Dahi Meera mengerut tak paham. Sebenarnya ada apa? Mamanya ini sedang membahas apa? Sungguh Meera tak paham akan tujuan Mamanya itu.

"Kamu mau menurut sama permintaan Mama dan Papa?"

"Permintaan? Permintaan apa? Mama mau jodohin aku ya?"

"Iya."

"WHAT!!!" teriak Meera begitu histeris sampai Maya refleks mencubit paha mulus milik anaknya.

Masih dengan keterdiaman nya. Meera menatap Mamanya dengan dahi yang masih berkerut serta terkejut. "Ma pasti bohong 'kan?"

Maya malah menggelengkan kepalanya. Yang pasti hal itu membuat Meera kembali histeris.

"Meera udah duduk!"
"MEERA!!"

"Ma... Meera gak mau! Apa-apaan main jodoh-jodohin aja aku tuh masih muda, masih mau ngejar mimpi."

"Bisa dengerin dulu penjelasan Mama?" tanyanya. "Mama melakukan ini juga demi teman Mama. Dia sedang berjuang untuk penyakitnya. Teman Mama meminta Mama untuk menikahkan anak-anaknya, dan itu permintaan dia untuk terakhir kali kalau seandainya teman Mama itu udah nggak ada."

"Mama mau nikahin aku demi teman Mama, terus aku? Aku yang jadi bahannya gitu? Mama egois!"

"Mama gak egois. Ada bagusnya kamu menikah di usia muda, apalagi calon suami kamu juga sudah sangat mapan walaupun masih duduk di bangku perkuliahan."

"Tapi tetap aku gak mau, Ma!" putus Meera lalu pergi dari hadapan Mamanya.

•••

Fabian dan anggota geng Lion berkumpul dititik yang sudah ditentukan. Dihadapan mereka sudah ada geng Wolf.

Banyak yang membawa senjata tajam. Di mulai dari cerulit, golok sisir, golok, tongkat bass ball dan masih banyak lagi. Lion tidak pengecut untuk menghadapi Wolf yang begitu gila akan senjata tajam.

Ya, setiap kali disatukan dalam pertarungan. Wolf selalu siap sedia senjata tajam.

Fabian maju ke depan satu langkah. Menatap jajaran di depan sana dengan tajam. Wajah datarnya begitu menakutkan. Apalagi aura kejamnya nanti.

"Gue mau tanya dulu."
"Siapa orang yang udah kirim kotak yang isinya bangkai tikus dan pisau berlumuran darah ke rumah gue?"

Mereka terdiam dan saling pandang. Suasana di jalanan sepi ini begitu hening. Hanya ada hembusan angin yang menemani mereka.

"Banci gak? Banci gak kirim begituan?!" teriak Fabian dan disetujui anggotanya.

"GAK ADA YANG MAU NGAKU???"

"Gue kenapa?" pelan namun pasti membuat amarah yang ditahan Fabian menggebu. Salah satu anggota Wolf yang menjawab tadi menampilkan tampang meremehkan.

Fabian terkekeh kecil, lalu meludah pada aspal yang dingin itu.

Telunjuknya mengacung ke atas. Menandakan untuk anggotanya supaya siap ketika pertempuran di mulai.

"SERANG!!!"

Lion dan Wolf maju dan saling beradu. Fabian tidak mengarah pada ketua Wolf, tapi kali ini lelaki itu mengarah pada orang yang sudah membuat Mamanya kambuh.

MY KATING MY HUSBAND [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now