Tiga - Sekala yang AFK dari Justica

4K 217 8
                                    

Jangan lupa ninggalin jejak.

――――――――

Kelas sudah selesai. Justica baru kepikiran kalau ternyata Sekala juga mengajar mata kuliah diplomasi bisnis. Memang semester lima ini, Justica mengambil konsentrasi Ekonomi Politik Internasional. Bisa tebak, kan, Justica mengambil jurusan apa? Yap! Hubungan Internasional.

"Lo mending segera ke ruangan Pak Sekala, deh, Ca. Keburu berabeh ntar," usul Arin yang sudah ke sekian kalinya.

"Tuh, dengerin usul pacar gue. Dilindes lo sama Pak Sekala baru nyaho," sambung Migo. Mereka sekarang berada di taman kampus.

"Terus kalian?" tanya Justica menatap ketiga sahabatnya.

"Ya, pulang. Kelas hari ini, kan, cuma satu," jawab Arin.

"Lo bisa gue tunggu, kok," tukas Natan.

Justica kembali merasa tidak enak. Selama ini ia kebanyakan merepotkan tiga sahabatnya itu.

"Nggak usah, deh, Tan. Kalian pulang aja, deh. Pasti ada tugas, kan?" Justica menghabiskan minuman greentea yang ia beli tadi di kantin saat menunggu kelas usai.

"Yakin? Nggak pa-pa kami tinggal? Kita tungguin di kafe biasa, deh. Gimana?" tanya Arin.

Justica berpikir sejenak lalu mengangguk. Boleh juga. Ia dengan cepat menggendong tasnya bersiap-siap. "Iya. Kalian ke sana duluan aja. Nggak masalah gue, mah."

"Ya, sudah. Hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung hubungin kita aja," ucap Natan.

"Iya. Gue tahu kalau Pak Sekala ganas,  tapi gue nggak bakalan kenapa-napa. Percaya sama gue," timpal Justica percaya diri.

"Kalau gitu gue cabut duluan. Kalian hati-hati," pesan Justica lalu kembali masuk ke gedung kampus.

Justica memang tidak gugup. Hanya saja, ia yakin kalau ia akan mendapatkan siraman lagi. Dengan pelan, ia membuka pintu dan langsung menyelonong masuk.

"Bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk?"

Justica hanya bisa mengusap ujung hidungnya lalu menaikkan alisnya. Benar-benar, ya. Ia sudah terbiasa asal menyelonong.

"Ya, maaf, Pak. Udah telanjur juga," jawab Justica dengan bersandar di daun pintu.

Sekala hanya menatapnya tajam. Justica sedikit risih saat melihat Sekala tengah mengawasi penampilannya dari atas hingga ke ujung sepatu.

"Kamu itu perempuan. Kenapa kamu tidak memiliki sikap yang mencerminkan perempuan?" tanya Sekala dengan tangan yang sudah menopang dagunya. Bahkan ia tak membiarkan Justica untuk duduk lebih dulu.

Justica mengernyit. Ia sedikit bingung. "Maksudnya?"

"Pakaian laki-laki, celana robek-robek, sepatu warna-warni. Apa tidak ada pakaian yang lebih elegan lagi? Sikap urakan kamu sudah tercemin dari apa yang kamu pakai, Justica," tegas Sekala masih dengan menatap tajam Justica.

"Jadi, saya dipanggil ke sini cuma mau ngomongin penampilan saya? Tidak ada yang lebih penting dari ini?" tanya Justica tak terima dengan ucapan Sekala.

Pak Sekala AstraningratWhere stories live. Discover now