43. Kekecewaan Audy

20.7K 1.3K 11
                                    

Airin mencoba tersenyum sewajarnya saat Audy bercerita tentang putusnya ia dengan Rendy satu hari yang lalu. Airin kira, Rendy akan memutuskan hubungan dengan Audy tepat saat kejadian waktu itu terjadi.

Tapi ternyata tidak, ia baru memutuskan kemarin. Sahabat-sahabatnya tidak tau kalau Rendy hanya memanfaatkan Audy. Airin menghela nafas gusar, merasa bersalah dengan gadis yang sekarang matanya sudah berkaca-kaca.

Tapi ada baiknya gadis itu tidak mengetahui apa yang terjadi. Karena Airin tidak ingin Audy merasa bersalah. Airin tidak marah walaupun Audy membeberkan informasi kepada Rendy karena Audy tidak tau tentang apa akibat dari perkataannya.

Juga... tak banyak yang Audy katakan karena ia bukan orang yang mudah membeberkan kehidupan orang lain hanya saja Rendy cukup pintar untuk memanipulasi Audy.

Audy menatap Airin dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. "Keknya Rendy suka sama Lo, Rin." ujarnya dengan senyum kecut membuat Airin terhenyak beberapa detik.

Airin hanya mencoba tersenyum. "Ngaco!"

Audy menggeleng, "Dia sering nanyain Lo."

Itu karena perintah Raka, Dy.

"Ah, masa.." ujar Airin masih terkekeh canggung. "Lagipula gue punya Rivan." sambung Airin.

Audy kembali menggeleng. "Kalau satu dua kali gue masih mencoba maklum, tapi setiap ketemuan pasti pembahasannya Airin mulu."

"Mungkin mau mengenal sahabat-sahabat kita." bantah Airin cepat.

Audy tersenyum miring. "Lo sama Rendy saling kenal, 'kan?"

Entah perasaan Airin saja atau memang atmosfer sekitar mereka tiba-tiba mencekam membuat lidah Airin begitu kelu untuk melakukan pembelaan. Oliv, Chelsea, dan Adel juga tampak merasakan kecanggungan yang ada.

Adel berdehem. "Eh, kalian tau gak kalau gue kemaren menang giveaway."

Audy hanya diam menanggapi, sosok yang biasanya dewasa tampak begitu dingin hari ini. Oliv tersenyum kecil kepada Adel karena tidak ada yang menanggapi ujaran Adel lalu Adel memberi kode agar mereka berbicara santai.

"Gimana kalau pulang sekolah kita ke Mall?" tanya Adel diiyakan oleh Oliv.

"Kuy, lah. Lama banget gak girls time." sahut Chelsea.

Audy berdecak lalu menatap Airin dengan serius. "Gue tanya sekali lagi, Lo kenal sama Rendy?"

Airin meneguk salivanya, tangannya gemetaran dan kepalanya mendadak pening. "I-ya, k-kan pacar Lo."

"Gue gak pernah mengenalkan Rendy ke Lo, Rin." Audy berdecih.

Ingatan akan Rendy dan Raka membuat Airin kembali merasakan tubuhnya gemetaran. Keringat dingin telah membasahi pelipisnya. Tangannya juga basah karena keringat dingin.

Melihat respon Airin yang lambat, Audy hanya tertawa renyah dan langsung berdiri untuk segera keluar dari kelas. Belum sempat melangkah, ia mendengar suatu pengakuan dari Aiein.

"Gue kenal." Audy membalikkan badannya dan menatap Airin yang juga tengah menatapnya. "Gue kenal... dia Rendy."

"Gue kenal sama dia pas masih umur 8 tahun. Dia sahabat Raka." pengakuan Airin membuat Audy membulatkan matanya begitu juga Oliv, Chelsea, dan Adel.

"Maksud——"

Airin menatap kosong depannya, kakinya bahkan lemas karena mengingat kejadian itu. "Rendy... dia cuma mamfaatin Lo buat menggali informasi tentang gue. Rendy... dia orang gak baik." sambung Airin dengan suara bergetar.

Gadis itu bahkan tidak merasa kalau matanya telah berkaca-kaca dan siap untuk mengeluarkan cairan bening. Matanya memanas dan merah.

"Rin, Lo?"

"Pas gue dirumah Raka, Rendy ada di sana."

Pening dikepala Airin makin sakit ditambah tubuhnya yang semakin lemas. Tubuhnya bergetar hebat, ia ambruk dan tak sadarkan diri.

***

Rivan merasa akhir-akhir ini terlalu banyak masalah yang menimpa dirinya. Tidak ada satu haripun dimana ia bisa tenang tanpa berpikir banyak hal. Pertama, ia memikirkan Airin. Gadis itu dengan mudahnya tidak membawa Raka ke jalur hukum.

Bahkan Airin tidak menceritakan apa yang terjadi selama empat hari disana. Rivan makin frustasi, ia tidak bisa menebak-nebak. Ia merasa gagal, gagal menjadi cowok untuk Airin.

Hubungan ayah dan anak antara Sanjaya dan Airin pun tidak berjalan dengan baik. Ada saja masalah yang membuat hubungan keduanya semakin renggang. Airin juga aneh semenjak di rumah sakit.

Rivan jadi mengingat isi diary yang sempat ia baca secara acak. Rivan jadi berpikir untuk mengambilnya diam-diam dan membacanya secara keseluruhan. Dilihat dari bagaimana tertutupnya Airin, Rivan yakin bahwa hanya notebook itulah kunci dari semua pertanyaannya.

Rivan sangat menduga kalau Airin masih memiliki rahasia yang besar. Gadis seperti Airin harusnya memberi sedikit bebannya pada Rivan. Rivan merasa tidak ada gunanya sebagai tunangan.

Jika kalian bertanya, apakah Rivan menyukai Airin?

Sepertinya, ya. Rivan juga tidak mengerti dengan perasaannya. Yang Rivan tau, ia harus menyayangi tunangannya itu. Pertanyaan yang selalu ada dibenak Rivan adalah apakah ia hanya menyayangi Airin karena Airin tunangannya?

Kalau iya, berarti Rivan tidak pernah mencintai Airin dengan tulus.

Adakah yang mau menjabarkan isi hati Rivan yang sebenarnya?

Pemuda itu merasa bimbang sekarang.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang