chapter 04

652 113 118
                                    

4:
restart

Tidak jauh di belakang rumah terdapat lapangan luas yang ditumbuhi oleh rerumputan liar yang lumayan tinggi nyaris menyentuh tulang kering pria dewasa, perlu berjalan sekitar beberapa menit untuk sampai di tempat dimana aku sering berburu kelinci. Waktu yang tepat untuk berburu kelinci sebenarnya adalah saat petang karena kebanyakan mereka makan saat minim cahaya, mengingat sekarang nyaris petang jadi kurasa aku akan mendapatkan kelinci dengan mudah.

"Jadi," Harry berdeham, aku menoleh padanya. "Saudarimu pandai berbela diri."

"Ya, dia memang."

Harry mengangguk-angguk, kami tidak berhenti berputar-putar dan sengaja membuat berisik dengan menggesekkan alas sepatu pada rerumputan agar kelinci keluar.

"Dia menakjubkan."

"Apa?" responku cepat, terkejut bukan main.

"Saudarimu, dia menakjubkan." ulang Harry, pandangannya lurus ke depan namun senyuman kecil di wajahnya membuatku mengernyit.

Aku mendengus kemudian melempar pandangan ke kanan. "Jika kau tertarik padanya, kupastikan dia akan menolakmu dan menendangmu tepat di bokong."

"Apa?" Harry menoleh cepat padaku, dia tertawa mencemooh. "Kau mengira aku tertarik padanya?"

"Well, itu hanya kesan pertamaku saat kau mengatakan bahwa saudariku sangat menakjubkan." kataku sambil menggidikkan bahu.

Aku mengambil anak panah, mulai memposisikan pada tali busur begitu melihat seekor kelinci keluar dari lubang persembunyiannya.

"Oh Tuhan," Harry tertawa lagi. "Aku tidak tertarik kepadanya—well, aku memang tertarik karena dia menakjubkan dalam bidang bela diri, itu pun jika kau mengerti maksudku."

Aku mencoba mengabaikannya dan berusaha fokus pada targetku, sebenarnya aku ingin menertawai diriku sendiri yang sempat mengira jika Harry tertarik kepada Freya, konyol sekali. Memicingkan mata, aku menarik anak panah mengarahkannya tepat pada targetku, begitu anak panahnya dilepas seekor kelinci berhasil kupanah. Aku menoleh pada Harry dengan pandangan sombong, tahu jika sedari tadi dia memperhatikan cara memanahku.

Mulut Harry sedikit manyun, kepalanya diangguk-anggukkan seakan tengah menelan egonya sendiri untuk mengatakan bahwa aku memang pandai memanah. Aku tahu bahwa dia meragukanku tadi.

"Giliranku," ujar Harry, dia merampas kasar busur dari tanganku. Aku ingin memprotes dan mengatakan bahwa ini bukanlah sebuah perlombaan karena dari nada suaranya barusan dia seperti ingin memenangkan sesuatu. "Perhatikan aku dengan benar."

Aku memutar bola mata, Harry malah menyunggingkan senyuman miring sebelum memutar tubuhnya ke kiri, memposisikan busur dengan tangan kiri sementara tangan kanannya mulai menarik anak panah. Mata hijau milik Harry memicing tajam bak elang, aku berkecak pinggang dan sedetik kemudian dibuat terperangah karena dia memanah dua ekor kelinci sekaligus.

"Wow." kataku reflek.

Aku langsung menyesali kekagumanku.

"Aku tahu aku keren." Harry berkedip, dia tergelak rendah melihatku memutar bola mata lalu merampas anak panah lain.

Pada akhirnya aku hanya terduduk di atas rumput dengan kedua kaki sedikit mengangkang, menontoni Harry yang memanah kelinci dengan mudahnya tanpa ada yang melesat sedikit pun membuatku ingin mengakui bahwa dia keren saat melakukan itu. Sialan, aku tidak dapat berbohong.

Aku menurut saat Harry memintaku untuk memungut kelinci-kelinci, lagipula dia yang sudah repot-repot memanah mereka. Kuhitung totalnya ada delapan ekor, ini dua kali lipat dari yang Freya pinta. Aku membayangkan wajah terkejutnya saat ini.

FleeWhere stories live. Discover now