029. BERCOCOK TANAM

73.3K 3.2K 48
                                    

•••

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

•••

Sorot matahari menyoroti kedua insan yang masih setia menutup matanya. Selimut yang awalnya membungkus keduanya dengan erat, kini melorot menampilkan bagian atas tubuh mereka yang tidak memakai apa-apa.

Ya, sehabis Fabian berbicara ingin segera mempunyai Fabian junior. Meera menyetujuinya. Mendengar lampu hijau dari Meera, Fabian pun dengan tanpa ragu-ragu menyentuh Meera.

Ini semua sudah menjadi kemauan mereka berdua. Dan semoga, dengan hadirnya keluarga baru di antara mereka nanti, akan menambah suasana rumah menjadi ramai.

Meera menggeliat dengan mata yang mengernyit akibat sinar matahari yang menyorot tepat ke arah matanya. Ia bergerak untuk melihat suaminya, pipinya tiba-tiba panas kala kejadian semalam teringat kembali. Bagaimana gagahnya lelaki itu dan ucapan cinta serta sayang ketika mereka bermain, mampu membuat Meera melayang ke awang-awang.

Bakalan jadi gak ya? Batin Meera.

Suara erangan dari Fabian membuyarkan lamunan Meera. Kemudian perempuan itu menatap Fabian yang semakin mengeratkan pelukannya, bukannya apa ya. Tapi ini sungguh deg-degan sekali, rasanya jantungnya mau copot. Tubuh polos mereka berdua menempel, Meera masih merasa asing walau sudah dijamah tadi malam.

Meera melepaskan tangan besar Fabian yang memeluknya dengan perlahan. Dengan perlahan pula perempuan itu bangkit untuk duduk, selepas itu, Meera bangkit untuk mengambil pakaiannya yang berada di lantai. Lalu perempuan itu memakainya, ketika akan berjalan menuju kamar mandi rasa ngilu di area sensitif nya terasa.

Pelan-pelan Meera berjalan dengan mulut yang sesekali meringis kesakitan.

•••

Maya tersenyum masam ke arah anaknya yang baru saja keluar dari kamar. Tatapan wanita tua itu menelisik penampilan Meera yang berbeda dari kemarin. Namun kemudian, wanita tua itu tersenyum geli kala mendapati warna merah keungu-unguan yang berada di leher anaknya.

"Cieee yang abis ekhem!" Meera yang mendengar Mamanya berbicara seperti itupun sempat terdiam karena tak paham. Namun kemudian, di saat Mamanya menunjuk ke arah lehernya, wajah Meera langsung panas.

Antara malu dan kesal karena Mamanya mengejek. Ingat ini pengalaman baru yang pertama kali Meera rasakan.

"Mama mah..."

Maya tertawa. Lalu menghampiri sang anak yang duduk di kursi dapur. "Gak usah malu. Itu udah biasa bagi pasangan suami istri," ucapnya. "Semoga langsung jadi ya, Mama gak sabar deh gendong cucu."

"Doain aja."

Maya mengangguk. "Fabian belum bangun?"

"Belum. Kasihan, ngantuk kayaknya."

"Iyalah habis berkeringat."

"Mama omongannya ambigu banget!"

"Kenyataannya kan gitu," ujarnya dengan enteng. "Udah mending makan aja dulu, Mama mau ke rumahnya Pak RT dulu, kalau suami mu udah bangun suruh makan."

MY KATING MY HUSBAND [SUDAH TERBIT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum