chapter 61

162 36 102
                                    

61:
hard, cruel, and sweet

Angin timur menyibak rambut yang telah kutata asal. Menyadari bahwa tidak ada dayang yang akan merapikannya lagi, lantas aku membiarkan angin terus merusaknya. Langit di atas sudah begitu gelapnya, awan-awan tebal berkumpul dan gemuruh saling sahut menyahut memecahkan langit. Ombak pantai di bawah sana terlihat menjadi lebih dingin. Sepertinya akan ada badai. Aku jadi merindukan segelas susu hangat dengan madu.

Luis dan Edith tidak membiarkanku meninggalkan wilayah Klan Blakeley di istana ini. Jaga-jaga agar Hosteen tidak menemukan diriku lagi, kata mereka. Aku sudah berada di sini selama empat hari lamanya, dan kabar mengenai Hosteen yang masih dalam keadaan lemah dan masih dalam pengawasan tabib sampai ke telingaku. Mungkin sehabis ini Lady Hilda Drummond akan mencari diriku dan meminta pertanggungjawaban atas perbuatanku pada anaknya—mengingat betapa dia sangat menyayangi anak-anaknya.

Sebenarnya aku ingin sekali keluar mengunjungi Freya dan menemani dirinya yang tengah hamil tua. Atau bertemu dengan Foley karena aku membutuhkan pelukannya yang hangat. Atau juga membobol masuk ke kamar Harry walau seluruh penjaga tidak akan membiarkanku masuk dengan mudah. Sebuah helaan napas keluar dari mulutku, teringat perkataan Luis yang mengatakan bahwa Harry masih dalam keadaan tidak sadarkan diri dari efek yang diberikan sang raja hari itu.

Memikirkannya kembali, aku rasa kekuatan Raja Elios adalah mengendalikan pikiran. Itu masuk akal bagaimana dia bisa masuk ke dalam pikiran seseorang, membaca seluruh pikirannya, dan mengendalikannya—seperti membuat Harry tumbang dan tak sadarkan diri. Itu merupakan kekuatan yang sangat luar biasa dan berbahaya di saat bersamaan. Luis enggan membenarkan perihal hal itu ketika aku bertanya kepadanya.

Mengenai Luis dan Edith, aku masih saja tidak menyangka bahwa mereka berdua adalah paman dan bibiku. Freya harus mengetahui tentang yang satu ini.

"Di luar sini terlalu berangin," gerutu Edith, merengut. Dia benar-benar sangat cocok dengan wajah merengut. Di luar dari kebiasaannya yang dulu—berwajah datar dan kaku—aku mendapati kepribadian Edith yang jauh lebih menyenangkan. Dia sangat ekspresif akan segala situasi, namun tetap akan profesional ketika sedang bertugas. "Tidakkah kau ingin kembali ke dalam?"

"Tidak," aku menggeleng lalu dengan cepat mengoreksi, "nanti. Aku masih ingin melihat laut."

Edith mengangguk-angguk. "Kau suka memandangi langit dan perairan terbuka. Pernah beberapa kali kulihat bagaimana kau sangat mendambakan perahu layar tiap kali mereka tiba di pelabuhan. Kau ingin berlayar, bukan? Ke Negeri Merdeka?"

Aku tidak perlu lagi terkejut oleh Edith yang mengetahui segalanya. "Ya, aku ingin sekali ke sana, bersama Harry."

"Menyenangkan sekali berlayar itu." Edith merenggangkan tubuhnya dan membuat suara rendah. "Tidakkah kalian berdua keberatan jika kita pergi bersama?"

"Kau juga ingin pergi ke Negeri Merdeka?"

"Benar," Edith mengangguk, "tapi bukan untuk bertamasya. Aku akan bertugas ke sana dalam beberapa minggu lagi."

"Apa ini terkait tentang mencari informasi untuk sang raja?"

"Kau terdengar antusias dan tertarik, dan benar, aku akan mencari informasi untuk sang raja. Jika kau mau, kau bisa menjadi mitraku. Kau memiliki bakat, kau tahu?"

Menjadi mitra dan melakukan hal baru terdengar sangat menyenangkan. "Tapi..." aku menjadi ragu, "aku tidak tahu."

"Aku mengerti. Itu akan merusak rencanamu."

Benar. Itu akan merusak rencana dan angan-angan yang sudah jauh sekali dibayangkan sebelumnya. Aku masih ingat Harry pernah mengatakan aku dan dia akan tinggal di rumah kecil jauh dari keramaian, dengan beberapa petak tanah cukup untuk menanam sayuran dan gandum, dan juga beberapa anak domba sebagai ternaknya. Aku bertanya-tanya apakah itu akan terjadi.

FleeWhere stories live. Discover now