Bagian 80

887 66 25
                                    

Selamat membaca
***

Luna sudah tidak mengerti lagi apa yang terjadi. Baru saja hendak melangkah pergi, tangan Luna kembali di tarik oleh Fandu.

"Gue belum selesai ngomong. Aluna..."katanya Fandu ketus, ikut kembali berdiri, menahan Luna untuk tidak pergi dari sana. Dan Gilang ikut berdiri dari tempat duduknya, ia tidak tega melihat Luna diperlakukan seperti itu oleh Fandu. Tapi ia juga tidak berhak berbicara dan ikut campur urusan keduanya.

Luna enggan menoleh matanya sudah memerah. Ia benci Fandu. Benar-benar benci. Apalagi yang mau Fandu bicarakan. Bukannya semua sudah jelas, kalau ia sudah dipermalukan didepan teman-temannya.

"Apalagi Fan. Lepasin, gue mau pergi." balas Luna jengkel. Terpaksa melihat Fandu yang juga melihat nya serius.
Luna hendak melepaskan tangannya, tapi Fandu menahannya lebih kuat.
T

entu saja Luna kalah.

"Gue belum selesai ngomong. Belum nyampe lima menit." kata Fandu makin terdengar ketus. Fandu menarik kembali jari manis Luna. Lalu memasang kan sebuah cincin disana.

"Aku ganti yang baru yah. Ayo nikah dan ikut kemana aku pergi." katanya serius. Mendadak Luna diam, Ia menatap Fandu bingung, ia sungguh tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Semua begitu abu-abu untuknya. Tadi Fandu mengambil cincin nya sekarang Fandu memberinya cincin baru. Luna tidak paham. Ia menatap Fandu yang kini tersenyum kearahnya.

"Maaf, aku nggak tahu cara melamar kamu yang benar."

"Maaf juga akunya lama nepatin janji ini." tambah Fandu serius. Semua yang berada disana melihat keduanya bingung.

"Oh tuhan, lo bikin gue jantungan, Fandu gila." suara Kevin membuyarkan semuanya. Fandu lantas menoleh serius. Lalu detik berikutnya ia tersenyum samar. Kembali melihat pada Luna yang masih diam, tak mengerti apa yang terjadi kali ini. Ia tidak bisa mencerna nya.

"Ih, jawab Lun, jangan diam aja, aku butuh jawaban." desak Fandu membuat semuanya tersenyum.

"Iya Lun. Kok malah bengong." kata Ari kini menarik Gilang untuk duduk kembali. Gilang terpaksa menurut.

"Lo sih bikin dia syok tadi." kata Tiva memukul lengan Fandu kuat. Sedangkan Luna masih tidak tahu harus berkata apa. Tangannya masih ditahan Fandu. Ia juga kesal dibuatnya. Fandu tersenyum samar, ia mendekati Luna, Luna malah mundur. Fandu mendadak bingung.

"Jangan mundur, aku kangen ini." katanya serius menarik tangan Luna kembali. Luna masih diam. Ia masih berusaha sadar saat Fandu kembali mendekatinya dan memeluknya erat.

"Maaf banget bikin kamu kaget." kata Fandu lirih dan Luna masih saja diam. Ia bahagia, tapi ia tidak tahu harus menjawab apa pada Fandu disini. Ia takut jika ini hanya bohongan saja. Dan Luna ragu untuk membalas pelukan itu. Ia rindu memang, tapi ia bingung. Ia masih berusaha sadar.

"Jangan diam aja. Aku udah kasih tahu mama kamu, bu Rahmi sama papa kamu juga ini." kata Fandu serius. Melepaskan pelukan itu kembali.

"Terima Lun." suara Tio terdengar dari sana.

"Lo becanda nya sih nggak lucu. Makanya Luna binggung." kata Silla ikutan kesal.

"Hey, Aluna, jangan binggung." kata Fandu kembali membuyarkan pikiran Luna yang kini menatap Fandu dengan tatapan kosong.

"Dijawab, Aluna. Aku ini butuh jawaban." kata Fandu lagi. Mengusap kepala Luna yang kini masih diam.

"Gue nggak tahu jawab apa, yang jelas lo bikin gue bingung." kata Luna akhirnya membuat Fandu mengacak rambut Luna dengan kedua tangan nya, lalu kembali menarik Luna kedalam pelukan nya.

"Aku sayang banget sama kamu Lun. Aku kangen banget sama kamu." bisik nya membuat Luna diam. Pelukan itu makin erat dan Luna tanpa sadar ikut memeluk Fandu erat. Ia juga rindu dengan Fandu. Fandu tersenyum menyadari hal itu.

"Jadi lamaran gue diterima apa ditolak nih?" bisiknya lagi. Luna tersenyum sedikit. Melepaskan pelukan Fandu padanya.

"Gue tolak." kata Luna cepat. Fandu lantas tersenyum samar.

"Serius ih. Udah nggak bisa ditolak gue. Gue bawa kabur lu nanti." katanya membuat Luna tersenyum samar.

"Lo bikin gue kesel." katanya cepat, memukul lengan Fandu kesal. Fandu tersenyum samar.

"Iya gue minta maaf. Kan tadi mau suprise." jelasnya serius. Luna menatap Fandu jengkel.

"Nggak lucu. Udah ah gue mau pergi." kata Luna kesal dan Fandu kembali menarik tangannya dan menahannya.

"Mau kemana? Gue nya di sini lho." kata Fandu membuat Luna tersenyum samar.

"Lepasin dulu tangan gue. Lo jahat banget sama gue. Asli." kata Luna kesal.

"Iya, gue minta maaf." kata Fandu serius. Luna mengangguk sedikit.

"Gue maafin..." katanya serius. Fandu tersenyum samar, menunggu kelanjutan ucapan Luna.

"Jadi?" sahut Fandu lagi. Luna menoleh bingung.

"Apanya?" jawab Luna jutek.

"Jawaban nya, Lah. Emang apaan lagi." balasnya cepat. Luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Enggak tahu." balasnya asal. Dan Fandu lantas mengusap mukanya frustasi.
Lalu detik berikutnya Luna mengangguk saja.
Fandu tersenyum lega.

"Makasih dan maafin gue yah. Ayo ikut kemana gue pergi." kata Fandu serius. Lalu menarik tangannya Luna dan menggenggam nya erat.

"Yeee. Selamat untuk kalian berdua." kata Tiva mulai heboh. Berdiri dan menyalami Fandu dan Luna disana yang masih terlihat Linglung
Suasana kembali cair. Lalu diikuti Silla dan yang lainnya.

Sedangkan Gilang menatap keduanya dengan tatapan kecewa. Ia sudah bisa tebak Luna masih mencintai Fandu. Buktinya sekarang sudah jelas. Luna kembali menerima nya.


***

End

Thankyou buat kalian yang udah baca cerita aku ini. Maaf aku up nya lama. Karena kadang nggak mood nulis. Kadang banyak kerjaan. Kadang nulis yg lainnya. Jadi kagak konsisten. Terimakasih sama kalian sudah mampir. Terimakasih banyak yah. Maaf masih banyak kekurangan. Semoga kedepan nya lebih baik lagi. Begitu juga kalian semua. See you di cerita aku yg lain. Oh iya. Apa kalian masih mau lanjut cerita ini. Kuy komen yak.

Semoga selalu sehat. Aminnn😍


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 29, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Yes or No (Completed)Where stories live. Discover now