chapter 50

265 42 271
                                    

50:
handmaiden

Pernikahan emas itu sudah berlalu selama tiga pekan, selama itu juga orang-orang telah melupakan pernikahan mewah keluarga Drummond dan mulai beralih pada peperangan yang kabarnya sebentar lagi akan terjadi.

Klan Efron kehilangan banyak sekutu, kebanyakan dari mereka yang merupakan para kepala desa telah bergabung bersama Lior Morgenstern. The Shepherd—Sang Gembala—adalah sebutan yang disematkan kepada Lior dengan harapan ia dapat menjaga keselamatan orang banyak.

"Lior Morgenstern merasa dirinya seorang pahlawan," begitu kata Hosteen ketika kutanya tentang ini, "pahlawan yang tidak suka melihat rakyat tertindas dan menderita. Itu bagus sebenarnya. Namun Lord Jocelin Efron tidak menyukai sifat kepahlawanannya yang menyerukan rakyat tertindas untuk bangkit melawan. Kakakku, Kylen, memiliki orang kepercayaan yang selalu menginformasikan perkembangan pergerakan laki-laki bernama Lior itu semenjak mengetahui ia memiliki sejumlah Elf bersamanya. Tidak main-main, berita tentang Elf itu benar adanya. Aku tidak menyangka mereka masih ada setelah pembantaian yang dipimpin oleh ayahmu, Edmund Winston. Pembantaian itu seakan tidak berguna jika mereka masih ada."

Aku berkedip berkali-kali lalu menjauhkan tangan Hosteen yang memeluk tubuhku dari belakang kemudian bangkit sambil menyeret selimut untuk menutupi tubuh telanjangku. "Jangan menyebut nama ayahku di depanku lagi." Aku berkata pelan setelah meneguk anggur. Hosteen tidak membalas, dan aku tidak mau melihat reaksinya.

"Maafkan aku," Hosteen bergumam, "dan bisakah kau kembali ke ranjang?"

Akan menjadi bencana jika tidak menuruti permintaannya. Aku telah menjadi istrinya; aku harus patuh.

Maka dari itu, aku berbalik dan meletakkan cawan pada meja. Hosteen setengah terduduk, tubuh telanjangnya menyender pada sandaran. Perapian di samping adalah satu-satunya sumber cahaya, aku dapat melihat kejantanannya yang masih mengeras di antara rambut-rambut emas itu. Tidakkah dia lelah? Percuma saja mengeluh. Dia bahkan tidak memedulikan rasa kebas di antara kedua pahaku.

Hosteen sepertinya menginginkan agar aku segera mengandung. Apalagi setelah mendengar berita kehamilan Freya yang diumumkan Kylen tadi saat makan malam.

"Tabib yang mengatakannya sendiri, dari cara Freya mengandung, kemungkinan besar calon bayinya adalah laki-laki." Kylen mengatakannya dengan senyuman yang besar seakan-akan seluruh kebahagiaan dunia kini miliknya.

Aku ingat bagaimana menjadi tidak bernafsunya diriku ketika mendengar berita itu. Tidak, aku bukannya iri, bahkan tidak berniat iri. Namun Freya yang mengalihkan pandangan dari tatapanku seakan menjelaskan bahwa dia tengah menyesal. Apa yang tengah ia sesalkan? Apa karena dia menyesal karena itu mengingatkan diriku pada kandunganku yang gugur bersama darah?

Jika itu benar, maka Freya tidak salah. Karena sesungguhnya aku bukanlah merasa iri, melainkan merasa marah. Para dewa sangatlah tidak adil. Mengapa mereka memberikan seluruh kebahagiaan hanya kepada kakakku terkasih? Lihatlah bagaimana perempuan itu membohongiku dengan sifat kepura-puraannya seakan aku dapat dibodohi. Tapi tidak, aku tidaklah lagi seseorang yang bodoh. Sesungguhnya Freya tidak pernah berpura-pura mencintai Kylen maupun berpura-pura merasa nyaman di keluarga ini dan menyandang nama sebagai Drummond.

Freya yang menghiburku seakan aku dan dia sama di tempat ini—sama-sama tersiksa karena pernikahan bodoh—membuatku jijik. Aku tidak akan pernah bisa mencintai Hosteen seperti dia mencintai Kylen. Dan berapa kali pun Hosteen membawaku ke ranjangnya, aku tidak akan pernah membiarkan diriku mengandung anaknya. Jika itu terjadi, aku akan membunuh anak itu bahkan sebelum Hosteen mengetahuinya.

"Aku lelah dan butuh tidur," kataku sambil memakai jubah tidur satin pemberian Lady Hilda. Aku sengaja tidak membiarkan ikatan talinya kencang, karena ketika merangkak ke ranjang Hosteen akan memainkan satu permainan lagi sebelum akhirnya membiarkanku tertidur.

FleeOnde histórias criam vida. Descubra agora