chapter 58

146 36 118
                                    

58:
witness

Pesta pernikahan itu tidak dilanjutkan, padahal inti dari acaranya akan segera terlaksana jika saja tidak ada "kejutan" seperti tadi. Pai besar yang belum dipotong dan makanan sisa akan disumbangkan kepada rakyat di kota, merpati-merpati telah diterbangkan oleh sang ratu, dan para tamu yang dibuat kecewa akhirnya dapat tersenyum lagi ketika Raja mengumumkan akan mengadakan pesta dansa di waktu yang akan ditentukan sebagai bentuk permohonan maaf karena pestanya dihentikan. Padahal Raja tidak perlu memohon maaf, dia terlalu baik menjamu para tamunya, dan acara seperti pesta dansa sangat tidak diperlukan.

Ketika Kakek tiba-tiba muncul dan mengatakan bahwa ia yang memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi, Raja lantas memerintahkan para Pengawal Raja untuk menanggalkan pedang beserta belati yang tersampir di ikat pinggangnya kemudian pria tua itu dibawa ke dalam istana. Raja butuh sedikit waktu untuk meneliti Harry, dia tidak melakukan apa-apa, hanya menatap. "Bawa saudaraku juga ke dalam, perintahkan Braddock untuk mengobatinya," perintah Raja. Kemudian setelahnya butuh dua Pengawal Raja untuk membopong tubuh Harry yang sepertinya tidak butuh diperlakukan demikian.

Reaksi sang raja benar-benar di luar ekspektasi, sangat jauh dari apa yang kuduga. Begitu juga dengan Lior, dia pasti berpikiran serupa. Tangannya masih saja mencengkram lenganku kuat-kuat, dia tahu persis bahwa aku ingin berlari menyusul Harry. Akal sehatku juga mengatakan untuk tidak melakukannya, namun kakiku seakan tidak patuh dan berakhir terpaksa tertahan karena ditahan oleh Lior.

"Elyas, aku tidak memerintahkanmu untuk mengikuti saudara tirimu," Raja memperingati dengan suara tajam.

Pangeran Elias lantas berbalik geram. "Maaf, Yang Mulia," dia membungkuk pada saudara kembarnya bermaksud untuk mengejek, "tapi aku ingin memastikan saudaraku tidak berniat melarikan diri."

"Maka dari itu aku memerintahkan Morten Cassel untuk menemaninya." Balasan Raja Elios membuat saudaranya mendecih. Dengan tenang, pria dengan mahkota itu berbalik menghampiri ratunya yang masih setia berada di atas mimbar bersama dengan Lady Hilda di sampingnya, menggenggam erat tangan putrinya erat-erat. "Kau urus saja mereka. Jangan berlebihan, jangan ada pertumpahan darah." Raja menoleh dan menunjuk para pasukan pencari anak haram raja yang masih setia berlutut, terutama kedua orang yang tubuhnya terlilit rantai besi. Elias menjadi luar biasa bersemangat, tawa jahatnya menggelegar dan matanya berkilat senang selagi ia melompat ke tengah-tengah para pasukan yang sama sekali tidak bergeming itu.

Kerumunan mulai meninggalkan area, Morten Cassel memerintahkan para penjaga untuk memastikan seluruh tamu undangan kembali dengan selamat. Berada di antara kerumunan itu, Lior menarik lenganku. "Ayo, Eva," ajaknya. Tatapannya berada lurus di depan dan ia menjadi luar biasa serius.

Aku menoleh ke belakang, tepat ke arah mimbar di mana keluarga dari pihak raja dan ratu yang juga bergegas meninggalkan lokasi. Dapat kulihat Hosteen dari sini, kepalanya celingukan dengan wajah keras dan kedua tangan terkepal. Lantas aku membuang muka sebelum matanya berhasil menangkapku.

Aku terus ditarik Lior menjauh, dia sangat tergesa-gesa. "Kau akan membawaku ke mana?" tanyaku gelisah.

Lior tetap bungkam. Langkah kami menjauh dari keramaian kini menuruni sebuah tangga berkelok dan menyeberangi pekarangan kecil yang letaknya melesak ke dalam tanah. Lior mendorong sebuah pintu, lorong kecil dan panjang menyambut.

"Kau ingin melarikan diri bukan?" tanyanya rendah. Mataku menjereng, langkahku terhenti dan kuhentak lenganku hingga cengkraman Lior terlepas. "Apa? Kau tidak menginginkannya? Sekarang adalah waktu yang tepat. Tidak akan ada yang menyadarimu pergi. Pelabuhan saat ini dipenuhi oleh kapal, aku bisa menyelundupkanmu ke salah satunya."

FleeWhere stories live. Discover now