Bagian 41

210 27 0
                                    

Selamat membaca

***

Luna di kepung Tiva, Silla, Selly, Tio dan Kevin. Mereka menanyakan soal wajah Luna yang kini tampak membiru dan bengkak.
Luna beralasan sejak tadi pagi kalau ia jatuh di kamar mandi, tapi seperti nya kelima teman nya tak percaya akan hal itu. Buktinya mereka masih menuntut Luna untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Ini bekas pukulan, gue pernah ngalamin ke gini." kata Tio serius, diikuti anggukan Kevin dan Silla.

"Bukan. Dipukul siapa, coba?" kata Luna semakin kesel, ia juga heran kenapa jam pelajaran terakhir makin sering tidak masuk. Jadi teman temannya punya waktu untuk bertanya lebih tentang nya. Padahal ia sudah sangat bersyukur kalau papa dan bunda tidak pulang. Masalah muncul malah pada teman-teman nya.

"Jujur deh Lun, lo dipukul siapa? Papa lo lagi?" kata Kevin Mulai menebak. Luna mendadak diam, ia sepertinya harus berbohong demi tidak ditanyakan lagi.
Luna terpaksa mengangguk. Ia yakin teman-teman nya tidak akan bertanya lagi jika sudah tahu siapa yang memukulnya jika itu papanya. Kelima temannya langsung memasang muka kesal.

"Ya ampun Luna, jahat banget sih papa lo." kata Selly  terdengar jutek.

"Gue nggak apa-apa, makasih perhatian kalian." kata Luna sedikit tersenyum. Mereka hanya mengangguk bersamaan dan tak ingin lagi membahasnya.

"Kapan-kapan, kalau lo dipukul lagi, ngejauh yah." kata Tio memperingati. Luna mengangguk sedikit.

"Lari juga yah kan. Trus jangan ngebantah papa lo deh." kata Silla juga.

"Papa lo marah karena lo juga itu." tambah Kevin, dan Luna terpaksa mengangguk saja, ia tak ingin memperpanjangnya, setidaknya ia sudah merasa berdosa pada papanya.

Beruntung bel pulang berbunyi. Alhasil keempat temannya langsung ke kelas masing-masing. Luna bernapas lega, dengan cepat Luna mengumpulkan alat tulis nya dan memasukan kedalam tasnya.

"Ingat lo Lun, jangan berdebat lagi sama papa lo." kata Tiva mengingatkan.

"Iya Tiv, iya. Makasih. Gue pulang ya." kata Luna pamit. Tiva menganggukkan kepalanya.

"Hati-hati." katanya. Luna berlalu pergi, sambil  melambaikan tangannya pada Tiva sembari tersenyum samar.

Lika sudah menunggunya di parkiran mobil, tak biasanya. Sejak mobil Lika di sita bundanya, ia diantar jemput sama sopir yang ada dirumah.

"Sopir pribadi lo mana?" tanya Luna heran, membuka pintu mobilnya dan diikuti Lika masuk.

"Gue bilangin, gue mau pulang Luna. Emang lo nggak mau ngajak gue pulang?" kata Lika kesal, Luna tersenyum samar.

"Mau sih, cuma, lo kan nggak suka sama gue." kata Luna asal. Lika menoleh serius.

"Gue nggak punya pilihan." katanya meraba saku celananya mengeluarkan sebungkus rokok berserta korek apinya dari sana. Luna menatap nya miris. Detik berikutnya Luna meraih benda itu kasar, memasukan kedalam saku rok seragam nya, Lika menatapnya serius.

"Apaan sih lo, rokok gue." kata Lika tak terima. Dan Luna tak peduli akan hal itu, ia kembali fokus menyetir, keluar dari parkiran sekolah mereka.

"Lo kenapa sih, nyari perhatian bunda nggak harus ngelakuin hal buruk, hal kek gini yang lo lakuin cuma akan membuat bunda lo pusing, dia sayang sama lo, tapi sia-siain." kata Luna serius. Lika tertawa sedikit.

"Jangan sok tahu lo. Gue bahagai ngelakuin apa yang gue suka, jadi nggak usah ikut campur." kata Lika kesal. Luna tersenyum samar.

"Jujur sih, lo merebut apa yang gue punya, gue sedih banget pas liat lo sama papa gue tertawa bersamaan, apalagi ketika papa sakit, dan bunda disana, kalian berbincang dan tertawa bersama, gue merasa jadi orang yang sangat asing disana. Harusnya lo bersyukur, walaupun bunda bukan orang tua kandung lo, tapi dia sebaik itu, dan nerima setiap kelakuan buruk yang buat dia ngelus dada. Maaf gue bukan sok pintar atau apa? Seandainya bunda nggak adopsi lo, mungkin nggak bakalan ngerasain hidup enak plus punya fasilitas apa yang lo punya seperti sekarang. Jadi gue mohon lo harusnya banyak bersyukur bukan mengeluh," kata Luna serius. Lika mendadak diam, ia memasang muka serius disamping Luna. Tidak ada protes seperti kemarin.

Yes or No (Completed)Where stories live. Discover now