Bagian 45 (Pengakuan)

266 36 1
                                    

***
Selamat membaca
**

Acara baru saja usai, dan Luna masih duduk di meja nya. Sesekali ia melihat Fandu yang berada jauh didepannya. Cowok itu tampak ramah, ikut menyalami tangan beberapa orang yang dikenalnya. Lalu ikut berfoto bersama dengan kedua orang tuanya.

"Luna, ibuk nyuruh ikut foto bareng." kata seseorang pria yang tidak Luna ketahui namanya yang jelas sejak tadi ia melihat pria itu berada didekat papa Fandu.

"Ah, nggak usah kak." tolak Luna halus. Pria berumur sekitar tiga puluh tahun itu menggeleng.

"Katanya harus bawa Luna kesana. Nanti kakak dimarahin ibuk atau nggak, dimarahin mas Fandu." katanya serius. Luna menoleh pada Fandu yang kini juga melihat nya serius, lalu detik berikutnya cowok itu mengangguk. Luna terpaksa berdiri. Berjalan kearah Fandu.

"Lo yang nyuruh apa tante, sih?" protes Luna kesal.

"Mama, ikut aja, jangan bandel-bandel kenapa?" kata Fandu menarik tangan Luna untuk segera mendekat kearah mamanya yang sedang berfoto berdua dengan papanya. Beberapa kali potret. Dan mereka menunggu sebentar.

"Ayo Lun, dekat sini, udah lengkap sekarang." kata Mama Fandu pada fotografer. Dan Luna melihat sekilas pada kakak Fandu dan pacarnya yang kini ikut tersenyum kearah Luna. Luna ikut tersenyum samar. Entahlah Luna bingung sendiri. Yang penting ia menurut saja. Melihat kearah Fandu menariknya untuk lebih dekat dan berbaris disana.

"Senyum Lun. Ini foto keluarga." bisik Fandu tepat ditelinga Luna. Luna tersenyum samar. Ia lupa kapan ia berfoto dengan kedua orang tuanya. Ah, iya Luna sekarang ingat. Ketika ia masih kecil, ketika kakaknya masih hidup. Foto terakhir mereka dan Foto itu masih ia simpan. Luna mendadak Rindu akan hal itu. Ia sudah lama tidak melihat foto itu. Beberapa kali potret dan Luna bernapas lega. Ini sudah berakhir.

"Nanti gue nebeng pulang, yah Lun." kata Fandu menarik Luna kearah meja kosong tak jauh dari mereka berdiri. Fandu menyuruh Luna duduk di kursi itu. Dan Fandu mengambil duduk didepan Luna. Tak lama kemudian seorang waiters menyodorkan Fandu beberapa makanan yang tadi ia pesan secara khusus.

"Duduk, jangan pergi, gue mau makan." kata Fandu tersenyum,
Dan menyodorkan salah satunya pada Luna. Luna melihatnya serius. Cukup banyak dan ia juga sudah makan. Dan Luna beralih melihat ke piring Fandu sedikit aneh. Lebih banyak dari dirinya. Luna bingung bukannya makanan sudah disediakan dari tadi. Dan Luna sudah memakannya juga.

"Nggak usah kaget liat punya gue, gue udah setahun nggak makan, makan aja punya lo," katanya tersenyum.

"Gue udah makan Fan." kata Luna serius. Dan Fandu namanya, ia tak peduli.

Fandu mulai makan sedangkan Luna masih melihatnya serius.

"Lo kapan perginya, Fan?" tanya Luna serius. Fandu sontak menghentikan makannya, sontak ia menoleh serius pada Luna.

"Baru nyampe udah ditanyain pergi. Kenapa? Lo nggak suka gue pulang." kata Fandu serius. Kembali makan.

"Bukan gitu?" sahut Luna cepat, ia hanya ingin tahu. Ia tak ingin Fandu cepat pergi. Itu saja.

"Trus kenapa? Lo mau jalan lagi sama Irwan?" katanya kesal dengan tatapan tidak suka Fandu padanya, dan Luna menggigit bibirnya. Ia kembali menggeleng.

"Gue bareng Irwan cuma Ngebahas lika. Lo tahu dari mana?" kata Luna cepat. Ia heran kenapa Fandu bisa tahu soal ini. Padahal ia dan Irwan cuma ke cafe, itupun sekali saja.

"Gue tahu semuanya, Lun." katanya Fandu lirih. Luna diam, ia menatap Fandu serius, cowok itu kembali menikmati makanannya

"Kenapa emangnya? Lo foto dempet-dempet sama Tiffany gue nggak masalah." kata Luna sontak membuat Fandu menghentikan makannya lagi. Ia meletakkan sendok nya diatas piring, melihat Luna serius. Lalu detik berikutnya ia tersenyum samar.

Yes or No (Completed)Where stories live. Discover now