chapter 27

548 91 201
                                    

27:
the winston

"The Winston?"

Lior bergumam pada dirinya sendiri, dia tidak berkedip untuk beberapa saat sebelum menegapkan tubuh namun masih melipat kedua tangan di dada dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Sementara Harry, aku tidak berani untuk melihat reaksinya namun secara bersamaan berharap dia tidak mengetahui sesuatu tentang ini.

"Apa hanya aku satu-satunya yang tidak mengetahui The Winston?" Foley dengan konyol membuat gelak tawa yang mana terdengar canggung sekali.

Rasanya aku ingin pergi sekarang, kakiku lemas dan tiba-tiba kepalaku pening. Ini gila, aku gila karena membocorkan identitas diri setelah berhasil kusimpan rapat beberapa tahun belakangan. Bayangan Freya memukuliku langsung melintas di kepala.

"The Winston..." gumam Lior lagi, dia menghela napas lalu menyunggingkan senyuman, tiba-tiba merubah wajahnya menjadi empati yang besar. "Aku turut berduka atas kematian kedua orang tuamu. Hanya hidup berdua bersama saudarimu dan jauh dari rumah pasti berat rasanya." Aku tidak suka ini. "Harusnya aku tidak berduka, orang gila mana yang bersedih atas kematian seorang pengkhianat—yang ironisnya merupakan seorang kepercayaan Lord Wesley?"

Rahangku terkatup, seringaian Lior berhasil membuat darahku mendidih.

"Aku mengerti mengapa kau pergi jauh-jauh ke Selatan dan merubah caramu berbicara. Apa Lord Wesley mengirim pasukan untuk memburu anak-anak gadis pengkhianat itu?" Lior menyeringai puas, dia merasa menang karena membuatku diam tidak berkutik dengan tatapan ingin menerkamnya hidup-hidup.

Foley menganga di tempat, dia menolehkan kepala kepadaku. "Aku masih tidak mengerti namun ini bukan cara yang tepat untuk berbicara seperti itu kepadanya."

Lior menyengir. "Maafkan aku, m'lady. Anjing besar ini benar, lain kali aku tidak akan berbicara seperti ini lagi kepadamu," katanya. "Haruskah aku membungkuk padamu? Kau tetaplah keturunan bangsawan—walau kurasa itu sudah dicabut karena perbuatan orangtuamu."

Aku ingin merobek mulutnya. Sungguh.

"That's enough, Lior," Harry membentak, mulutnya membentuk satu garis tipis tegas dan matanya menunjukkan amarah. "Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau, jadi berhenti berbicara seperti itu kepadanya."

Lagi, Lior menyeringai miring. "Atau apa? Kau terdengar seperti sedang mengancamku, Herald."

Harry menahan napasnya sesaat, dia melemparkan tatapan tajamnya pada Lior lalu bangkit berdiri dan menyambar lenganku dalam sekali sambar, membawaku pergi dari sana. Kakiku nyaris terseret namun segera menyeimbangkan diri berjalan dengan kaki-kakiku sendiri. Begitu berada di luar kedai bernama The Limping Serpent ini, rasanya aku baru bisa menghirup udara kebebasan. Itu adalah ide buruk membuka jati diri di depan Lior yang memiliki mulut tajam bak wanita tua yang senang berkomentar.

Kami berdua terdiam, Harry melepaskan cengkraman tangannya pada lenganku lalu menghela napas panjang. Dia melirik kepadaku sekilas, ada tatapan kesal di matanya sebelum dia membuang muka ke samping dan menarik rambut panjangnya ke belakang.

"Kau tahu kau seharusnya tidak mengatakan itu di depan Lior." katanya, benar-benar menaruh nada kesal pada suaranya membuatku tidak percaya dan tidak mengerti.

"Lalu apa? Kembali ke waktu tadi dan membiarkan dia membuatku merasa terpojok?" balasku sengit.

"No!" jawab Harry cepat. Dia sedikit mengumpat kemudian mengusap wajah sekilas. "Tentu tidak, Eva. Aku hanya tidak ingin melihatmu seperti tadi; terpojokkan, ekspresimu, dan semuanya. Lior benar-benar bajingan."

FleeWhere stories live. Discover now