DEMON || 22

73.3K 7.8K 2.1K
                                    

Jangan lupa Spam Komen, dan juga Vote.

Terimakasih...

💚💚💚

.
.
.

Pukul 8 malam, Jaehyun dalam perjalanan entah kemana, tangannya diikat dan dihimpit dua penjaga di samping kanan kirinya. Wajah Jaehyun terlihat babak belur, kemeja putihnya kotor.

"Ingatkan aku untuk memenggal kepala kalian setelah aku kembali dengan semua hartaku" gumam Jaehyun tak berharap disahuti, ia hanya ingin mereka tahu. Dan Jaehyun diam-diam menghafal wajah-wajah itu.

Jaehyun berdecih ketika mobil berhenti karena lampu merah. Benar-benar bodoh pikirnya, mana ada orang mencukik melewati jalanan penuh cctv.

Jaehyun menggerakan lehernya sejenak. Otak cerdasnya mulai bekerja, sejak tadi ia menggenggam kayu runcing seukuran jari telunjuknya yang ia ambil dari gudang tempat ia disekap.

Jaehyun beruntung kedua tangannya diikat di depan tubuh, membuatnya mudah untuk menancap salah satu mata orang di sampingnya.

"Aaarghhhhh" teriak penjaga di samping kanan Jaehyun, Jaehyun dengan sigap kembali menancapkan ujung kayu itu di mata penjaga di samping kirinya.

Orang di depan Jaehyun terkejut, dengan sigap Jaehyun meraih pistol di saku celana orang di samping kirinya, menembak kepala dua orang di depannya, dan kemudian menembak dada dua orang di samping kanan kirinya.

Jaehyun memandang mereka dengan pandangan tidak percaya.

"Ohh kalian benar-benar bodoh, dimana Minho memungut sampah-sampah ini untuk dijadikan penjaga?" Gumamnya.

Jaehyun mengambil beberapa lembar won dari saku mereka setelah melepaskan ikatan tangannya dengan pisau lipat disana, lalu membuka pintu dan keluar dengan agak tertatih.

Jaehyun tersenyum kecil ketika suara klakson mobil terdengar bersahut-sahutan, sebab mobil yang ia tumpangi tadi tidak berjalan ketika lampu hijau menyala.

Jaehyun mengerang kecil merasakan sakit di tubuhnya, namun ia tetap berjalan gontai. Tidak ada tujuan pasti untuknya saat ini, sebab Minho akan kembali menemukannya jika ia tidak pergi sejauh mungkin dari daerah sini.

**

Ara bersyukur masih menyimpan ponsel lamanya. Kini Ara baru sampai di parkiran stasiun kereta, ia menggunakan mobil Jeno untuk sampai disini.

Ara berjalan menuju lantai 1 sesuai petunjuk pada kertas yang ia temukan di dompetnya.

Setelah sampai, Ara bingung dengan maksud nomor 94, apakah ia harus menaiki kereta dengan kursi nomor 94? Lalu?

"Huh... berfikir Ara" gumamnya pada diri sendiri, ia mengelilingi lantai 1 ini, pandangannya mengedar keseluruh lantai 1 yang ramai dan luas.

Ara melangkahkan kakinya menuju deretan loker di pojok sana, Ara tersenyum kecil melihat angka 94 yang menempel di salah satu pintu loker.

Ara memasukan angka tanggal, bulan, dan tahun lahirnya. Seketika pintu loker itu terbuka, memperlihatkan satu dompet kartu berwarna hitam.

Ara memasukannya ke dalam tas, lalu menutup lokernya seperti semula. Ia pergi menuju toilet d stasiun.

Ara memasuki salah satu biliknya dan mengeluarkan kartu yang ternyata berisi 2 black card dan satu kartu debit biasa. Dan secarik kertas lagi.

Winsle County Town House, Gyeonggi-do, Seoul. No. 23.

Ara mendengus kecil, ia tidak mengerti kenapa sekarang kertas ini berisi alamat rumah di sebuah komplek mewah.

Ara memandang blackcard di tangannya, ia yakin isinya tidak main-main.

PERFECT DEMON || Day and Night + Jung Jaehyun✔️Where stories live. Discover now