BAB 64 - Compared

174 8 0
                                    

"Terima kasih telah bersedia menemuiku hari ini, Tante." ucapku sopan saat Mamanya Diego sampai di café tempat janjian kami dan duduk didepanku.

"Tidak usah basa-basi seperti itu. Cepat katakan apa yang ingin kau katakan. Aku tidak punya waktu untuk mendengar omong kosongmu." balas Mamanya Diego ketus.

"Aku tahu aku bukanlah seseorang yang ingin anda temui, tapi saya disini ingin membicarakan perihal anak anda, Diego." kataku tetap menjaga nilai-nilai kesopanan pada Mamanya Diego.

"Diego? Anak durhaka itu? Tidak perlu! Saya juga sudah malas untuk membicarakan tentang dirinya. Kalau hanya itu yang ingin kau bicarakan, maka saya pergi dulu." imbuh Mamanya Diego sambil berjalan pergi.

"Sebentar, Tante!" cegahku sambil memegang tangannya.

"Aku tahu mungkin Tante marah dengan sikap Diego kemarin. Tapi saya mohon tolong dengarkan apa yang saya katakan ini. Ini demi kebaikan kalian berdua." lanjutku. Mendengar perkataanku, Mamanya Diego akhirnya sedikit luluh dan memutuskan untuk kembali duduk.

"Memangnya apa yang ingin kau katakan tentang dirinya?" tanya Mamanya Diego.

"Aku memang tidak terlalu tahu mengenai masalah keluarga kalian, karena Diego juga sangat jarang membicarakan keluarganya pada saya, tapi setelah kejadian kemarin, aku tidak bisa bersikap acuh tak acuh melihat kesalahpahaman membuat hubungan kalian menjadi merenggang begini. Disini aku bermaksud untuk membantu memperbaiki hubungan kalian." ungkapku mengenai tujuanku yang mengundangnya kemarin.

"Hahaha.... Aku saja tidak bisa, apalagi kamu? Wanita yang tak berpendidikan yang hanya bergantung pada Diego untuk bertahan hidup." sarkasnya.

"Aku tidak akan membantah hal itu, Tante. Aku tahu aku memang tidak layak untuk Diego. Lihatlah aku. Aku hanya terlahir dari keluarga menengah ke bawah yang telah kehilangan kedua orangtuaku sejak remaja. Aku memang hanyalah lulusan SMA yang tak memiliki karier yang cemerlang seperti wanita yang Tante pilihkan untuk Diego. Tapi bukan berarti aku tidak bisa membahagiakan Diego. Meski dengan kekuranganku, aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk dirinya, Tante." balasku.

"Kalau kau hanya ingin membanggakan dirimu untuk mengubah cara pandangku terhadapmu, maka aku rasa kau membuang waktumu saja disini. Aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian, Ulyssa. Walau tujuanmu berpacaran dengan Diego mungkin bukanlah karena kau menginginkan hartanya, tapi kau tetap tidak memenuhi kriteria untuk bisa menjadi menantuku. Kau tidak punya apa-apa untuk dibanggakan. Bahkan untuk etika saja belum tentu kau punya. Aku tidak bisa mempertaruhkan nama baik keluargaku untuk dirimu." tukasnya.

"Aku tak masalah bila Tante tak bisa menerimaku. Aku tidak marah ataupun kecewa dengan perkataan Tante. Namun aku ingin bertanya, sedari tadi Tante hanya membicarakan nama baik Keluarga Tante, dimana muka Tante nanti bila Tante punya menantu rendahan sepertiku? Tetapi pernahkah Tante memikirkan kebahagiaan Diego? Apa yang menjadi keinginannya?"

"Bukan demi citra ataupun reputasi, tapi benar-benar demi kehidupan anak anda. Aku tidak bilang disini bahwa akulah wanita yang paling bisa membahagiakan Diego. Akupun juga tidak tahu apakah 10 tahun lagi Diego masih ingin bersama dengan diriku, namun untuk saat ini, aku sangat yakin bahwa Diego sangat mencintaiku, Tante. Dia ingin hidup bahagia bersama diriku dan Alex dalam ikatan pernikahan. Akupun juga menginginkan hal itu, tapi aku tidak bisa melakukannya tanpa restu dari tante." jelasku.

"Kenapa kau membutuhkan restuku? Bukankah Diego telah menganggapku tiada? Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa. Tidak ada lagi yang namanya ibu dan anak antara aku dan Diego. Karena namanya memang sudah kita coret dari kartu keluarga. Jadi kau tidak perlu menyusahkan dirimu untuk mendapatkan restuku seorang diri. Sebab pernikahan kalian tetap akan lanjut tanpa kehadiran kami disana." pungkas Mamanya Diego.

"Mungkin secara hukum, Diego bukan lagi anggota keluarga kalian, Tante. Tapi semua itu tidak akan mengubah fakta bahwa andalah Mama kandung Diego. Karena sebagaimanapun aku dan dirinya ingin mengelak dari fakta itu, darah Tante tetap mengalir dalam tubuh Diego. Dia tetaplah terlahir dari rahim Tante. Meski mungkin kehadirannya tidak diinginkan oleh Tante." balasku.

"Darimana kau tahu aku tidak menginginkan dirinya?" tanya Mamanya Diego curiga.

"Sebenarnya dari sikap Tante-pun sudah terlihat sangat jelas bahwa Tante tidak pernah menyukai kehadiran Diego didunia ini. Apalagi aku dengar Tante mencurahkan semua kasih sayang Tante pada adik Diego, namun tidak untuk dirinya. Itu serasa menguatkan argumenku bahwa Tante tidak menginginkan Diego. Tapi aku tahu meski Tante membenci kehadiran Diego, Tante tetap menginginkan yang terbaik untuknya, bukan? Jauh dalam hati Tante, walau Tante tidak mengakui, namun Tante tetap menyayangi Diego sebagai anak Tante juga. Iya, kan?" tanyaku balik.

"Jangan sok tahu kamu! Aku memang tidak peduli dengan anak itu. Dia terlahir karena keluarga kami perlu seorang penerus. Jadi untuk apa aku menyayanginya? Lagipula dia hanya alat untuk mendapatkan warisan orangtuaku. Dan sekarang kami membutuhkannya untuk mengembangkan usaha kami dengan Keluarga Theodore." jawab Mamanya Diego yang sontak membuatku terkejut kaget.

"Kalau begitu kenapa anda tidak menjodohkan adik Diego pada anak Keluarga Theodore? Bukankah sama saja? Yang terpenting buat anda-kan hanyalah kekayaan?" tanyaku sarkas.

"Charlie dan Diego itu berbeda. Yang satu terlahir pada saat aku masih menjadi istri yang tak dicintai, satunya lagi yang terlahir pada saat suamiku mencurahkan seluruh cinta dan perhatiannya pada diriku. Makanya aku bisa menyayangi Charlie daripada Diego. Karena dengan adanya Charlie dikeluarga kami, aku semakin merasa disayangi oleh suamiku. Satu hal yang tak pernah aku dapatkan saat aku hamil Diego." jelas Mamanya Diego.

"Tidak seharusnya anda bersikap seperti itu, Tante. Mereka hanya terlahir dengan situasi yang berbeda. Tapi itu tidak bisa menjadi alasan kenapa anda menjadi pilih kasih pada mereka. Sama seperti Charlie, Diego-pun tidak bisa memilih kapan dia terlahir di dunia ini, Tante. Jika dia bisa memilih, pastinya tidak akan mau untuk terlahir di keluarga anda. Tapi ini semua adalah rencana Tuhan yang tak bisa kita bantah. Sekarang coba Tante bayangkan, bila semuanya dibalik, Charlie dilahirkan lebih dulu, dan Diego terlahir setelahnya, apa anda akan bersikap sama pada Charlie seperti cara anda memperlakukan Diego?" balasku.

"Tentu saja tidak. Saat aku melahirkan Diego, dia hanya membawa pertengkaran dalam hubunganku dengan Papanya. Bahkan menjadikannya penerus adalah suatu keharusan karena dirinya terlahir lebih dulu. Mungkin bila Charlie terlahir lebih dahulu, maka Diego takkan mungkin terlahir di dunia ini." jawab Mamanya Diego.

"Setiap anak punya kelebihan dan kekurangannya sendiri, Tante. Apa Charlie bisa membangun usahanya sendiri sampai bisa menjadi pengusaha terkaya di Seoul? Apa Charlie mampu setia hanya pada satu wanita saja seperti Diego pada diriku? Aku rasa tidak. Terlihat dari cara Tante memanjakannya, Charlie pasti tumbuh menjadi seseorang mengampangkan segala sesuatu dan sombong. Apa aku benar?" tukasku.

"Beraninya kau menghina anakku? Charlie pastinya berbeda dari Diego. Charlie itu anugerah sedangkan Diego adalah kutukan bagi keluarga kami." hina Mamanya Diego. 

Bound to ExWhere stories live. Discover now