Bagian 39 (Sisi Lain)

213 24 2
                                    

Selamat Membaca

***

Luna baru saja selesai mengerjakan tugas sekolahnya. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Ia mendengar suara ribut dari bawah, suara bunda nya dan suara Lika disana. Buru-buru Luna turun, tapi seseorang menarik tangan Luna. Luna menoleh serius. Bu Tini, pengurus rumahnya menarik Luna untuk tidak kesana. Luna yang masih bingung terpaksa menurut.

"Nggak usah kesana. Disini aja." kata Bik Tini sambil Menyuruh Luna masuk kedalam kamarnya. Kamar berukuaran sedang itu. Samar samar Luna mendengar suara bundanya dan Lika diluar sana. Mereka sedang berdebat hebat di garasi mobil sehingga kedengaran sampai ke kamar bik Tini yang memang berada tak jauh dengan garasi. Tapi Luna tak mendengar jelas apa yang mereka debat kan.

Bik Tini menutup pintu kamarnya. Kembali duduk, lalu meraih tumpukan baju yang telah di cuci dan mulai melipatnya. Luna menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan serius.

"Nggak usah kesana, nanti Luna disalahin lagi. Biarin ibu ngajarin Lika." katanya serius.

"Tadi malam non Lika pulang jam empat malam diantar cowok dalam keadaan mabuk. Makanya ibuk marah. Untungnya bapak nggak tahu." ucapnya serius. Luna yang tadi berdiri sekarang mengambil posisi duduk disana, disamping bik Tini sembari menyandarkan tubuhnya ditembok.

"Emang kenapa ya bik, Lika suka begitu?" tanya Luna heran. Bik Tini menarik napas berat dan menghembuskan perlahan. Masih terus melakukan kegiatannya.

"Non Lika nggak sadar diri begitu, emang sifat dan sikapnya jelek dari sananya. Udah disekolahin. Dikasih jajan, fasilitas enak. Malah disia-sia in. Malah suka yang aneh-aneh." kata Bik Tini terdengar kesal. Luna hanya bingung dengan keadaan ini.

"Padahal diluar sana masih banyak anak-anak kurang mampu yang nggak bisa sekolah. Diajarin nggak pernah ngerti. Begitulah kalau anak nggak tahu asal usulnya." kata bik Tini lagi. Luna sedikit tak setuju dengan perkataan bik Tini yang ini. Tapi ia tak menyangkal nya.

"Emang bunda adopsi Lika diumur berapa?" tanya Luna lagi. Ia belum tahu soal masalah ini. Dan ia ingin lebih tahu.

"Kalau tidak salah, dari umur enam tahun. Waktu itu Lika masih pendiam. Ibuk yang baru aja kehilangan anaknya merasa sedih, dan dia tidak sengaja bertemu Lika ketika memberi donasi ke panti asuhan. Dan Ibuk akhirnya mengadopsi Lika." ucapnya serius.

"Sebelum ketemu papa?" tanya Luna serius. Ia sudah tahu papa dan bunda Lika sudah berkenalan lama. Itu yang dulu sempat ia dengar ketika ayah dan ibunya bertengkar.
Bik Tini menggeleng cepat.

"Yang bibik tahu, mereka sudah kenal lama. Anak ibuk yang meninggal itu juga anak papa kamu," Mata Luna membulat, seperti di sengat aliran listrik tegangan tinggi. Jantung Aluna berdetak lebih cepat.

"Anak Diluar nikah?" potong Luna cepat. bik Tini mengangguk sedikit. Ragu, sebenarnya ia enggan cerita. Tapi ia pikir Luna juga harus tahu soal ini.

"Orang tua papa kamu dan orang tua ibuk tidak merestui kalau bunda nikah sama papa kamu. Jadi Ibumu dan papa kamu dijodohkan. Setelah mereka dipisahkan secara paksa. Lalu ibuk ikut orang tuanya keluar negeri. Mereka menyekolahkan bunda disana. Anaknya yang baru lahir di titipkan sama bibik dan dirawat dirumah orang tua ibuk. Tapi papa kamu dan bunda masih tetap berhubungan secara diam-diam setelah ia menikah dengan ibumu. Setelah sekolah ibuk selesai. Ibul mengambil anaknya lagi sama bibik. Saat itu usianya empat tahun. Setelah itu Ibuk merawat nya, membawa bibik kerumah ini. Rumah yang belikan oleh papa mu. Saat itu umur anak Ibuk lima tahun. Dia demam tinggi, tiba-tiba saja. Kami khawatir dan Naira dilarikan kerumah sakit. Tapi tak tertolong. Bunda dan papa kamu sangat terpukul . Dan bibik juga," Bik Tini menjeda ucapannya, ia menarik napas berat dan menghembuskan perlahan lagi. Lalu kembali melanjutkan ceritanya. Luna menatap tak percaya, ia.seperti mendengar cerita ini dalam sebuah drama yang sering ditayangkan di televisi.

Yes or No (Completed)Where stories live. Discover now