chapter 07

535 102 70
                                    

7:
the same guy

Aku mengikuti langkah kaki Harry yang panjang. Sambil menggerutu, aku tidak habis pikir mengapa aku menyetujui ajakannya. Sialan, Freya benar-benar akan membunuhku nanti.

"Ke mana kau akan membawaku?" tanyaku.

Harry menoleh sebentar sebelum menghentikan langkahnya. Kami sekarang menyusuri jalanan, langit sudah bertambah gelap dan lentera jalanan dinyalakan.

"Kau keberatan jika aku membawamu kepada seseorang?"

Mataku langsung membelalak lebar, terkejut bukan main.

"Apa-apaan? Kau berniat—"

"Oh, maaf. Maksudku, aku akan mengenalkanmu kepada temanku yang tinggal di desa ini. Mungkin kita bisa menumpang di rumahnya," ujar Harry, mulutnya sedikit berkedut karena barusan aku mengira jika dia akan menjualku kepada seseorang. "Kau keberatan?"

Aku malah memutar bola mata. "Kau tidak jelas, Harry. Untuk apa menanyakan apakah aku keberatan untuk menemui seseorang."

"I don't know," Harry bergidik. "Aku berspekulasi jika kau tidak menyukai pria mana saja yang kau temui, aku takut kau malah melayangkan tinjuan di wajah kawanku itu."

Apa? "Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu?"

Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan Harry yang sedang menatap lurus jalanan di depan.

"Entahlah, Eva." katanya sambil menghela napas seperti tidak ingin berbicara lagi denganku.

Aku menyipitkan mata curiga, Harry mengabaikanku dan terus menggiringku melewati lorong-lorong, memasuki jalanan setapak hingga kami tiba di depan sebuah rumah yang terhimpit oleh pohon besar di sisi kiri dan kanannya. Penerangan di depan rumahnya sangat minim membuatku bergidik ngeri dan pikiran-pikiran jelek langsung timbul di permukaan. Mungkin Harry akan membunuhku di rumah mengerikan itu dan memberikan darahku kepada iblis untuk ilmu hitam. Astaga, aku harus berhenti berpikiran seperti itu.

"Tunggu sebentar, aku yakin Foley sudah kembali."

Begitu kata Harry sebelum dia meninggalkanku untuk menaiki tangga, dia menginjakkan kaki di kayu beranda yang menyebabkan deritan mengerikan selagi dia mengetukkan tangan pada pintu.

Aku memeluk tubuhku yang kedinginan sambil menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, entah memastikan apa. Selanjutnya aku mendengar pintu terbuka diikuti suara heboh yang membelah malam.

"Harry saudaraku!"

"Foley."

"How did you get here?" Pria bernama Foley itu masih saja meninggikan suaranya, wajahnya terhalang oleh tinggi badan Harry.

"Something happened," ujar Harry, dia lantas menoleh ke belakang padaku sementara Foley mengangkat dagunya. "Aku membawa teman."

"Teman?" tanya Foley, terdengar seperti ejekan. Aku masih tidak dapat melihat wajahnya dengan benar karena cahaya yang minim, atau ini karena penglihatanku yang kabur karena barusan kemasukan debu.

"Ya, teman." ulang Harry dengan sedikit tekanan, aku yakin dia barusan memutar bola matanya.

Kemudian Harry turun dari beranda, ada senyuman kecil pada wajahnya selagi dia meletakkan kedua tangannya pada bahuku dan menggiringku pada Foley. Pria bernama Foley ini berambut pirang, bermata cokelat terlihat jelas begitu bertatapan denganku, ada satu garis miring cakaran panjang pada wajahnya yang seperti membelah dua, dan yang membuatku bergidik ngeri adalah jahitan yang tidak rapi di sekitar tulang selangkanya. Aku seperti pernah melihat pria ini dan itu membuatku membelalak saat menyadarinya.

FleeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt