datang? Sini, duduk. Arin lagi masak, tuh," sambut Lavina, mama Arin.

Pak Sekala AstraningratWhere stories live. Discover now