chapter 05

640 107 99
                                    

5:
a roamer

Aku kembali masuk ke dalam rumah untuk mengganti gaun lusuhku dengan celana serta sepatu bot. Tidak lupa mempersiapkan kumis palsu karena mungkin aku akan membutuhkannya, dan juga sebuah pisau yang kuletakkan di samping sepatu bot serta menyiapkan kebutuhan lainnya. Perjalanan ke Asgornia membutuhkan waktu setengah hari, jika aku berangkat sekarang kemungkinan akan tiba di sana saat makan siang.

"Jangan lupa untuk membeli roti setelah mendapatkan bayarannya." Linton mengingatkan begitu aku naik ke tubuh Max.

Aku mengangguk dan tersenyum. "Tentu."

"Aku bilang membeli bukan mencuri. Ingat itu!"

Aku tergelak mendengarnya, dia menangkap maksud dari senyumanku rupanya.

"Baiklah, aku akan membeli bukan mencuri—jika aku mengingatnya." ujarku, mengecilkan suara di akhir kalimat.

"Aku akan memberi tahu Harry untuk mengingatkanmu membeli roti-roti itu." Linton mendengus, dia berbalik menuju Harry yang sudah menaiki kuda milik Freya. Kuda malang itu bergelak gelisah, nampak sekali jika dia tidak suka dengan Harry seakan dia mengerti jika Harry adalah seorang bajingan yang tidak pantas diberi tumpangan. Aku tertawa dalam hati.

Kepergianku dan Harry ditonton oleh Freya dan Linton, aku tidak melihat di mana Edgar, jadi kuasumsikan jika dia kembali bekerja di ruangannya memandai besi.

Aku yang memimpin jalan, tentunya, walau Harry tahu arah jalan saat kutanya apakah dia tahu di mana Asgornia berada namun dia tetap menyuruhku untuk berada di depan. Aku malah menjadi takut akan sesuatu, fantasiku dengan konyol mengatakan Harry akan membunuhku secara tiba-tiba dari belakang menggunakan pisau peraknya.

Sialan. Ini semua adalah salah Freya yang terlalu serius menganggap pembicaraan singkat (yang memiliki makna tersembunyi) antara Harry dan Edgar kemarin. Bisa saja itu adalah reaksi reflek dari Edgar karena pertama kali melihat sosok pria yang katanya seorang temanku itu, mungkin dia sebelumnya berpikir jika Harry tidak akan setampan dan segagah itu, atau alasan lain yang tidak perlu dianggap serius.

Ini semua hanya membuatku kesal karena aku terus-terusan berpikir.

Harry tidak mungkin makhluk jadi-jadian. Dia bukanlah manusia serigala, jika memang dia adalah makhluk itu, seharusnya di malam saat aku membawanya pulang, Harry akan berubah menjadi serigala karena bulan bersinar dengan terangnya. Harry juga bukan seorang duyung yang senang berjalan di tanah, bukan? Aku tiba-tiba saja membayangkannya dengan ekor yang mana malah membuatku ingin meledakkan tawa besar.

Dan lagi, Harry tidak mungkin salah satu dari bangsawan kerajaan. Oh, entah mengapa aku langsung menebak ke sana.

Raja dari negeri ini adalah manusia setengah dewa, dikatakan seperti itu karena dia (orang pertama kali) dan garis keturunannya diberi anugerah langsung oleh dewa langit. Konon dikisahkan jika orang pertama itu adalah orang suci, pandai bertempur dan memiliki akhlak yang baik sehingga dewa langit memberikannya kekuatan juga sebuah negeri untuk dipimpin. Keturunan-keturunannya memiliki kekuatan mereka sendiri, dan yang membuat semua orang dapat dengan mudah mengenal para bangsawan itu adalah dari rambut mereka yang berwarna putih dan perawakan mereka yang khas.

Bukankah itu sudah jelas bahwa Harry bukanlah seorang bangsawan? Dia tidak memiliki rambut putih serta perawakan khas itu, jelas dia bukan seorang bangsawan kerajaan. Tapi mungkin dia memang bangsawan, namun bukan dari kalangan kerajaan.

Kemudian pemikiran lain yang mengatakan mungkin saja Harry merupakan seorang kesatria—mengingat aku melihat cara memanahnya yang keren kemarin. Namun jika Harry memang merupakan seorang prajurit, maka seharusnya dia memiliki sebuah tanda di pergelangan tangannya, yaitu huruf K yang berasal dari besi yang dipanaskan. Aku sudah memperhatikan kedua pergelangan tangannya dan tidak menemukan apa-apa.

FleeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora