❄️Part 44❄️

3.6K 191 9
                                    

Happy reading!

Setelah lulus mereka semua meneruskan sekolahnya menuju jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah.

Tidak dengan Fauzan yang masih setia mengurung diri di kamar bersama dengan kesunyian dan kegelapan sendirian tidak ada yang menemani.

Karena memang Fauzan tidak meneruskan kuliah, tapi jika siap di kantor maka Fauzan langsung bekerja di perusahaan papahnya.

Namun, tidak ada tanda-tanda kesiapa Fauzan, membuat Dicky papah Fauzan bersabar dengan anaknya yang tidak pernah keluar kamar.

Semua sahabatnya hanya berdoa yang terbaik untuk Fauzan, setiap hari mereka mengunjungi Fauzan, namun tidak di harapkan oleh Fauzan.

Setiap hari pasti mereka mendengar pecahan kaca ataupun barang yang dilempar di dalam kamar.

Hari masih pagi, tapi rumah Fauzan sudah sedikit ramai karena kedatangan orang yang mereka tunggu-tunggu.

Sebelumnya para sahabatnya sudah bertemu karna memang orang itu yang memintanya.

Hari ini hari ulang tahun Fauzan yang ke- 18 tahun, mereka mengetahuinya namun, tidak ada yang berani mengucapkan terlebih dahulu, karena kondisi Fauzan juga yang tidak memungkinkankan.

Sahabatnya juga sudah berkumpul, biasanya mereka akan datang sore setelah pulang kuliah mereka.

"Oh ya Yol, terus gimana rencananya?" tanya Fiola menatap Yolla yang sedang asik duduk bercerita dengan Nova bunda Fauzan.

"Nanti gue masuk sendiri," jawabnya santai.

"No, itu terlalu berbahaya sayang," larang Nova dan di balas senyum oleh Yolla.

Ya, orang yang mereka tunggu sudah pulang ke Indonesia sejak satu minggu lalu, mereka belum mengetahui alasannya dan sebabnya karena sibuk dengan menuntaskan rindunya.

Mungkin nanti akan mengetahui semuanya setelah Yola bertemu Fauzan.

"Gak papa bun, percaya sama Yolla, oh ya mana kunci cadangannya bun?" Punta Yola pada bunda Fauzan.

Nova pun memberikan kunci cadangan dengan sedikit cemas namun, Yolla menenangkan bundanya agar percaya padanya.

Yola segera menyiapkan semuanya, dia membawa kue ulang tahun di tangannya dan lilin yang berbentuk angka 18 dan di kue terdapat tulisan 'Happy Birthday Fauzan Leonard'.

Yola hanya sendiri, karena memang ini maunya, sebelum masuk dia menatap pintu di depannya.

Benar kata sahabat orang tuanya, dan orang tua Fauzan, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.

Yolla membuang nafas kasar mempersiap diri untuk membuka pintu itu.

Dengan perlahan, Yola membuka pintu itu, gelap semuanya gelap, tidak ada cahaya di dalamnya.

Jika tidak ada lilih mungkin semakin gelap, untung saja Yola menyiapkan dengan baik.

Dilihatnya seorang lelaki sedang duduk meringkuk dengan kepala di tenggelankan di lipatan tangan yang menangkup kedua lututnya.

Yola menatap sendu orang itu, bahkan sepertinya orang itu tidak sadar jika ada orang yang datang, memasuki kamarnya.

Perlahan Yola menutup pintu kembali dan mendekat pada orang itu yang sedang duduk di tepi ranjang bawah.

Yola berjongkok di depannya, berusaha tersenyum melihat orang yang dia sayang terpuruk dengan kepergiannya dan penyesalannya.

Ini membuat Yola murka pada Naira, gadis itu berhasil membuat Fauzan merasa bersalah dan terpuruk seperti ini, namun Yola berusaha sabar sekarang yang terpenting Fauzannya.

My Cold Husband (End)Where stories live. Discover now