•33•

871 141 27
                                    

.
.
.
.
.

Ditengah udara pagi buta yang begitu dingin, Midoriya berdiri diluar jendela kamar seseorang.

Setelah menghela nafas ber-uap putih pelan, dia mengetuk-ngetuk pelan kaca jendela.

Midoriya bisa merasakan jarinya sedikit membeku saat kaku untuk dia gerakkan.

Selama satu menit menunggu, tidak ada tanggapan apapun. Midoriya pikir ketukannya terlalu pelan. Namun dia tidak bisa mengetuk lebih keras karena akan membangunkan orang lain.

Dia pun kembali mengetuk pelan, namun kali ini tidak berhenti hingga berkali-kali.

Akhirnya, beberapa saat kemudian tirai gelap yang menutupi jendela dari dalam sedikit membuka di sisi kirinya. Melihat siapa yang ada diluar, penghuni kamar itu segera membuka tirai dan jendela.

"Deku? " Bakugou melihat dengan tidak percaya.

"Hai, Kacchan... " Midoriya menyunggingkan senyum tipis.

Bakugou masih merasa seolah mimpi karena dia terbangun pada pagi buta dan melihat seseorang yang selama ini dia pikirkan semenjak hari itu. Kini Midoriya berada begitu dekat dengannya. Hanya dinding bertempel kusen jendela yang menjadi penghalang mereka.

"Kau... " Bakugou melihat gadis itu dari atas kebawah. Dia kemudian memegang kedua pundaknya. "Bagaimana kondisimu? Luka itu–"

"Aku baik-baik saja. " Midoriya menurunkan salah satu tangan Bakugou dari pundaknya. "Maaf jika aku datang saat kau tengah tidur. "

Saat ini Bakugou berpikir betapa tepatnya keputusan untuk pulang sementara kerumah. Jika tidak, Midoriya hanya akan mendapati kamarnya kosong sementara dirinya ada di asrama UA. Gadis itu itu kemungkinan tidak tahu soal dibangunnya asrama.

"Aku ingin membicarakan sesuatu." lanjut Midoriya.

Bakugou menatapnya lebih serius.

"Kacchan... apa kau menyembunyikan soal diriku dari para hero seperti rencana? "

"Ya. Meski sulit untuk menahan diri."

Midoriya tersenyum tipis, rautnya terlihat lelah. "Kalau begitu, kau bisa berhenti menahan diri sekarang. "

"Apa maksudmu? "

"Kau bisa beritahu mereka soal diriku, dan rencana kita kemarin. "

"Kenapa kau berubah pikiran? "

"Jika kau sudah bicara dengan mereka, beritahu juga jika villain league tengah merencanakan sesuatu yang baru. " Midoriya tidak menanggapi pertanyaan itu.

"Untuk saat ini mereka hanya akan menggunakan para villain kecil yang tersebar di segala tempat untuk mengacau. Kedepannya entah rencana utama apa yang akan dilakukan. "

"Mereka memanfaatkan kondisi hero yang kehilangan All Might, huh? " Bakugou mengernyit kesal mengingat soal All Might yang terluka parah pada kejadian itu dan menyebabkan hero itu harus pensiun.

"Ya... aku akan tetap disana sampai tahu rencana utama Shigaraki. " Midoriya merogoh kantong celananya. "Kacchan, berikan aku nomormu. Aku akan segera memberi kabar rencana lebih lanjut padamu nanti. Kemudian kau yang akan memberitahu para hero untuk berjaga. "

Bakugou segera mengambil ponselnya dan membagikan nomor pada Midoriya.

"Satu lagi, bisakah kau meminta agar para hero mengurusi masalah baru ini tidak secara gamblang? Jangan sampai para villain tahu jika pencegahan kalian sudah direncanakan. Shigaraki akan langsung tahu aku berkhianat jika melihat pihak hero seolah sudah tahu rencana mereka. Jika bisa, lakukan sealami mungkin. "

Heroes - BnHA Fanfict (Completed) Where stories live. Discover now