•31•

893 134 13
                                    

'Oke, fast apdet. Enjoy the story--'

.
.
.
.
.

Dabi begitu tidak menduga dengan apa yang dia lihat saat dia kembali ke gedung itu setelah pergi ke markas sejenak. Dengan pemikiran kesalnya soal Shigaraki yang bertindak diluar dugaannya, kejutan itu membuatnya langsung melupakan semua beban pikirannya itu.

Namun hal itu juga membuatnya tidak bisa menahan diri. Saking melegakannya, Dabi langsung saja melakukan hal yang selama ini Midoriya larang keras-keras. Mencuri ciuman dari bibir mungil itu.

Beberapa detik kemudian, Midoriya mendorong dirinya menjauh dengan sisa tenaga yang dia miliki. Dabi menatap wajah pucat Midoriya yang kini sedikit memerah.

Plak!

Tamparan lemah Dabi dapat pada pipi kirinya. Pria itu bahkan tidak merasa perih sama sekali. Kemudian kepalan tangan kanan Midoriya memukul dadanya pelan.

"Jika aku tidak dalam kondisi sekarang... akan kubunuh kau saat ini juga." desis Midoriya dengan raut kesal.

Dabi yang terdiam beberapa saat kemudian mendengus dan menyeringai tipis. Dia tidak memedulikan sikap dingin Midoriya dan membawa gadis itu kedalam pelukannya.

Jelas Midoriya tidak menyukainya, dia kembali mencoba mendorong Dabi menjauh. Namun kali ini Dabi tidak menurut untuk melepasnya begitu saja. Dia justru membenamkan wajahnya ke lekuk leher Midoriya.

Midoriya semakin dibuat emosi. "Touya-san, lepaskan. "

"Tidak bisakah kau membiarkanku melakukan ini? Setidaknya sebagai ganti untuk menyelamatkan hidupmu."

"Aku tidak memintamu melakukannya. Kau bisa biarkan saja aku mati saat itu. "

"Aku tidak akan lakukan itu. " Dabi menutup matanya. "Beberapa menit, kemudian aku akan melepasmu. "

Midoriya sudah tidak memiliki hal lain yang bisa dia lakukan untuk mengusir Dabi menjauh. Terutama karena tubuhnya hampir tidak bertenaga. Gadis itu mendengus kasar dan akhirnya mengalah, diam menunggu Dabi melepasnya.

Tidak apa. Tidak masalah dia hanya mendapat perlakuan dingin dari Midoriya setelah gadis itu bangun. Bagi Dabi, itu lebih baik dibanding melihatnya tak membuka mata berhari-hari.

Tubuh gadis yang kurus dan lemah karena terluka itu terasa begitu ringkih dalam dekapannya. Dabi tahu Midoriya kuat dalam pertarungan senjata, namun meski tak sedang terluka pun dimata Dabi, Midoriya tetaplah seorang gadis biasa yang bisa tumbang kapan saja saat terkena serangan.

"Kenapa kau melindunginya? " tanya Dabi saat dia masih membenamkan wajahnya.

"..." Midoriya tidak menjawab.

"Kau bisa katakan yang sebenarnya padaku. Sekarang aku tidak peduli lagi kau ada di pihak mana. "

"Aku tidak akan jawab selama kau masih melakukan ini. "

"Kau akan langsung jatuh jika aku melepasmu. "

"Ck, jangan pura-pura bodoh untuk memahami ucapanku, Touya-san. "

"Haha, baiklah. " Dabi melepas pelukannya, namun dia masih menjaganya agar tetap bisa duduk dengan rengkuhan di pinggang dengan sebelah tangannya.

"Aku akan ganti pertanyaan. Apa kau ingat semuanya? "

"Tidak. " jawab Midoriya lirih. "Tapi aku tahu semua yang terjadi. "

"Jadi dia menceritakannya padamu. Sepertinya kau juga baru saja mengakui jika kau melanggar janji untuk tidak menemui tawanan selama aku pergi. "

Heroes - BnHA Fanfict (Completed) Where stories live. Discover now