014. JACK

55.6K 3.5K 107
                                    

•••

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

•••

Fabian merutuki perkataannya kemarin malam. Ia sungguh menyesal telah mengatakan hal yang cukup menyinggung pada Meera. Karena amarah dan rasa kesalnya sampai tidak bisa ia kontrol.

Kini di hari Minggu yang begitu cerah, Fabian masih bergelung di selimut tebalnya. Maniknya menatap langit-langit dalam lalu tanpa sadar tubuhnya berbalik untuk melihat Meera yang masih tidur juga.

Seutas senyum terpatri dari bibirnya. Ada getaran hangat kala melihat raut polos serta lucu dari istrinya ini. Entah mengapa Fabian ingin sekali bermanja-manja seperti pasangan yang lain. Namun keinginannya itu selalu menolak sendiri, dan juga Fabian terlalu gengsi.

Walau sudah menikah hampir mau satu bulan, Fabian masih kekeh dengan pendiriannya. Tidak akan meminta hak sebagai seorang suami kepada Meera yang mungkin masih belum menerima dirinya serta tidak ada cinta diantara mereka.

Walau nafsunya juga sering kali menghantuinya, Fabian masih bisa bertahan. Lelaki mana yang tinggal satu atap dengan perempuan tapi nafsunya tidak terpancing?

Sudah puas memandangi wajah Meera. Lelaki itu bangkit dari tidurnya lalu menuju kamar mandi.

•••

"Maafin gue soal semalem," ucap Fabian kala menghampiri dapur untuk mengambil air di kulkas.  Kebetulan di sana sedang ada Meera yang tengah memasak makanan siang.

Meera menoleh. Menatap Fabian dari ujung kepala sampai kaki. Lalu kembali pada wajah suaminya yang begitu terlihat segar dan semakin tampan.

"Gak papa, maklum kok," ucapnya pelan. "Kita 'kan cuma dijodohin dan aku gak pantes buat atur-atur Kak Bian dalam hal apapun. Kemarin malam aku cuma khawatir aja lihat luka lebam ditubuh Kak Bian."

Sontak saja Fabian langsung diam. Ia merasa kurang ajar hingga Meera berkata seperti itu.

Kemudian lelaki itu lebih mendekatkan diri ke arah Meera yang kini masih sibuk memasak.

"Lo gak boleh bilang gitu, guenya aja kemarin malam lagi dikuasi amarah. Dan tanpa pikir gue bilang hal yang menyakitkan. Gue minta maaf, lo boleh atur gue kok, khawatirin gue, tapi lo juga harus tahu kapan waktunya ngomong dihadapan gue—"

"—emosi gue gak akan terkendali kalau lo terus nyerocos ngomong. Dan gue gak mau lo dijadiin lampiasan emosi gue."

"Ngerti 'kan maksud gue?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan perempuan itu.

Meera berbalik dan tersenyum tipis. "Aku ngerti kok, Kak... tapi kalau misal ada masalah, Kakak bisa curhat sama aku, jangan lampiasin ke hal yang negatif, apalagi yang kemarin. Jujur aku takut lihatnya,"

"Permasalahan gue bukan sekedar bahan curhatan. Dan lo gak akan mampu tolong hanya sekedar kasih saran doang."

"Gue cuma mau ingetin lagi, dunia yang gue pijak sekarang gelap. Bahkan gue gak mampu buat keluar saking nyamannya. Hadirnya lo mungkin masalah bagi gue, tapi gue bukan pengecut yang gak bisa tanggung jawab sama orang yang udah terikat dengan kata sah..."

MY KATING MY HUSBAND [SUDAH TERBIT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat