Bagian 56

200 36 4
                                    

Selamat membaca

***

Luna ragu untuk menelpon bu Sofia. Karena ini sudah beberapa bulan setelah kelulusan. Dan ia yakin papanya sudah mengambil ijazah nya disekolah. Luna sejak tadi mondar mandir dikamar bu Rahmi. Ia bahkan tak bisa konsentrasi mengerjakan pekerjaannya.

Ia ragu untuk menerima tawaran bu Rahmi untuk ikut bimbingan belajar untuk ikut mengambil Paket C, itu akan memakan waktu dan ia harus belajar lagi dalam jangka waktu yang lama. Luna tidak ingin itu terjadi. Ia bosen jika harus mengulang belajar lagi.

"Lun, kamu nggak kenapa?" bu Rahmi membuat Luna menoleh pada Bu Rahmi yang kini menatapnya serius.
Di pintu masuk.

"Aku nggak apa-apa buk," kata Luna tersenyum.

"Yasudah, istirahat aja dulu, pekerjaan biar ibu selesai kan." katanya serius. Luna mengangguk sedikit. Melihat bu Rahmi kembali pergi, Luna tanpa sadar sudah menekan tombol panggil di ponsel nya, dan ia sedikit kaget. Saat bu Sofia mengangkat sambungan telepon nya.

"Hallo, dengan siapa?" tanya Bu Sofi serius. Luna mendadak gugup. Ia bingung. Ia ragu.

"Hallo?" ulang bu Sofi lagi karena Luna masih diam.

"Hallo buk, ini saya Aluna." kata Luna sedikit terbata, ia mengiggit bibirnya kuat.

"Oh, Luna. Iya ada apa?" tanya Bu Sofi lagi.

"Kamu dimana, sehat?" lanjut bu Sofi lagi.

"Alhamdulillah sehat buk. Ibu bagaimana?" tanya Luna balik. Ia tidak ingin memberitahu lokasinya dimana sekarang.

"Syukurlah, ibu juga sehat," katanya serius.

"Hm, Ini buk, Saya mau tanya soal ijazah saya buk, apa papa saya sudah mengambilnya?" tanya Luna serius. Berharap ia akan segera menemukan jawaban Itu.

"Ijazah kamu, oh belum Lun, kenapa yah?" tanya Bu Sofia cepat. Dan Luna kini bernapas lega. Ia menghempaskan bokong nya diatas tempat tidur.

"Syukurlah buk kalau belum di ambil. Ibu mau tolong saya jika papa saya datang, bilang saja ijazahnya sudah saya ambil. Soalnya saya butuh waktu untuk kesana, dan saya akan usahakan secepatnya." kata Luna serius.

"Oke, baik Lun, ibu juga sudah dengar cerita kamu dari Lika." katanya serius. Luna kembali bernapas lega, dengan begitu bu Sofi tidak akan memberikan ijazahnya pada papanya.

"Makasih buk, makasih, saya butuh itu buk buat lanjut sekolah lagi, saya usahakan secepatnya." kata Luna terharu.

"Iya Lun, ibu tunggu kedatangannya. Dirumah ibu saja yah. Nanti ibu kirim alamatnya." katanya serius. Luna mengangguk sedikit.

"Baik buk, terimakasih," kata Luna serius.

"Oke Lun. Sama-sama. Ibu tunggu." Kata Bu Sofi menutup sambungan telepon Luna yang kini tersenyum samar, lalu berlari keluar kamar, memeluk bu Rahmi yang kini menatapnya bingung.

"Buk, aku bisa ambil ijazah aku lagi. Aku bakalan ke Jakarta, karena papa belum ambil ijazah ku." kata Luna bersemangat. Bu Rahmi melihat Luna tak percaya, lalu ikut tersennyum bahagia.

"Syukurlah, dengan begitu kamu bisa daftar kuliah tahun depan." kata Bu Rahmi bersemangat. Luna mengangguk mantap.

"Iya buk, aku senang banget." kata Luna tak percaya akan hal ini.

"Bagaimana kalau aku pergi malam ini, kereta berangkat malam ada kan, buk? Biar besok aku bisa pulang lagi kesini. Dan nggak perlu penginapan." kata Luna serius. Bu Rahmi lantas mengangguk cepat.

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang