chapter 35

417 74 224
                                    

35:
belovilia is the next

Aku merasa gelisah beberapa hari ini. Entah perasaan apa yang menghantui, tapi aku yakin sesuatu yang buruk akan terjadi.

Max, kuda putih milikku, sudah terlalu lama berdiam diri di dalam kandang. Dia merindukan berlari di alam lepas atau mungkin dia juga merindukan berjalan di tengah malam sambil menopang tubuhku yang berat—atau aku yang merindukannya. Aneh tapi benar. Aku rindu mengantarkan barang hasil pandai besi Edgar kepada pelanggan atau membeli rempah-rempah sesuai permintaan Linton. Sekarang siapa yang tertawa pada diri sendiri karena pernah mengatakan tidak ingin melakukan hal-hal membosankan itu lagi?

Nat berseru-seru girang, dia menunggangi Max dengan baik, ada senyuman lebar di wajahnya. Sementara aku menunggangi Black, kuda milik Lior. Nat tidak bisa menunggangi kuda milik Lior atau Harry, terlalu besar katanya, dan ukuran Max memang sesuai untuk dirinya.

"Sudah lama sekali aku tidak berkuda," dia berseru di sebelahku. "Rasanya menyenangkan!"

Aku menanggapi dengan senyuman singkat kemudian menarik tali kekang memelankan laju Black. Menonton Nat yang begitu girang berputar-putar bersama Max membuatku tersenyum kecil. Aku jadi teringat hari di mana Freya memberiku seekor kuda, mengajari bagaimana cara menungganginya, dan aku akan berlari berputar-putar bersama Max dari pagi hingga sore.

"Oh, astaga," Nat mengarah ke arahku sambil terengah-engah namun tetap tersenyum. "Ini membuatku lupa waktu."

Aku terkekeh. "Sesekali kau harus lupa waktu."

"Benar," dia mengangguk. "Tapi aku harus memasak makan malam." Nat menyengir dan aku menggeram sebal.

"Tidakkah memasak membosankanmu?"

"Tidak. Aku menikmatinya." ujarnya. "Tapi kadang aku membayangkan jika aku tinggal di rumah yang memiliki banyak pelayan, mereka akan membawakan makananmu, menggosok tubuhmu ketika mandi, memakaikan pakaianmu, dan melakukan hal-hal lainnya seakan kita tidak mampu melakukan itu seorang diri."

Nat menatap lurus ke depan pada lapangan rumput hijau, menerawang begitu jauh seakan itu adalah keinginanannya sejak dulu. "Ya, terdengar menyenangkan memiliki pelayan." sahutku.

"Kau seharusnya sekarang memiliki pelayan," Nat menoleh, menyeringai. "Lady Winston pasti akan menikahi pria bangsawan dan memiliki pelayan."

Aku memutar bola mata lalu menunduk dan terkekeh. "Akhirnya kau tahu siapa aku."

"Aku tidak akan pernah tahu jika malam itu Lior tidak memanggilmu dengan sebutan Lady Winston." Nat tergelak, kini wajahnya memiliki raut bersalah. "Sekarang aku mengerti mengapa kau begitu menutup diri. Aku berduka atas apa yang terjadi pada kedua orangtuamu."

"Tidak, jangan berduka!" kataku nyaris membentak. "Mereka pantas mendapatkannya."

Nat tidak bersuara lagi, dia kemudian mengangguk mengerti. Aku tidak menyukai pembicaraan ini, tentang orangtua yang tidak ingin kuanggap sebagai orangtua. Mereka tidak pantas mendapatkan rasa duka dari semua orang.

"Well, aku harus kembali untuk memasak makan malam." ujar Nat. Aku menoleh padanya ingin memprotes serta memaksa agar dia tetap berada di sini lebih lama, tapi Nat menyengir miring selagi memacu kuda. Di saat bersamaan aku malah mendengar suara kaki kuda lain yang mendekat.

Harry.

Senyumanku langsung mengembang begitu saja.

"Good afternoon, m'lord." sapaku sambil sedikit membungkuk, aku melemparkan senyuman. Harry tersenyum miring, dia mendekatkan kuda miliknya dengan kuda milik Lior. Kini keduanya saling mendengus menyapa seperti kawan lama.

FleeWhere stories live. Discover now