PS - 50

2.2K 105 2
                                    

Jangan lupa berjejak!
Hepi Ridings!

***

Arin tak henti-hentinya menjahili Justica karena untuk kali pertamanya, si ratu monopoli bisa dikalahkan oleh seorang Natan. Gelar ratu monopoli memang tersemat untuk seorang Justica dalam tahun ini karena tak ada dari mereka yang bisa mengalahkan Justica saat bermain gim monopoli. Sudah lima kali mereka memainkan gim itu, lima kali pula Justica kalah. Semuanya dimenangkan oleh Natan. Entah karena sial atau memang kebetulan, atau malah karena faktor keberuntungan Natan saja.

"Yey! Nggak ada gelar ratu monopoli lagi, deh. Sekarang saatnya menyambut sang raja monopoli terbaru kita. Kita sambut raja Natan Lathes Kandara," pekik Arin seolah-olah memandu acara penyerahan sebuah gelar. Ia mengambil topi kupluk Migo dan memakaikannya pada kepala Natan. Katanya pengganti mahkota.

"Yuhuuu!" Arin bertepuk tangan, diikuti oleh tawa Natan dan Valen. Pengunjung Kafe Banyu bukannya merasa terganggu, mereka justru merasa terhibur. Mereka ikut bertepuk tangan, ikut memeriahkan. Sedari tadi, mereka juga ikut menyaksikan permainan monopoli yang dimainkan oleh mereka.

"Lihat sekeliling, keknya mereka daritadi malah nontonin kita," bisik Migo. Mereka mengedarkan pandangan ke segala penjuru kafe. Hampir semua mata tertuju kepada mereka.

"Iya, karena Justica kalah. Ini, tuh, harus dirayakan," tukas Arin masih setia bertepuk tangan.

Justica hanya terkekeh ringan, berbalik keadaan dengan tangannya yang sibuk memegang pelipisnya yang terasa pening.

"Konyol banget, sih. Ada yang namanya faktor keberuntungan. Jadi, anggap aja ini bonus buat Natan. Besok-besok, gue bakal menangin gim ini lagi," ucap Justica.

"Kita tunggu saja," balas Arin.

"Lu kelihatan nggak fokus mainnya, deh. Ada masalah?" tanya Natan yang menyadari gelagat aneh dari sahabatnya itu.

Gelengan lemah dari Justica menjawab pertanyaan Natan.

"Kalau ada masalah, jangan sungkan berbagi, ya, Ca. Meski gue nggak netap di sini, lu juga masih memiliki tiga sahabat yang selalu ada buat lu. Jadi, jangan ngerasa sendiri terus," selah Valen yang selalu bijak.

Justica hanya tersenyum sekilas. Jus alpukat yang sedari tadi ia anggurin, akhirnya ia teguk.

"Bosan aja. Apa cuma gue yang ngerasa bosan? Kita masih punya seminggu, lho, buat liburan. Terlebih Valen, masih ada tiga minggu," jawab Justica.

Kampus Valen memang tak tanggung-tanggung dalam memberikan waktu liburan. Seperti mengerti kepenatan seluruh mahasiswanya. Berbeda dengan kampus-kampus di Indonesia. Liburan berbulan-bulan setelah melaksanakan final semester sudah jarang ada. Paling cuma satu atau dua kampus saja. Selebihnya, paling lama, ya, dua mingguan.

"Seminggu juga nggak kerasa habis tau. Apalagi kalau dihabisin kek gini. Bagi gue, ya, nggak papa. Toh, momen kayak gini yang bikin gue kangen Indonesia terus," sahut Arin.

"Bilang aja lu kangen Natan, Len. Malu-malu," goda Migo yang duduk di sampingnya. Seperti kebal, Valen hanya tersenyum manis. Ia tidak sama seperti gadis lainnya yang jika digodai, mukannya akan memerah. Atau paling fatal, bakal salah tingkah.

"Wajar kali. Lu kalau jauhan sama Arin juga bakal sama. Mungkin parahan lu, deh."

Arin menyikut Natan tak terima. Namun, Natan hanya mengacak rambut Arin dengan gemas. Tenang, hal itu tidak akan menimbulkan kecemburuan di antara mereka karena persahabatan mereka patut diacungi jempol. Tidak ada yang namanya pengkhianatan.

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang