Bagian 37 ( Manusia Aneh)

190 28 0
                                    

***
Selamat membaca
**

Luna menyeka keringat di dahinya, ia merasa kembali tidak sehat. Tubuhnya terasa panas. Dan sialnya Luna lupa membawa obat yang kemarin ia makan. Padahal tadi ia sudah merasa baik dan siap untuk kembali ke sekolah. Sialnya sekarang di jam kedua ini ia kembali kambuh.

Luna berusaha kuat. Toh, ini tidak seberapa dari yang ia rasaka beberapa hari yang lalu dari ucapan papanya, ia yakin, ia pasti bisa kuat. Tapi sialnya Luna merasa makin tak kuat. Pandangannya kabur, bahkan ia tak bisa melihat tulisan Bu Ria di depan kelas yang sedang menjelaskan pelajaran.
Luna merasa kembali seperti kemarin. Ia mendadak mengingat mamanya, ia menginginkan wanita itu saat seperti ini. Luna menarik switer yang dipakainya  lebih menutup tubuhnya. Agar ia merasa sedikit nyaman. Rasanya Luna ingin menangis saja. Ia merasa benar-benar sendiri sekarang, tidak ada yang peduli. Tubuhnya terasa semakin panas dan tidak nyaman, kepalanya terasa berputar hebat.

"Lun? Lo nggak apa-apa?" kata Tiva yang berada tepat di sampingnya merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu, sejak tadi Luna menjadi banyak diam, tak banyak bergerak.

Tiva hendak merasakan kening Luna, tapi dengan cepat Luna menepis tangan itu. Ia tidak ingin Tiva tahu kondisinya saat ini.

"Gue nggak apa-apa Tiva." katanya mencoba tersenyum tapi raut wajah Luna sudah bisa menjelaskan bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

Luna menelungkup di atas meja, air matanya menetes. Ia rindu mamanya.

"Mama. Aku nggak kuat." Lirihnya serius. Ingin pulang dan berbaring saja di kamarnya, Luna hanya memikirkan itu, tapi ia tidak ingin bertemu papanya di rumah itu. Ingin ke tempat Mamanya, ia juga tidak tahu apakah diterima di sana atau tidak. Semua membuat ia kacau, kenapa bisa hidupnya seperti ini.

"Gila, lo pucat banget." Kata Tiva tak percaya.

"Buk, Luna sakit." Teriak Tiva memecahkan keheningan di kelas. Semua siswa menoleh pada Luna yang makin pusing akan hal ini. Tiva memang selalu bersikap seperti ini padanya.

"Lun, kamu masih sakit?" Bu Ria mendekat, belum sempat Luna menjawabnya. Ia sudah tak sadarkan diri. Sontak saja semua isi kelas kaget. Hampir saja Luna jatuh ke lantai kalau Rasya tidak cepat membantunya. Sedangkan Tiva sudah berteriak kaget. Kali pertama Luna jatuh sakit seperti ini sejak mereka berada di dalam kelas ini.

"Angkat dan bawa Luna ke UKS." Pinta Bu Ria khawatir, pada Dion dan Rasya yang kini sudah berada di sana dan hendak menolong Luna. Dion di bantu Tio, Rasya dan Tiva untuk membawa Luna ke UKS. Disusul Bu Ria. Sebelumnya ia menyuruh anak-anak untuk tetap di kelas dan tidak ribut ketika ia pergi.

***

Luna membuka matanya perlahan, melihat pada Tiva, Silla dan Selly kini menatapnya serius.

"Lo nggak apa-apa Lun?"

"Syukurlah lo sadar," Silla sontak memeluk Luna erat diikuti Silla dan Tiva dengan raut muka bahagia.

"Lo kenapa sih? Kalau nggak kuat nggak usah sekolah dulu." Kata Selly kesal. Luna tersenyum samar. Ia merasa beruntung masih ada teman-temannya yang baik dan peduli padanya.

"Lo bikin kita khawatir tau." Ucapnya Tiva dengan tatapan sedih.

"Tadi pagi gue udah merasa baikan, makanya gue sekolah, ternyata malah kambuh. Gue minta maaf udah bikin kalian khawatir." Ucap Luna serius. Sedikit menunduk. Tiva, Silla dan Selly saling pandang lalu detik berikutnya mereka kembali memeluk Luna erat, Luna merasa cukup bahagia akan hal itu.

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang