77. Terperangkap

17.1K 1.1K 5
                                    

Nggak kerasa udah tgl 30 aja, padahal mau namatin pertengahan Sep, tetapi malah kelanjut😌

Airin merasa kalau dirinya terancam sekarang. Bukan dirinya saja tetapi juga malaikat kecil pemberian Tuhan ini juga sedang dalam bahaya'. Mata gadis itu berkaca-kaca. Dengan perasaan sesak karena merasa bersalah menempatkan anaknya dalam bahaya.

Suara isakan mulai terdengar saat Mysha tertawa lalu melepaskan ikat pinggang kulit dari pinggangnya. Airin tidak bodoh untuk menyadari apa yang terjadi, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak.

Mysha maju lalu meraba-raba tubuh Airin membuat gadis itu menggeleng. Mysha mengambil paksa beberapa alat yang Elisha pakaikan di leher sebagai kalung, ditelinga dan didalam tasnya yang sudah raib karena dibuang anak buah Mysha.

Benda-benda itu Mysha lemparkan pada kobaran api yang menyala membuat tangis Airin semakin terdengar pilu. Hanya itu satu-satunya harapan misi itu berjalan dengan baik.

Hanya itu satu-satunya harapan agar ia akan baik-baik saja.

Ini sungguh diluar dugaan, benar-benar membuat Airin ketakutan. Ia merasakan sedikit penyesalan karena melakukan ini dengan terburu-buru dan tanpa persiapan panjang padahal Elisha sudah mewanti-wanti agar selalu bersikap tenang.

Suara erangan dan rintihan kesakitan mulai terdengar saat Mysha mulai menggerakkan ikat pinggang itu.

Panas

Perih

Airin merasakan semuanya dimulai dari wajah, dada, punggung dan anggota tubuh lainnya. Suara Airin terdengar pilu tetapi gadis itu tidak mengeluarkan kalimat permohonan sama sekali membuat Mysha geram dan semakin keras menyentak aksesoris itu.

Bahkan dengan sengaja wanita itu memukul perutnya. Airin yakin kalau luka itu menyebabkan luka lebam dan tergores.

"Gue ingat banget wajah nyokap lo! Dengan beraninya wanita itu membuat gue kehilangan anak gue!" Sorot matanya tampak mendendam. Wanita itu kemudian kembali mencambuk Airin dengan kejam.

Airin menatap Mysha sengit,"Lo pantas mendapatkan itu!" Terdengar kejam, apalagi Airin sedang hamil. Hanya saja, ia merasa anak itu beruntung karena tidak bertemu dengan iblis seperti Mysha.

Airin menarik tangannya berharap ikatan ini terlepas atau paling tidak melonggar, tetapi itu tidak mungkin karena ikatan ini sangat keras.

"Lo dibaikin malah ngelunjak."

Dibaikin!? Tolong seseorang katakan apa saja kebaikan Mysha kepada dirinya!?

Argh

Kristal bening hangat mengalir bagai air terjun dikulit pipi Airin. Tubuhnya bagai tersengat listrik saat sebuah tendangan diarahkan kepadanya. Airin meringis, tubuhnya terasa sakit, belum lagi ia merasa ketakutan.

Kandungannya masih rawan, guncangan seperti ini tidak baik untuknya. Airin memutar otaknya, apa yang bisa ia lakukan agar mengulur waktu?

Tidak ada pilihan lain selain memancing wanita itu bicara. Tapi masalahnya, alat-alat yang Airin bawa sudah terbakar, bermodal tekat Airin harus memantapkan hatinya.

"Wanita mana yang menyiksa wanita lainnya, terlebih Anda tau kalau saya tengah mengandung." ujar Airin dengan formal. Bagaimanapun orang dihadapannya adalah calon keluarganya juga walau Airin sebenarnya tidak ingin mengakui.

Mysha mendengus lalu menatap Airin dengan tajam, "Harusnya gue yang bilang kayak gitu sama nyokap lo, Nona Viona Airin!"

"Ibu saya melakukan itu pasti karena tidak sengaja. Ia pasti menyesal ... sedangkan anda? Melakukan ini dengan sengaja tanpa penyesalan!" sentak Airin membuat wajah Mysha menggelap menahan marah.

"Lo nggak bakalan tau bagaimana tersiksanya gue waktu itu, anak kecil! Dan gara-gara nyokap lo yang ikut campur itu Revin, Rivan, lo, dan Meisya yang mendapatkan akibatnya."

Mysha berteriak dengan lantang bak orang gila. "Kesalahan nyokap lo ngebuat gue harus pintar, gue nggak punya acuan---"

"Jadi anda menggunakan Revin sebagai pion utama anda!?"

"Kenapa nggak? Kesempatan bagus nggak usah disia-siakan. Gue membawa Revin agar bisa melihat kalian hancur. Ini baru permulaan, Airin. Lo bahkan nggak bakalan sempat melihat kematian orang-orang tersayang lo." ujarnya lalu terkekeh mengerikan membuat Airin menahan diri untuk tidak meludah.

"Revin itu manusia, anda tau dosa apa yang anda lakukan karena memisahkan anak dan ibunya? Psikopat! Wanita tidak tau malu yang berlindung dibalik punggung kembaran yang baik hati lalu ... menusuk dari belakang!"

Mysha kembali terganggu dengan ucapan frontal dari Airin. Tapi hal itu memang tidak bisa disangkal kebenarannya. "Tau apa lo?"

Airin tidak tahan untuk tidak berdecih saat ini. "Kecelakaan dulu, anda yang melakukan itu bukan?"

Mysha terpaku beberapa detik sebelum kembali menyunggingkan senyumnya. "Karena ini hari terakhir lo, gue anggap ini permintaan terakhir lo sebelum meninggalkan dunia."

"Lo mau tau jawabannya? Jawabannya ; ya. Gue cinta sama Allard tetapi pria itu tidak pernah memandang gue. Yang dia liat Meisya! Meisya! Meisya!"

Airin meneguk salivanya. Sepertinya ia akan mendengar jawaban pertanyaannya selama ini secara langsung lewat mulut orang yang bersangkutan.

"Gue pacaran sama pria lain dan si bajingan itu melamar. Gue dengan berat hati memutuskan pertunangan dan membiarkan Meisya menikah dengan Allard. Tapi ... satu tahun setelah kejadian itu gue menyesal, yang harusnya nikah sama Allard itu gue! Meisya merebut semuanya"

"Itu sebabnya gue pura-pura keguguran dan membawa Revin berbulan-bulan. Tapi, dihari gue datang ke rumah mereka untuk melihat wajah tersiksa Meisya, gue malah keguguran gara-gara nyokap lo. Dan apa? Gue nggak bisa hamil lagi. "

"Gue benci sama lo, itu sebabnya gue pengen ngebunuh anak perempuan dari keluarga Sanjaya dan itu elo. Tapi gue tau kalau mereka merencanakan pertunangan Revin dan lo, Rin. Gue berpikir kalau gue harus memanfaatkan kesempatan dengan baik."

"Gue membawa Revin pergi. Gue nggak pernah merawat anak itu, gue cuma memanfaatkan. Tapi, mendengar lo yang malah tunangan sama Rivan ... itu membuat semuanya jadi sia-sia."

"DASAR TIDAK BERPERASAAN!"

"Itu gue, lo benar! Gue yang merencanakan kematian kalian bertiga di mobil itu. Tapi sayang, yang mati cuma Meisya kenapa kalian nggak mati bersam----"

"Cukup, sialan!" Airin memaki-maki wanita itu, ia sudah melupakan untuk menghormati orang dihadapannya ini. Mysha ... wanita iblis ini tidak harus dihormati. Ia tidak lebih dari sampah yang tidak bisa didaur ulang.

"Lo harusnya tau apa yang lo lakukan. Perbuatan yang menjijikkan!"

Mysha kembali tertawa lantang. "Gue melakukan apa yang membuat gue puas."

Airin berharap tubuhnya tidak terikat seperti ini. Gadis itu sungguh ingin membunuh wanita dihadapannya. Wanita licik ini tidak pantas menghirup udara yang sama dengan dirinya.

Arghhh

Teriakan menggema yang begitu familiar membuat Airin mengalihkan pandangannya. Dengan mata membola ia menatap seorang gadis yang diseret paksa.

Melihat itu Mysha tersenyum miring. "Lo pikir gue sebodoh itu, gue tau kalau lo mau bikin gue kehilangan kendali dan masuk perangkap. Tapi ... lo yang terperangkap, anak kecil."

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang