Bagian 75

231 24 0
                                    

Selamat membaca
***

Luna tadi sudah mengantar ponselnya ke konter servis sebelum berangkat ke tempat les, dan ponselnya akan diambil besok siang.

Sedangkan Lika, bu Rahmi dan Pak Ahmad mengantar Lika jalan-jalan, karena besok Lika sudah kembali pergi.

Luna sebenarnya ingin pergi tapi ia batalkan dan memilih pergi ke tempat les saja, mengingat tidak ada salahnya bu Rahmi dan Lika pergi bersama tanpa ada dirinya. Toh, mereka sudah lama tidak bertemu.
Padahal tadi ia sudah mengirimkan Gilang pesan dan Luna membatalkan nya kembali.

"Lun, kenapa nggak jadi pergi?" tanya Gilang menyamai langkah kaki Luna menuju ruangan les.

"Hmm, setelah gue pikir, bagusan nggak pergi." balas Luna tersenyum dan Gilang melihat Luna aneh.

"Kenapa begitu?" tanyanya lagi.

"Biar bu Rahmi sekali-kali sama Lika, kan, Lika jarang disini Lang." kata Luna mantap. Gilang mengangguk setuju.

"Yasudah, nanti ngopi dulu aja. Gue traktir." kata Gilang menarik bahu Luna untuk berjalan cepat, dan Luna mendadak diam, ia kembali mengingat ucapan nya pada Lika kemarin. Ia tidak tahu apakah ia akan menerima Gilang suatu saat nanti. Dan Luna sedang mencoba itu. Tapi sepertinya dalam waktu yang cukup lama. Entahlah Luna tidak tahu.

***

Luna dan Gilang sudah berada disebuah kafe tak jauh dari jalan Malioboro. Luna sedang menikmati burger yang tadi ia pesan, ia sudah lama tidak makan burger dan malah kebanyakan makan bakso. Sedangkan Gilang sejak tadi melihat Luna serius.

"Nggak usah natap gue gitu Lang." kata Luna kesal, merasa terganggu akan hal itu. Gilang tersenyum samar, ia menarik tisu didepan Luna lalu menyodorkan nya pada Luna yang kini menatap Gilang aneh.

"Ada saus itu di hidung kamu." katanya masih tersenyum, merasa lucu sendiri dan Luna tersenyum samar. Ia dengan cepat meraihnya dan segera menghapus saus itu cepat.

"Makasih." kata Luna kembali melanjutkan makanannya. Sesekali melihat Gilang ikut makan mie goreng yang tadi ia pesan. Entah kenapa Luna merasa ingin kabur saja.

"Lo udah nggak apa-apa?" tanya Gilang serius ketika Luna sudah menghabiskan seluruh burger nya dan sekarang sedang mengaduk milkshake didepannya. Luna menoleh sebentar lalu kembali fokus pada minuman itu.

"Gue? Baik." sahut Luna tersenyum dan sudah bisa menebak kemana arah ucapan Gilang kali ini. Luna enggan membahasnya, lagi.

"Syukurlah." balas Gilang datar, merasa bersyukur akan hal itu, ia tidak begitu lama melihat Luna sedih, awalnya Gilang tidak menyangka kalau Luna akan baik-baik saja secepat yang ia bayangkan. Tapi sebaliknya ia sangat bersyukur akan hal itu.

"Gue nggak nyangka, ternyata Luna tidak seperti yang gue bayangin." kata Gilang membuat Luna menoleh kembali dengan mata membulat dan alis terangkat, tak mengerti maksud nya.

"Maksud gue, lo tampak jauh lebih dewasa daripada yang gue bayangin. Gue takut lo kenapa-kenapa dan jadi menutupi diri, Gue bahagia liat lo kayak gini, gue bersyukur akan hal itu." Jelas Gilang jujur. Luna tersenyum samar. Ia mengangguk sedikit.

"Gue sedang berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal yang membuat gue sakit kepala. Itu saja gue rasa cukup." kata Luna serius. Gilang kembali tersenyum samar. Luna benar.

"Gue suka Luna yang seperti ini. Semangat yah." kata Gilang mantap.

"Makasih Lang, makasih juga sudah jadi teman baik gue selama ini." balas Luna serius. Gilang mengangguk tersenyum.

"Oh, iya Kevin gimana? Dia baik?" tanya Luna serius, tiba-tiba mengingat Kevin. Luna cukup lama tidak bertemu cowok itu.

"Baik Lun, beberapa kali dia nanyain lo ke gue. Gue bilang lo baik-baik saja." sahut Gilang datar, Gilang cukup tidak suka Luna menanyakan Kevin padanya. Luna mengangguk sedikit tersenyum.

Yes or No (Completed)Where stories live. Discover now