65. Makna Jalang Bagi Airin

17.7K 1.2K 51
                                    

Apa yang kalian lakukan apabila melihat tunangan kalian sedang menghabiskan malam dengan lelaki lain? Tentu saja marah dan kecewa. Seperti itu juga perasaan Rivan saat ini, terlebih lelaki itu adalah saudara kembarnya sendiri.

Ah, miris ...

Rivan memejamkan matanya, ia baru sadar kalau dirinya sudah baper. Benar-benar masuk ke pesona Airin. Ia jujur, kalau pemuda itu menyukai Airin atau bahkan mencintainya.

Jika awalnya pemuda itu menyangkal, sekarang tidak lagi. Ia merasakan semua kriteria manusia yang sedang jatuh cinta.

Dan Mikayla ... Rivan juga sadar kalau ia tidak memiliki perasaan lain selain kasihan dan rasa bersalah karena tidak memutuskan hubungan mereka sebelum gadis itu pergi ke negeri orang.

Pemuda itu memutuskan untuk menghindari Airin untuk saat ini. Rivan merasa kalau Airin hanya mempermainkan dirinya saja. Sungguh naif dan munafik, gadis itu berhasil membuatnya berada di titik patah hati.

"Mungkin ini karma karena dulu gue suka nidurin anak orang." Rivan terkekeh getir. "Dan sekarang tunangan gue ditiduri kembaran sendiri." sambungnya.

Rivan hanya diam membiarkan angin-angin mengelus wajahnya yang membuat dirinya menjadi idola kaum hawa. Rivan saat ini sedang berada di rooftop sekolah, lebih tepatnya pemuda itu bolos jam pelajaran.

Tiba-tiba suara derap langkah kaki menuju dirinya. Pemuda itu masih memejamkan matanya malas, paling jika bukan di Daffa kampret maka Dika. Mereka pasti juga ikut-ikutan bolos.

"Sekolah yang bener! Bolos mulu kerjaan lo!" Mata Airin langsung terbuka lebar. Pemuda itu memusatkan atensinya pada seorang gadis yang berdiri bersedekap dada.

Rivan mengalihkan pandangannya lalu bersiap-siap untuk pergi namun segera dicekal oleh gadis itu.

"Tunggu ..." ujarnya lirih.

Rivan kembali memejamkan mata sejenak sebelum menatap tajam gadis dihadapannya. "Mending gak usah pegang-pegang! Gue jijik sama cewek yang udah punya ikatan tapi masih main sama cowok lain." sentaknya tajam.

Gadis itu Airin, ia hanya tersenyum tipis lalu menatap Rivan. "Mending kita luruskan permasalahan ini." ujarnya.

Mungkin sebelumnya Airin ingin pergi tanpa seorangpun tau kebenarannya. Kebenaran kalau Mysha ada dibalik semua ini, tetapi ia sadar. Airin tidak boleh sepengecut itu.

Ia sadar, ia tumbuh dengan banyak kebencian dari orang lain. Gadis itu mungkin sudah terbiasa, tetapi tidak semua hal bisa menyenangkan walaupun sudah terbiasa bukan?

Ia tidak ingin selalu menjadi pihak yang salah. Ia tidak mau menjadi pihak yang terus disalahkan, dicaci maki, dan diasingkan. Mungkin ini terdengar egois, tetapi Airin ingin semuanya kembali seperti sebelumnya.

"Apa yang harus diluruskan!?"

Airin benar-benar tersentak kala suara berat itu meninggi. Tangannya entah mengapa bergetar, ia jadi mengingat bagaimana marahnya Raka saat dirinya menolak untuk bercinta.

Keringat dingin mulai mengalir dari pelipisnya. Tangannya juga dingin. Gadis itu mengontrol pernafasannya agar tidak panik.

"Mending lo jangan ganggu gue. Gue lagi gak mau lihat wajah muna lo itu!" ujar Rivan dingin. Pemuda itu tampak marah sekali sekarang membuat nyali Airin menciut.

"Oke, karena lo gak mau denger cerita gue tentang ... foto itu ..." Airin meneguk salivanya kasar. "gue mau ngingetin lo buat gak percaya sama Mikayla terlebih Revin."

Airin tidak bisa membayangkan jika kedua orang manusia jahanam itu kembali beraksi. Suasana masih sangat panas-panasnya. Ini sungguh membuat kesalahpahaman membara dan masalah yang sebelumnya tidak terselesaikan.

"Kenapa?" tanya Rivan sambil tersenyum sinis. Ia menatap Airin seakan-akan Airin adalah pengkhianatan dan kumat baginya. Tatapan itu membuat Airin terluka.

"Lo itu udah terciduk, Rin! Lo mau bikin drama lagi dan jatuhin Kaila kayak waktu itu!?"

Airin melotot, bukan itu maksudnya. Rivan salah tangkap, ia hanya ingin memperingatkan Rivan agar terus berhati-hati dengan orang disekitarnya. Karena didunia ini benar-benar tidak ada yang dapat dipercaya.

Pemuda itu terlanjut sensi dengannya. Dan itu pertanda buruk. Percayalah, Airin tengah menahan emosinya. Rasanya ia ingin berteriak sambil menangis.

"Please, Van. Gue gak drama apa-apa. Mending lo jangan merembet ke yang lain. Kita kelarin masalah ini dulu!" bantah Airin serius.

"Tentang Mikayla waktu itu adalah rencana. Lo gak tau bagaimana untungnya buat kita karena drama Mikayla itu tertunda. Dan lo dengan gak terima kasihnya malah nyalahin gue!?" Airin sungguh tidak bisa lagi menahan emosinya.

Pemuda dihadapannya terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa mau membuka telinganya lebar-lebar. "Gue harus terima kasih apa, hah!? Gue harus beri selamat sama lo karena udah berhasil dapatin Revin juga!?"

Tangan Airin terkepal erat hingga kuku-kukunya menusuk kulitnya sendiri. Ia benci saat Rivan mengait-ngaitkan semuanya.

"Sekali jalang tetap jalang. Gue udah gak nyangka lagi berapa cowok yang udah nyobain tubuh kotor lo itu." ucap Rivan menusuk hati Airin. Airin hanya bisa menahan air matanya yang ingin keluar. Ia tidak ingin terlihat lemah.

"Lo brengsek! Apa bedanya lo sama gue hah!? Pergaulan lo lebih bebas dari gue, Van." balas Airin tidak terima. Ia bukan gadis yang akan diam saja saat ia caci maki kecuali ia benar bersalah.

Namun ini masalah harga diri, Rivan mampu membuatnya seperti seorang gadis yang sangat tercela. Ia seakan-akan makhluk paling berdosa.

"Gue emang pendosa, Van. Seorang jalang pun masih punya sedikit harga diri, Van. Mereka gak akan menyerahkan tubuh mereka kepada orang yang gak akan mengorbankan sesuatu." kecam Airin yang mulai tenang.

"Mengorbankan sesuatu? Uang maksud lo?" Rivan tersenyum sinis, "Demi uang ngejual tubuh? Itu murahan dan cewek itu jalang."

Airin menggeleng. "Lo gak pernah lihat dari kedua sisi, Van. Coba lo sekali lihat dari sudut pandang berbeda. Setiap orang pasti punya pilihan sendiri dan lo ..." Airin menjeda kalimatnya, "Lo gak berhak mencela orang itu."

"Oh, ya. Definisi jalang dari gue adalah Mikayla. Cewek gak tau malu yang berselingkuh dengan dua orang kembar. Menghancurkan hubungan percintaan, keluarga, dan saudara hanya demi uang. Itu namanya jalang, Van."

"Jalang banyak maknanya bagi gue, Van. Bagi gue mereka yang menjual diri gak semuanya mereka jahat, mereka pasti punya kisah sendiri. Makna jalang sesungguhnya bagi gue lebih cocok buat cewek lo, yang rela dicaci satu dunia karena menjadi pelakor dihubungan kita."

Rivan menatap punggung Airin yang perlahan mengecil. Setelah mengatakan rentetan kalimat menusuk itu, Airin pergi meninggalkan semua rasa sakit dan bersalah.

Seharusnya ... sekecewa apapun Rivan, ia tidak boleh merendahkan dan membuat gadis itu terlihat murahan.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang