Epilog

48K 1.5K 94
                                    

Seorang perempuan berambut pirang sepunggung tampak berkaca-kaca. Ditatapnya seorang pria tinggi dihadapannya dengan sendu. Bibirnya tampak bergetar saat pria itu memeluknya.

"A-aku mencintaimu," ungkapnya lirih, pria dihadapannya membeku. Perempuan itu mengeratkan pelukannya. "Aku mencintaimu." ulangnya berkali-kali.

Perlahan, pria itu menguraikan pelukannya lalu menatap manik hazel perempuan cantik dihadapannya. Perempuan itu dapat merasakan dengan jelas deru nafas dari pria itu.

"Aku juga mencintaimu, maaf karena terlambat." Mata perempuan semakin berkaca-kaca saat mendengar pengakuan pria itu. Perlahan, pria itu mendekatkan wajahnya kearah perempuan itu. Wajahnya memanas, namun detik itu juga ia memejamkan matanya dan ..











"CUT!"

Perempuan itu langsung menjauh dari pria dihadapannya saat mendengar suara lantang seorang sutradara. Dengan cepat ia mengambil air yang disiapkan lalu meminumnya. Semuanya bersorak gembira karena scene terakhir sudah dilakukan dengan sempurna.

Perempuan berambut pirang sepunggung itu menghela nafas lalu menatap managernya. "Aku mau pulang," ujarnya kentara sekali kalau ia sudah lelah.

"Hei, setelah ini ada perayaan. Masa bintang utamanya tidak hadir?" jawab Gaby, manager sekaligus sahabatnya itu.

Gaby menatap sekeliling dengan bingung. "Omong-omong, mana asisten gila mu itu?"

Perempuan itu mengucapkan sampai jumpa pada kru-kru kameraman dan properti. Juga ia juga tidak lupa menyapa sutradara dan semuanya yang berperan.

"Akting mu begitu natural, nona Viona."

Perempuan itu tersentak mendengar namanya dipanggil. Perlahan, ia menoleh anggun dan mendapati Jack-lawan mainnya difilm tadi- sedang berdiri tak jauh darinya dengan senyuman yang mengembang.

"Kudengar kau akan hiatus untuk sementara?" tanyanya membuat perempuan yang dipanggil 'Viona' itu mengernyitkan dahinya.

"Darimana kau tau itu?" ujarnya tidak suka. Jack, pria itu tersenyum lagi. "Dari asisten mu yang mengeluh karena harus berhenti bekerja dengan mu."

"Sebenarnya aku tidak hiatus, tapi ... pensiun."

Mata Jack membola dengan lebar. "Kau lagi dipuncak karir, nona. Kau melepaskannya begitu saja?" Jack tidak mengerti dengan jalan pikir perempuan dihadapannya itu.

Semenjak bersanding dalam sebuah film bersama sebelumnya, nama Jack mulai dikenal luas dikalangan masyarakat.

"Itu urusan ku, kau tidak perlu itu." sahutnya datar lalu meninggalkan pria yang sedang tersenyum masam itu.

Lagi-lagi dirinya gagal mendapatkan perhatian seniornya itu.

Setelah sampai di rumahnya, perempuan itu tidak juga mendapatkan ketenangan dan istirahat. Lihatlah betapa beringasnya Gaby saat tau dirinya ingin pensiun.

"Kau gila, Rin!? Umurmu masih 25 tahun! Masih panjang untuk kembali mencapai puncak." Perempuan itu mengusap wajahnya kasar.

"Kau tau cita-cita ku jadi jurnalis, Gaby." jawabnya malas membuat Gaby melotot.

"Gaya hidup mu terlalu mahal, Rin. Kau kira uang mu akan cukup?"

"Ya, karena itu aku ingin menjadi pengangguran."

"Kau gila Viona Airin Marselia?!"

Airin, perempuan berusia 25 tahun itu memijit pelipisnya. Gaby terlalu berisik hingga mampu membuatnya ingin menendang wajah perempuan itu.

Suara ponsel membuat Airin mengutuk, diambilnya dengan kasar dan ia mengernyitkan dahi saat melihat nama seseorang yang ia kenal tertera dilayar handphonenya.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang