•2•

2.5K 283 21
                                    

.
.
.
.
.

Midoriya mengernyit mendengar apa yang barusan villain itu katakan. Villain league? Dia tidak pernah tahu soal itu. Dia tidak tahu jika villain memiliki semacam kelompok. Dia pikir semua villain berulah secara autodidak.

Namun yang dia dapat pahami, dia mendapat tawaran untuk bergabung dalam kelompok mereka.

"tidak. " tolaknya.

"haha, lucu sekali. Kau bahkan menolak sebelum tahu apa itu villain league. Kau penasaran, ya kan? "

"aku tidak memintamu menjelaskan, dan aku menolak apapun itu. "

"hm, dia memang sulit diyakinkan." villain itu menghela nafas. "hei, apa kau ingin melupakan soal ibumu? "

Manik hijau midoriya melebar ketika ibunya disebut.

Villain itu tersenyum. "kau tidak lupa jika ibumu masih ada di tangan kami, bukan? "

Sudut bibir midoriya berkedut kesal. Mereka memiliki kelemahannya. Dia tidak bisa berkutik jika disangkut pautkan dengan ibunya.

"baiklah. Sekarang aku akan jelaskan dulu apa itu villain league. Soal kau bergabung atau tidak itu belakangan."

Mau tidak mau, midoriya mendengarkan kata demi kata yang terucap. Penjelasan mengenai hal yang belum dia ketahui selama ini.

Entah apa yang villain rencanakan, midoriya jelas semakin tidak tertarik ketika dia mendengar soal villain league.

"nah, begitulah. " ujar villain.

Midoriya diam tak mengerti. Rasanya wajah2 villain didepannya menandakan bahwa masih ada sesuatu yang akan dikatakan.

Villain didepannya mengerti maksud tatapan bingung midoriya. "kau tahu aku belum selesai. "

Midoriya mengernyit saat raut wajah villain berubah.

"jadi, maukah kau bergabung? "

"tidak. "

"ah, ya, sudah kuduga. Bodoh sekali aku kembali menanyakannya pada dirimu yang sama. "

"apa maksudmu? "

"aku tahu kau selama ini menyembunyikan perasaan pahit, midoriya. " villain itu maju merendahkan kepalanya tepat didepan wajah midoriya. "kau kecewa.

"aku tahu kau menyimpan impianmu yang selama ini susah payah kau pertahankan dengan pikiran sepositif mungkin, meski tubuhmu tidak bisa mengimbanginya."

Midoriya melihat manik mata villain itu menatap tepat padanya.

"kemudian... " seringaian muncul di wajahnya. "...seorang hero menghancurkan harapanmu dalam sekejap. Hanya karena sebuah tatapan keraguan, bukankah begitu? "

Manik hijau midoriya bergetar. "bagaimana kau... "

"sejak saat itu kau ragu apakah dia masih menjadi idolamu. Heromu, sang manusia perkasa, all might... "

"tidak... aku tidak... "

"ya. Kau ragu. Kau begitu berharap all might akan mengatakan dirimu jelas masih bisa menjadi pahlawan, namun yang kau dapat adalah tatapan keraguan. Seakan dia secara tak langsung berkata: tidak, kau tidak akan bisa. Sejak itu kau tidak lagi bisa memandangnya sebagai cita2 tertinggimu. Kau hanya bisa memandang punggungnya yang meninggalkanmu dibelakang dan meremehkanmu. "

"tidak... "

"hei, midoriya. Apakah kau masih ingin menjadi seorang hero? Bukankah impianmu sudah lenyap semenjak hari itu? "

Heroes - BnHA Fanfict (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang