Bagian 25 (Dimana mama?)

345 37 0
                                    

***

Selamat membaca dan selamat malam. Semoga mimpi ketemu idola. 😂😂
Aminnnn

****

"Dari mana saja kamu?" tanya papanya saat Luna masuk kedalam rumahnya. Luna menghentikan langkahnya menatap papanya serius.

"Dari rumah teman pa. Aku lagi butuh sendiri. Kalau mau marah nanti aja." ucapnya serius. Beranjak pergi dengan langkah cepat. Masuk ke kamarnya yang sudah ditunggu Lika dengan tatapan khawatir.

"Lo nggak diapain Fandu, kan?"

"Papa gimana? Lo dimarahin?"
Luna di brondongi banyak pertanyaan.

"Lo bisa keluar nggak? Gue mau sendiri." ucapnya serius. Lika yang kini mengerjitkan keningnya tak mengerti. Ia mengangguk. Beranjak pergi sambil memajukan mulutnya manyun. Ia hanya berharap Luna tidak apa apa.

Luna meraih boneka milik Fandu dan melemparnya ke arah pintu dan disaat bersamaan Yuli masuk menatap nya bingung.

"Mbak aku mau sendiri." ucapnya lagi pada Yuli. Yuli mengangguk pelan. Terpaksa beranjak pergi sambil menutup pintu.

Lalu kembali terdengar ketukan pintu kamarnya.

"Lun. Papa pergi. Jangan keluyuran lagi." ucapnya. Luna hanya diam. Ia mengacak rambutnya frustasi. Merebahkan tubuhnya dikasur dan tertidur.

***
Luna memicingkan matanya perlahan, suara orang bertengkar samar samar terdengar di telinganya. Luna mengusap pelan mukanya. Mengangkat kepalanya menoleh ke jam yang bergantung di kamarnya. Pukul setengah dua belas malam. Luna turun, ia sedikit kaget, kenapa ada orang berbicara sekeras itu hingga membangunkan tidur nyenyak nya. Yang Luna pikirin sekarang hanya Papa, bunda Lika. Tapi hanya satu suara pria yang berbicara. Dan itu bukan suara papanya. Langkah Luna terhenti. Ia menoleh ke arah jendela kamarnya. Matanya membulat melihat Fandu berdiri mematung didepan seorang pria paruh baya yang sedang berkacak pinggang dengan raut muka marah ke arahnya. Fandu tampak menunduk. Tidak ada perlawanan. Dan Luna belum pernah ketemu orang itu sebelumnya. Ia bisa tebak itu Ayahnya Fandu

Luna mencoba mendekat ke arah jendela kamarnya itu, memperjelas apa yang sedang mereka bicarakan. Mata Luna kembali membulat saat dua kali tamparan mendarat di Wajah Fandu. Cukup kuat, dan tidak ada perlawanan dari cowok itu lagi. Lalu kembali kata-kata yang cukup menyakitkan keluar dari sana. Lalu tak lama kemudian Ayah Fandu keluar sambil menghempas pintu kamar Fandu. Cukup kuat. Luna menatapnya ngeri. Kesalahan apa lagi yang dibuat Fandu sampai Ayahnya marah. Fandu mengusap pipi nya, Lalu menoleh ke arah jendela. Sontak saja Luna kaget, mundur dari jendela kamarnya, bersembunyi. Melihat Fandu kini menatap tajam ke arah kamarnya. Detak jantung Luna berdetak cepat.  Ia takut Fandu melihatnya nanti. Luna berusaha mundur, perlahan. Kembali ke tempat tidurnya. Masih berpikir kenapa Fandu di marahin ayahnya. Ingin bertanya tapi itu tidak mungkin. Bagaimana bisa, toh ia masih marah dengan cowok itu. Bukan masih tapi Luna sudah memantapkan dirinya untuk tidak berhubungan lagi dengan Fandu. Kejadian tadi malam. Ucapan Fandu kemarin dan tadi malam. Ia melupakan nya. Semuanya.

Drrtttt

Dering ponsel Luna sontak membuat Luna menoleh serius. Melihat benda mungil itu menyala. Memunculkan nama Fandu disana. Luna menarik napas berat dan menghembuskan perlahan. Menatap nya dengan tatapan sedih. Fandu pasti tau ia mendengar pertengkaran itu. Makanya cowok itu menghubunginya semalam ini. Kalau bukan itu apalagi. Toh selama Fandu Pulang tidak ada kabar darinya. Menghubungi nya. Jauh sekali.

Karena tak ada jawaban ponsel itu akhirnya berhenti berdering. Luna kembali ke posisi tidurnya. Ia menatap langit kamarnya serius.

Kembali, beberapa detik kemudian ponselnya Luna berdering Lagi Luna menoleh malas.

"Fandu lagi," ucapnya malas. Menoleh malas melihat ke arah ponselnya. Sebuah nomor baru muncul. Alis Luna terangkat. Ia mencoba menjawabnya.

"Hallo?" Ucap Luna serius.

"Hallo Lun. Ini mama Nak. Mama kamu." suara tak asing sontak membuat Luna duduk dari berbaring nya.

"Mama. Mama dimana?" Luna panik.

"Mama. Disini. Papa kamu. Keluarin mama dari sini. Lun mama nggak gila. Mama masih waras."  alis Luna terangkat. Ia mencoba memperjelas suara mamanya.

"Maksudnya. Mama dimana?" Tanya Luna cepat, suara gaduh membuat Luna sontak berdiri.

"Maaaa. Mama?"

"Hallo. Ma. Mama dimana,"

"Bu ayok ke kamar sudah malam. Kembalikan hpnya." suara perempuan terdengar jelas ditelinga Luna.

"Enggak. Saya mau bicara dulu sama anak saya. sebentar. Saya mau kasih tau saya dimana?"  ucap mamanya serius. Luna terdiam suara disebarang sana semakin terdengar ribut.

"Buk, nanti kami kasih tau anaknya. Kembalikan dulu hpnya." Suara lain muncul.

"Maaa... Mama dimana?" Luna makin panik.
Ia tidak tau mamanya dimana.

"Maaa.." suara tut tut tut terdengar menandakan sambungan telepon dimatikan.

Luna menurunkan ponselnya, menoleh ke jam yang tergantung di kamar nya. Pukul satu pagi. Dan mamanya dimana.

"Tidak gila?" Luna memutar otaknya.

"Papa kamu?" 

Luna kembali mencoba mencerna ucapan mamanya. Lalu tercenung.

Berlari keluar kamarnya. ke kamar Yuli yang sedang tertidur lelap.

Ragu untuk membangunkan. Alhasil Luna beranjak lagi. Meninggalkan Yuli.

Berjalan ke kamar ayahnya yang tertutup rapat, dan tidak dihuni sang pemilik nya. Papanya pergi sejak tadi ia pulang dari apartemen Fandu.

Kemana ia akan bertanya. Luna kembali ke kamarnya dengan perasaan kecewa.

***

Pukul setengah lima subuh Luna sudah berada dikamar Yuli. Sontak saja Yuli bingung. Kenapa ia bisa berada disana tak biasanya.

"Lun, kenapa, nggak nyaman kamarnya?"tanya Yuli serius sambil mengucek matanya tak percaya dengan Luna. Luna menggeleng serius.

"Aku nggak bisa tidur mbak. Kepikiran mama. Mama tadi malam nelpon aku dan..." Luna memotong ucapan nya, ia menarik napas berat dan menghembuskan perlahan.

"Dan mbak tau mama dimana?" Luna menggeleng serius. Ia tak percaya apa yang diucapkan nya baru saja.

"Apa papa tau mama dimana?"

"Kamu yakin?" Yuli menatapnya serius. Luna mengangguk ragu.

" Mama ada dirumah nenek." ucapnya Yuli menenangkan. Alis Luna terangkat. Ada hal yang tak biasa ia lihat dari raut wajah Yuli. tak seperti biasanya.

"Jangan bilang mbak juga tahu soal ini?" Luna mencoba mencari tahu. Yuli menggeleng serius.

"Mbak nggak tau, mbak cuma berpikir positif kalo mama nggak mungkin disana." ucapnya serius. Luna tersenyum sedikit. Itu bohong dan Yuli pasti berbohong, buktinya Yuli tanpak biasa saja. Tak kaget.

"Oh begitu mbak. Jujur kenapa mbak? Aku cuma mau ketemu mama. Itu aja." Tangis Luna pecah. Yuli menggeleng lagi. Luna tahu ada sesuatu yang disembunyikan Yuli darinya.

"Mbak sama kayak papa. Lebih jahat malah." Luna berdiri. Ia menyeka air matanya. Hendak beranjak pergi dengan perasaan kecewa.

"Lun, maafin mbak. Mbak terpaksa. Karena papa..." ucapnya lirih. Sontak saja Luna menoleh serius. Ia menatap Yuli yang kini menunduk lemah.

"Dimana mama?" tanya Luna serius. Yuli mengangguk sedikit dan mulai berucap.

"Mama disana..."

****


Next tahun depan yah.....

😁😁😁

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang