chapter 16

533 94 121
                                    

16:
beste hilsener

Aku melewati satu hari lainnya di Belovilia lebih tenang dari hari sebelumnya setelah kejadian dari dua hari lalu di mana Harry menciumku di bukit. Maksudku lebih tenang karena Harry tidak ada di rumah sepanjang hari ini, dia entah pergi ke mana dan aku sendiri tidak berniat untuk bertanya pada Lior maupun Natassia. Kemudian alasan itu kuketahui sendiri saat ia kembali di sore hari dengan seekor rusa muda yang telah mati, dia berburu sendirian rupanya.

Kejadian hari itu membuatku dilanda rasa tidak tenang. Harusnya aku tidak perlu bertindak seperti itu dan membuat Harry merasa bersalah karena melakukan sesuatu yang menurutnya sudah melukai harga diriku-begitu yang kutangkap dari gerak-geriknya saat dia meminta maaf kemarin malam. Aku sendiri tidak tahu mengapa aku seperti tengah menghindar dari Harry dan ia mungkin mengambil langkah serupa dengan pergi seharian dari rumah, meninggalkanku menghabiskan satu hari di ladang miliknya bersama Nat, yang mana membuatku merasa tidak tenang karena aku dan Harry saling memberi jarak selama dua hari ini. Aku tidak mau itu, dan aku yakin bahwa Harry juga serupa.

Aku terbangun dari tidur dengan napas terengah, seperti biasa mimpi buruk menyerang tidurku, tidak pernah sekali pun kurasakan tidur yang tenang. Aku berdiri diam termenung menatap langit berbintang dari jendela yang kubiarkan terbuka, anginnya berhembus masuk membelai wajah dan menerbangkan rambutku yang terurai. Aku membenarkan ucapan Lior yang mengatakan bahwa malam sangat dingin di sini. Jadi aku menyudahi acara merenungku, menutup jendelanya lalu memutuskan menyalakan lilin. Aku haus.

Tidak tahu sekarang pukul berapa, namun kurasa belum terlalu larut mengingat tadi aku tidur lebih awal dan rasanya baru tidur beberapa jam. Kakiku yang telanjang merasa dingin menyentuh tangga berlantai semen, aku celinguk ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada Harry di sekitaran. Tentunya dia sudah tidur, namun bisa saja dia berkeliaran di tengah malam seperti yang kulakukan sekarang, atau mungkin dia berjalan dalam tidurnya.

Begitu akan memasuki area dapur, aku dapat melihat cahaya lilin lain dari sana menerangi ruangan. Dahiku mengernyit, suara lenguhan dan suara tubrukan antar kulit memenuhi indera telingaku. Aku sedikit tercekat lalu menganga kecil, langkahku terhenti dengan sendirinya sementara Lior yang berada di atas tubuh Nat menoleh padaku, tatapannya garang menyuruhku untuk pergi. Kudengar Nat tertawa ketika aku buru-buru berbalik.

Bodoh. Bodoh. Mengapa pula aku berhenti dan tidak langsung berbalik pergi? Sekarang bayangan mereka berdua telanjang di atas meja dapur memenuhi kepalaku. Sialan.

Aku menghempaskan tubuh di atas ranjang, langsung terperanjat begitu mendengar suara pintu berderit terbuka. Nat rupanya. Dia sudah berpakaian mengenakan gaun tidurnya, tidak telanjang seperti tadi.

Buru-buru aku duduk saat dia melangkah mendekat, melemparkan tatapan maaf.

"Maaf karena mengganggu kalian tadi."

Nat tertawa lagi, dia mendudukkan dirinya di sebelahku dengan senyuman di wajahnya. "Tidak perlu meminta maaf, aku yang harusnya meminta maaf padamu. Kau tamu di sini, harusnya kami memilih tempat yang tertutup."

"Tetap saja."

Aku malah melihat Nat menyeringai. "Kau harus meminta maaf kepada Lior, kalau begitu, dia geram sekali tadi."

Aku tiba-tiba saja bergidik ngeri. Walau sekuat apa pun Freya mengajariku untuk berani, kurasa aku tidak akan berani untuk berhadapan dan meminta maaf kepada Lior-mengingat tatapannya yang tajam tadi sangat menyeramkan.

"Oh, Eva, aku hanya bercanda," Nat tertawa lagi membuatku mengernyit. Dia berkedip padaku. "Lior sudah mendapatkan pelepasannya, dia memang geram namun tidak akan memakanmu hidup-hidup."

FleeWhere stories live. Discover now