33. Keberadaan

24K 1.5K 39
                                    

"Ayah!"

"Beritahu Rivan, ayah kenapa sih? Airin hilang, Yah! Hilang bukannya nongkrong ke tempat lain!"

Rivan terus saja meminta ayahnya mencari tau dimana keberadaan Airin. Rivan tau, Ayahnya pasti tau aktivitas Airin.

"Ayah, tidak tau dimana Airin." ujar Sanjaya membuat Rivan mengepalkan tangannya. "Yah, jangan gini."

"Ayah, tidak tau, Rivan!"

"Ayah! Ayah bisa gak sih jadi orangtua yang baik buat Airin!?" ucapan Rivan membuat Sanjaya tersentak. Ia sadar, ia sadar kalau selama ini ia tidak pernah menjadi sosok seorang ayah yang selalu diimpikan anaknya.

"Raka.." Sanjaya menghela nafas, "Airin sama Raka... Ayah udah melacak keberadaan Airin tapi hasilnya nihil. Raka terlalu pintar  sekarang. Ia tidak main-main sekarang."

Dada Rivan naik turun karena menahan amarah yang kapan saja dapat meledak. "Terus ayah? Leha-leha gitu?"

"Ayah udah berusaha, Rivan! Kita tunggu waktu yang tepat." ujar Sanjaya yang masih saja berusaha menahan amarahnya yang sudah tersulut.

"Raka? Bajingan itu..."

"Kamu jangan gegabah, Rivan. Ini bukan dunia novel yang cowoknya selalu menyelamatkan tokoh ceweknya. Ini realita, Rivan."

"Ayah, aku mau bertanya."

Sanjaya menatap wajah Rivan bingung. "Apa aja, nak?"

"Kalau Airin pulang... perlakukan dia dengan baik. Karena Rivan gak mau Airin pulang ke Aussie. Kalau itu sampai terjadi... respek terhadap ayah hilang begitu saja.

***

"Gimana rasanya, hon?"

Dengan tangan gemetar, Airin mengangguk lalu mengatakan 'enak' tanpa suara. Setelah beberapa waktu dikamar yang begitu menyiksa batin, Raka tiba-tiba datang dan membawanya ke meja makan.

Dari yang Airin lihat, rumah ini sangat mewah terlihat dari bangunannya yang begitu elegan.  Airin mengepalkan tangannya erat hingga tanpa sadar kuku-kuku cantik tersebut menusuk kulit.

Ia tidak bisa melupakan apa yang dilakukan Raka dua malam terakhir. Siksaan batin karena trauma dan rasa takut tidak membuat Raka berhenti melakukan hal senonoh di tubuh Airin yang malang.

Para pelayan yang ada menatap Airin iba. Airin tau apa tatapan para pekerja Airin tersebut. Sampai saat ini, tidak ada yang berbicara dengan Airin karena mereka dilarang Raka.

Namun tanpa disadari Raka, tadi pagi datang pelayan muda dan berbicara dengan Airin. Airin yang seolah-olah melihat cahaya matahari tentunya tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Beruntunglah Airin. Gadis pelayan tersebut bernama Nina. Dia sangat prihatin melihat Airin yang selalu terkurung di kamar. Dengan mempertaruhkan pekerjaannya, Nina membawakan Airin telepon genggam jadul yang masih layak beroperasi.

Nina tentu melakukan hal tersebut dengan hati-hati karena rumah ini dipenuhi dengan kamera pengawas yang kapan saja menciduk dirinya. Dari yang Airin tau, para pelayan disini sering menjadi samsak Raka kalau pemuda tersebut marah.

Jadi bisa kalian tebak, bagaimana jadinya jika Nina ketahuan? Setelah menelepon seseorang. Airin menyuruh Nina untuk kembali dan gadis itu berjanji dalam hati untuk mengeluarkan Nina dari neraka terkutuk ini.

Mata Airin tiba-tiba membola saat seseorang yang familiar datang dengan senyuman miring. "Surprise..."

"Rendy?" tanya Airin tak menyangka. Airin tersenyum sinis, "Jadi ini tujuan Lo? Deketin gue lagi setelah berhasil pacaran sama Audy."

Pemuda tersebut mengangguk kecil lalu tertawa. "Audy, ya? Dia cuma gue memanfaatkan informasi tentang lo."

"Bajingan Lo! Audy udah cinta sama Lo, Rendy!" Airin menatap tajam Rendy yang tersenyum dihadapannya. "Emang gue peduli?" ujarnya santai.

Karena rasa kesal yang memuncak, Airin menatap Raka dan Rendy dengan tatapan permusuhan. Dengan sekali gerakan ia mengambil pisau dari atas piring dan memasang kuda-kuda.

Jangan lupakan bahwa Airin bisa bela diri. Saat ini Airin sedang mengulur waktu karena ada seseorang yang ia tunggu kehadirannya.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang