PS - 56

2.8K 111 4
                                    

Jangan lupa berjejak!
Hepi Ridings!

Plis, tandai kalau ada typo karena gue langsung up tanpa baca ulang!

***

Kembali ke rutinitas. Justica sebagai mahasiswi, Sekala sebagai dosen dan direktur perusahaan, dan juga Yaris sebagai pengacara.

Sejak pagi, Justica sudah sibuk membantu Bik Tami untuk menyiapkan sarapan. Kalau saja Bik Tami belum kembali dari kampung, istri muda itu akan keteteran dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

"Non, ini sayurnya mau diapakan?" tanya Bik Tami setelah mengeluarkan beberapa macam sayuran dari dalam kulkas.

"Bibik buat sayur bening aja, ya. Jangan lupa, jagungnya dua aja, Bik. Takutnya nggak abis. Bapak juga nggak terlalu suka jagung manis. Paling ayah aja. Saya akan buat ayam krispi," jawab Justica dengan tangan yang masih sibuk membersihkan daging ayam. Daging yang sudah bersih itu, ia potong ke dalam beberapa bagian.

"Baik, Non."

Bik Tami pun memotong-motong sayuran yang sudah diambilnya, lalu mencucinya di wastafel. Dua wanita yang berbeda umur itu semakin menunjukkan keahliannya di dapur. Sebentar lagi jam tujuh. Dengan kecepatan yang penuh kehati-hatian, sarapan pun selesai dengan sempurna.

"Bik, tata di meja, ya. Mau lihat Bapak dulu," ucap Justica kemudian berjalan ke lantai dua, kamarnya. Ayahnya sudah bangun dari tadi pagi, bahkan Yaris sendiri sudah menyiram tanaman yang ada di depan. Tanaman yang dibawa Justica dari rumah Sekala dulu.

"Syukur Mas udah bangun. Segera pakai baju, Mas. Mas ada kelas jam delapan," ucap Justica. Tangannya dengan cepat mengambil setelan yang akan dipakai Sekala mengajar hari ini. Baju biru dongker dipadukan dengan celana bahan berwarna abu-abu gelap.

"Ayah sudah bangun?" tanya Sekala yang sibuk menggosok-gosok rambutnya yang basah menggunakan handuk.

"Ayah selalu bangun pagi. Nggak perlu ditanyakan lagi," tukas Justica. Ia pun membantu Sekala mengenakan kemejanya.

"Sekarang kamu lebih cekatan, ya? Dulu, kan, Mas harus suruh dulu."

Justica berdecak, kemudian menatap Sekala sengit, "Emang Mas nggak suka aku gini?"

"Ya, suka. Suka banget malah. Mas kagum aja. Semakin ke sini, kamu juga semakin gesit. Padahal kamu juga punya kebutuhan sendiri. Belum lagi ayah, tapi masih sempat ngurus kebutuhan Mas. Dipertahanin, ya?"

"Aku coba mengimbangi Mas aja. Nggak mau kalau-kalau di luar Mas dibilangin punya istri yang nggak becus. Tahu sendiri Mas banyak fans di luar. Tentu saja banyak wanita yang lebih tua dari aku yang pengin Mas jadi suaminya. Bukan yang lebih tua dari aku aja, yang seangkatan bahkan junior aku di kampus malah banyak yang mau sama Mas. Pernah sekali aku dapatin teman seangkan aku yang suka nulis di Wattpad. Dia jadiin Mas sebagai castnya, menjadikan sebagai role modelnya, foto-foto Mas yang di Instagram dia pakai sebagai sampulnya. Aduh, pokoknya dia itu fans mati sama Mas," cerocos Justica setelah mengancingkan pergelangan baju Sekala.

"Kok, Mas malah terkekeh?" tanya Justica cemberut.

Sekala dengan cepat merengkuh Justica, hingga tak ada jarak yang diciptakan antarkeduanya. Matanya menatap lekat kedua bola mata Justica.

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang