29. Ada Apa Dengan Sanjaya?

27K 1.8K 129
                                    

Saat ini Rivan sedang diintrogasi oleh Ayah dan Papahnya. Sanjaya dan Allard langsung pulang ke rumah saat mendengar Airin tidak ada di rumah.

Ayah mendengus, "Paling dia main-main sama temannya."

Allard menghela nafas gusar, "Disini teman Airin itu cuma beberapa orang aja. Itupun mereka gak tau dimana Airin."

"Rivan gak tau, Pah. Maaf."

"Gak usah dicari dia bisa pulang sendiri."

"Ayah!" Rivan menatap Sanjaya dengan kecewa. Bisa-bisanya ayahnya tampak biasa-biasa saja seakan-akan tidak ada yang terjadi.

"Rivan disini mau minta bantuan ayah buat lacak keberadaan Airin. Tapi apa yang Rivan dapat?" Rivan terkekeh sinis, "Pantas Airin memberontak."

Tanpa pamit, Rivan segera pergi dari hadapan kedua orangtuanya itu. Ia berjalan dengan gusar menuju kamar sang bunda. Bundanya syok dan pingsan saat mengetahui bahwa Airin hilang.

Disini lain, Allard menepuk pundak Sanjaya. "Gue tau Lo sayang sama anak Lo. Cuma Lo aja yang gak bisa mengekspresikan rasa sayang Lo itu."

Sanjaya mengeryit, "Lo gak tau apa-apa. Gue merasa bersalah."

Allard berdecak kesal, "Disini gue yang kehilangan anak. Jadi jangan Lo sia-siakan anak cewek kesayangan Lo itu."

"Gue bilangin ini yang terakhir. Ini bukan tentang kasih sayang."

"Mau berapa kali lo mau mengelak." Ujaran Allard membuat Sanjaya lagi-lagi mengernyitkan dahinya.

Allard tersenyum miring, "Lo bahkan selalu memperhatikan Airin, 'kan? Apa yang dilakukan Airin di sekolah? Airin punya teman atau tidak? Siapa yang berani merisak Airin? Lo tau semua, 'kan?"

"Omong kosong."

Untuk kesekian kalinya Allard terkekeh. "Lo bahkan tau kalau Raka yang menculik Airin."

Mata Sanjaya membola mendengar tuturan sahabat sekaligus calon besannya itu. Ia tidak menyangka kalau Allard akan sejauh ini.

"Lo bahkan merasa bersalah. Mengapa aku tidak becus menjaga anakku? Mengapa bodyguard yang ku sewa tidak bisa menjaga Airin dengan benar? Lo merasa bersalah dengan semua yang dialami Airin! Lo merasa kalau semua yang terjadi adalah salah Lo."

Sanjaya menghela nafas, tidak ada gunanya lagi untuk mengelak. "Baik, jika saja anak itu masih ada. Mungkin Airin dan Rivan akan selalu bersama dengan anak itu."

"Lo gak usah merasa bersalah."

"Seribu kalipun lo mengatakan hal yang sama, tetapi kenyataannya memang gue yang bersalah disini." Sanjaya menghela nafas kemudian menatap Allard dengan sendu.

"Bahkan dia tidak bisa bersama keluarganya sendiri." sambungnya lirih.

"Selama Mysha masih hidup, anak itu tidak bisa kita bawa."

Sanjaya menatap Allard dengan bingung, "Harus kah gue membunuh Mysha buat Lo?"

Allard menghela nafas kemudian menggeleng, "Gue gak bisa. Gue udah janji sama Meisya kalau gak akan menyakiti Mysha. Kalau  aja perjanjian itu tidak ada, mungkin Mysha sudah ada di neraka sekarang."

Sanjaya mengangguk, "Meisya perempuan pintar. Namun ia bodoh dengan keadaan sekitar. Meisya terlalu baik untuk mempertahan Mysha."

***

Airin terus menangis sedari tadi. Sejak Raka keluar dari ruangan ini, ia sama sekali tidak beranjak dari pembaringannya. Ia mencengkram erat selimut yang digunakan untuk menutupi tubuhnya.

Matanya sembab, suaranya pun sudah serak. Selama ber jam-jam terakhir Airin terus saja menangis. Ia menatap dress pernikahan yang sudah robek itu.

Ia merasa kotor.

Raka begitu bajingan. Ia merenggut sesuatu yang Airin jaga selama 17 tahun hidupnya. Namun dengan mudahnya Raka menghancurkan masa depannya.

Ia melihat tubuhnya yang memiliki bercak-bercak aneh membuatnya percaya kalau itu bukanlah mimpi. Dengan tangan gemetar ia melihat darah segar di kasur tersebut. Airin semakin terisak.

Ini kenyataan.

Bahwa Airin tidak suci lagi.

Entah apa yang akan Airin lakukan nanti, namun ia berharap Tuhan mencabut nyawanya sekarang.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang