035. KEANEHAN FABIAN

33.9K 2.4K 72
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Fabian mondar mandir dari ruang tengah menuju dapur, lalu kembali lagi ke ruang tengah dan ke dapur lagi. Berulang kali lelaki itu lakukan. Entah kenapa dan apa yang diperbuat lelaki itu. Gabut kah? Tapi tidak, nyatanya wajah lelaki itu seperti menginginkan sesuatu, tapi tidak tahu bagaimana caranya untuk meminta.

Setelah terdiam lama di ruang tengah, lelaki itu kembali berjalan ke arah dapur untuk menemui istrinya yang tengah memasak. Beruntung sekarang adalah hari libur, jadi mereka berdua bisa menikmati waktunya berduaan yang sebelumnya disita oleh kesibukan.

"Meer..."

Meera yang tengah menumis itu menoleh ke belakang, tak lupa mematikan kompornya karena masakan sudah jadi. "Apa?"

Raut wajah Fabian nampak gelisah. Menggigit kulit area dalam bibirnya dengan erat, air liurnya entah mengapa seperti ingin jatuh saja. Dan di lidahnya pun Fabian merasakan ada rasa semacam asam. Mendekat ke arah Meera, lalu meletakkan kepalanya di pundak istrinya. Meera mengelus surai milik suaminya lembut.

"Ada apa Kak?"

"G-gue pengen rujak, Meer." Meera terdiam sesaat. Rujak katanya? Kenapa tidak bilang dari tadi, dan kenapa juga Fabian harus menampilkan wajah yang begitu gelisah. Tapi tumben, lelaki itu meminta rujak.

"Rujak? Tumben banget Kak."

Posisi lelaki itu kembali seperti semula. Menatap Meera dengan memohon. Lidahnya sudah tidak karuan lagi, rasanya ingin segera memakan buah mangga yang masam itu. "Ayo buatin."

"Oke tunggu."











Beberapa menit kemudian, Meera sudah membuatkan rujak untuk suaminya. Meera membawa kedua wadah yang berbeda isi ke ruang tengah. Tapi, suaminya itu malah tertidur. Sangat pulas lagi. Dibangunkan takut marah, tapi jika tidak dibangunkan bagaimana nasib rujak ini.

"Kak... bangun," ujar Meera sembari menepuk pelan pipi suaminya. "Katanya mau rujak, nih aku udah buatin. Ayo bangun,"

"Kak..."

Merasakan elusan serta tepukan ringan dari tangan halus. Lantas Fabian mengerjapkan matanya, setelahnya mata itu terbuka dengan sempurna. "Ini katanya mau rujak."

Lelaki itu menatap kedua wadah tanpa minat. Jika tadi Fabian sangat menginginkan rujak, tapi setelah ada rujak itu malah ditatap dengan tanpa minat. Apa terlalu lama membuatnya, sehingga Fabian marah dan tidak mau memakan rujak buatan Meera? Atau karena faktor dia ketiduran hingga lupa akan keberadaan rujak yang tengah dibuat istrinya?

"Kenapa cuma dilihat doang?"

Mengalihkan pandangan menuju netra istrinya. "Sorry, gak jadi." Tiga kata itu membuat Meera menggeleng heran.

•••

"Gue keluar ya, hati-hati di rumah." Meera mengangguk. Ia penasaran dengan barang yang dibawa Fabian. Sebuah tas yang isinya sampai penuh, tapi entah apa isi barang tersebut.

MY KATING MY HUSBAND [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang