BAB 21 - Everything Has Changed

364 21 0
                                    


Apa? Siapa yang berani menghina anak dan wanitaku seperti ini? Inikah yang dikatakan Ulyssa waktu itu? Dirinya harus menerima cemoohan karena hamil diluar nikah? Dianggap sebagai wanita tidak benar? Bisa-bisanya orangtua mereka mengajarkan anaknya berbicara seperti itu kepada Alex. Hal ini tidak boleh aku biarkan terus. Aku harus membantu membersihkan nama mereka.

Alex bukanlah anak haram dan Ulyssa bukanlah wanita rendahan yang bakal menjual tubuhnya demi uang. Tapi apa yang harus aku lakukan untuk mengatasi masalah ini? Satu-satunya jalan harusnya dengan menikahi Ulyssa dan menyatakan pada dunia bahwa Alex adalah penerus perusahaanku selanjutnya. Namun bila ibunya tidak setuju, apa yang aku harus perbuat sekarang? Aku tidak bisa memaksanya untuk menerima lamaranku. Memikirkan semua masalah ini seakan membuat kepalaku rasanya ingin pecah saja. Disaat-saat seperti sekarang aku benar-benar membutuhkan Ji Min untuk memberiku saran untuk mengatasi masalah ini.

"Alex. Alex harus ingat bahwa Alex itu anak Papa, dan bukan anak haram. Papa berjanji tidak akan pernah meninggalkan berdua lagi selamanya. Dan Papa juga akan berusaha untuk membuat teman-teman Alex untuk tidak membicarakan hal itu lagi pada Alex. Alex harus percaya sama Papa bahwa Papa sangat menyayangi Alex. Alex itu permata hati Papa, sesuatu yang sangat berarti bagi Papa. Papa tidak akan lagi punya tujuan hidup kalau tidak ada kalian. Jadi Alex harus janji juga tidak pernah meninggalkan Papa, okay?" tanyaku sambil tersenyum.

"Alex janji Pa. Alex butuhnya cuma Papa dan Mama. Alex tidak peduli dengan omongan teman Alex karena sekarang omongan mereka sudah terbukti tidak benar. Toh pada kenyataannya Papa sudah ada dihadapan Alex. Dan Alex tidak sabar untuk menunjukkan Papa sama teman-teman Alex." jawabnya sambil tersenyum yang membuatku merasa bangga dengan dirinya.

Situasi yang selama ini melingkupinya untungnya tidak membuat Alex menjadi pribadi yang selalu menyalahkan orang tetapi malah membuatnya menjadi seseorang yang lebih kuat dan dewasa daripada teman seumurannya. Aku benar-benar menyalahkan orangtua anak-anak itu yang mengajarkan yang tidak-tidak pada anak mereka. Sehingga anak mereka tumbuh menjadi pembully yang tidak bisa menjaga omongannya. Siap-siap saja saat aku tahu siapa orangtua anak-anak itu, aku akan membuat mereka menderita sama seperti mereka yang setiap harinya telah merusak kehidupan Alex dan Ulyssa.

"Daripada menunggu terus, mending kita lakukan itu saja sekarang." ajakku.

"Ayo, Pa. Alex mau." ucapnya antusias sambil langsung berdiri dan bersiap.

"Sebentar ya, Papa tanyakan dulu keadaan Mama, kalau Mama masih sakit, Alex tidak boleh maksa Mama untuk keluar ya?" ungkapku.

"Siap, Pa." ucapnya sambil mengacungkan jempolnya.

Melihat reaksi Alex yang begitu antusias, mengingat ini baru pertama kalinya dia akan keluar bersama ayah dan ibunya, hal itu sontak membuatku juga ikut bersemangat untuk mengajak Ulyssa jalan dan kembali memiliki quality time kami bersama. Bukan karena apa, aku juga sadar saat setelah kita berjumpa, pertemuan kita selalu saja diisi dengan amarah dan saling cekcok satu sama lain. Aku seakan tidak bisa mengingat kapan dimana hari aku bisa membuat Ulyssa tersenyum bahagia. Rasa-rasanya aku malah membuat harinya terisi dengan amarah dan kesedihan. Membayangkan hal itu langsung menyadarkanku bahwa inilah kesempatanku untuk mengubah semua itu.

Sambil bersenandung, akupun langsung bergegas menuju kamar tidur Ulyssa, namun rasa bahagia itu langsung terhenti saat aku mendengar suara tertawaan Ulyssa dari seberang kamar. Mendengar suaranya saja, aku langsung bisa tahu, identitas yang sedang menelpon Ulyssa sekarang, pastinya orang yang bisa membuatnya lebih bahagia daripada diriku. Hal itu sontak kembali membuatku marah dan cemburu. Namun aku mencoba untuk tetap sabar dan tidak mengambil langkah gegabah dengan memarahi Ulyssa. Karena bukan kesalahannya dia tak bisa bahagia bersamaku.

Bound to ExWhere stories live. Discover now