BAB 16- Disturber

448 25 0
                                    

Diego's POV

"Kenapa kau tidak bisa membiarkan kami menikmati momen romantis ini, Alex?" tanyaku dalam hati karena kesal momen yang selama ini aku tungu-tunggu selama 8 tahun akhirnya rusak begitu saja. Namun kucoba enyahkan jauh-jauh pikiran itu dan berusaha untuk bisa senormal mungkin di depan Alex sambil tersenyum terpaksa.

"Mengapa Papa jahat banget sama Alex?" tanya Alex kepada diriku dan langsung memeluk erat Ulyssa seperti tak ingin kehilangannya.

"Alex kenapa bilang Papa jahat? Kan Papa jadinya sakit hati dengarnya." ucapku dramatis sambil memegang dadaku.

"Papa mau makan Mama. Papa lagi mau misahin Alex dari Mama. Kalau Papa makan Mama, terus nanti siapa yang jadi Mamanya Alex? Siapa yang akan temanin Alex tidur sambil dibacain dongeng? Terus nanti siapa yang jagain Alex kalau misalnya ada hantu mau bawa Alex pergi?" ucap Alex dengan sangat polos membuatku merasa lucu-lucu sendiri melihat tingkahnya yang masih kekanak-kanakkan.

"Alex, Papa itu tadi lagi mencium Mama kamu. Bukan lagi makan, Sayang. Itu Papa lakukan sebagai wujud cinta Papa pada Mamanya Alex." jawabku.

"Berarti habis ini Alex bakal punya adik lagi ya? Teman-teman Alex bilang kalau Papa sama Mama kita ciuman, nanti sebentar lagi bakal ada anak dalam rahim Mama. Terus setelah 9 bulan, perut Mama akan jadi besar banget lalu Adik untuk Alex lahir." kata Alex sambil memasukkan kedua jarinya didalam mulutnya untuk diemut.

"Alex, proses pembuatan anak itu tidaklah semudah itu." sanggah Ulyssa sambil mengelus-elus kepala Alex.

"Jadi sekarang Mama belum hamil? Di dalam perut Mama tidak ada dedek bayi?" tanya Alex kecewa.

"Alex, kalau kau ingin cepat punya adek lagi, kau harus membiarkan Papa dan Mama punya momen kami berdua. Buat anak itu memang tidak segampang kau pikirkan, Nak. Bukan dengan ciuman Mama kamu langsung bisa hamil, tapi harus ada proses lainnya." ucapku yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Ulyssa.

"What?" gumamku sambil mengendikkan bahuku.

"Proses? Proses apa, Pa? Lakukan saja sekarang di depan Alex. Alex juga mau lihat. Jangan tinggalkan Alex sendiri. Kan Alex takut tidur sendiri." ujar Alex yang langsung membuatku tertawa terbahak-bahak. "Benar-benar kau adalah anak Papa, Alex. Selalu saja ingin tahu akan hal baru." pikirku,

"Alex, kamu yakin ingin nonton? Papa-sih tidak mempermasalahkan untuk menunjukkanmu bagaimana caranya untuk menghasilkan anak, hitung-hitung sebagai sex education di usia muda. Tapi Papa takutnya kau trauma dan tidak mau lagi dekat dengan perempuan. Kan proses pembuatannya dimulai dengan membuka semua baju yang kita kenakan terlebih dahulu, lalu kita harus berciuman, baru....." pintaku.

"Diego! Apa yang sedang kau bicarakan?! Jangan sembarang bicara didepan anak kecil, okay? Dia masih berpikiran suci, tidak sama dengan dirimu yang otaknya sudah ternodai oleh film-film bluray dewasa yang kau beli. Jangan membuatnya jadi dewasa sebelum waktunya." potong Ulyssa.

"Bukankah lebih baik untuk memperkenalkannya sekarang daripada nanti dia sendiri yang mencarinya? Dengan begini, dia tidak perlu nantinya sembunyi-sembunyi untuk nonton. Kan bisa nontonnya sama aku. Daripada dia cari sendiri lalu mencobanya pada sembarang wanita. Mending aku saja yang menjelaskan dan memperagakannya pada dia. Pastinya dia akan kuajarkan untuk menjadi pria yang pintar memuaskan perempuan. Sekaligus liar di ranjang." candaku yang langsung mendapatkan pukulan pada dahiku.

"Stop! Kau ini sebagai ayah taunya cuma merusak anakmu saja. Tidak bisakah kau mengajarkan hal lain yang bisa lebih bermanfaat dari hanya mengajarkan berhubungan badan. Dia masih anak kecil, Diego. Tidak sepantasnya dia mengetahui hal-hal yang seperti itu sekarang. Dia harusnya hanya tahu bermain-main dengan teman-temannya bukannya sudah tahu caranya bermain di atas ranjang. Sembarang saja kau ini." ejek Ulyssa sambil memandangiku dengan kilat mata yang marah.

"Kau memarahiku karena berbicara yang tidak-tidak dihadapan Alex, tapi apakah kau sadar apa yang tadi kau ucapkan? Kau juga berbicara sesuatu tidak sepantasnya dikatakan dihadapan anak-anak. Malahan ucapanmu kurasa akan menambah rasa penasaran Alex untuk mengetahui caranya kita menghasilkan adik untuknya." lontarku menyeringai.

"Mama, bermain di ranjang? Alex mau juga dong. Kan capek kalau misalnya harus main diluar ruangan. Kalau di ranjang-kan bisa sekalian main dan istirahat." ungkap Alex antusias yang sontak membuatku semakin tertawa.

"Lihatlah, anak kita juga mau tahu itu, Sya. Kenapa kita tidak tunjukkan saja pada dirinya? Aku siap untuk mempraktekkan sekarang juga. Mumpung sudah puasa selama 8 tahun tanpa dirimu. Pastinya punyamu akan terasa begitu enak." sahutku yang kemudian mendapatkan lagi pukulan dari Ulyssa.

"Haish! Kamu ini. Mulutmu itu sama sekali tidak bisa jaga, Diego. Kamu pikir aku mau tidur denganmu? Cuihh! Malas. Mending aku main sama Alex. Lebih menyenangkan." timpalnya.

"Yakin? Bukankah kau pastinya juga merindukan sentuhanku pada tubuhmu? Merindukan bagaimana lembutnya aku memperlakukanmu di atas ranjang? Menginginkan untuk merasakan kembali hangatnya pelukan dengan tubuh yang tak lagi mengenakan pakaian? Apa kau tidak ingin merasakan itu lagi sekarang?" godaku.

"Hentikan sekarang juga bicaramu itu, Diego! Atau aku pastikan kau tidak akan pernah lagi mendapatkan jatah dariku. Kau tidak sadar disini masih ada anak dibawah umur yang harus langsung ternodai pikirannya setelah mendengarkan ucapanmu yang tidak di saring itu? Pokoknya pembicaraan ini sudah selesai dan aku tidak punya pikiran untuk mempunyai anak lagi. Cukup Alex saja. Tidak ada yang lain." putus Ulyssa yang sontak membuatku dan Alex kecewa berat.

"Berarti itu sama saja, dia dan aku tidak akan melakukan itu lagi selamanya?" tanyaku dalam hati. Sedihnya hidupku ini. Sudah tidak lagi pernah merasakan itu selama 8 tahun. Bahkan aku juga sudah mulai lupa bagaimana cara memuaskan wanita karena saking tidak pernah berhubungan dengan wanita.

KIni setelah wanitaku sudah kembali dan menjadi milikku lagi, dia malah tidak mau lagi untuk berurusan dengan hal-hal yang berbau sex atau anak. Sungguh kasihan sekali milikku ini. Harus terus menahan hasrat dan nafsu yang sebentar lagi sudah ingin meronta-ronta meminta untuk dipuaskan.

"Sya, tidak bisa gitu. Kan Alex dan aku ingin tambah 2 anak lagi. Kalau pabriknya sudah tutup, terus dapat anaknya darimana?" tanyaku kesal. 

Bound to ExWhere stories live. Discover now