My Ice Prince - 6

6.4K 656 12
                                    

你们好!

Gimana kabar kalian hari Senin ini? Semoga tetap semangat ya dan juga selalu sehat pastinya

Btw hari ini aku UTS dan mungkin beberapa di antara kalian juga seperti itu, semoga dilancarkan ya aamiin...

Happy reading

💚💚💚

Shaeron melangkahkan kakinya dengan riang gembira, sudah lama rasanya ia tidak berjalan kaki sepulang sekolah seperti ini.

Dulu saat ­Eomma dan Appanya masih bersama, mereka selalu menjemput Shaeron sepulang sekolah lalu mereka akan berjalan bertiga menuju taman untuk sekedar membeli es krim.

Namun segalanya sudah lenyap sejak Appanya memutuskan untuk meninggalkan dirinya dan Eommanya demi wanita lain. Dirinya tak menyangka Appa yang sangat dia banggakan tega meninggalkannya.

Shaeron tersenyum lembut, karena Appanya pergi maka Eommanya memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan meninggalkan Korea Selatan, tempat kelahirannya juga di mana ia dibesarkan

Shaeron berdarah Korea Selatan dari sang Appa dan Indonesia-Jerman dari sang Eomma, namun fisiknya hampir seratus persen meniru Appanya yang asli orang Korea Selatan. Mereka tidak bisa tinggal di Korea Selatan karena semua kenangan Eomma dan Appanya ada di sana.

Hidup di negara yang tak pernah Shaeron tinggali sebelumnya sangat sulit untuknya, apalagi saat itu Shaeron baru berumur tujuh tahun. Namun melihat Eommanya bekerja keras untuk hidup mereka membuat Shaeron belajar bahwa hidupnya sempurna meskipun hidup hanya dengan seorang Ibu.

"Cantik" suara itu membuat Shaeron menoleh dan menemukan dua orang bertubuh gempal sedang menatapnya dengan smirk yang membuat Shaeron mengerutkan keningnya.

"Kenapa Om? Gue tau gue cantik" katanya sebelum berlalu namun kedua orang itu malah menutup jalannya, membuat Shaeron melotot.

"Duit? Nggak punya duit gue" kata Shaeron yang membuat kedua orang di depannya tersenyum kejih.

"Kalau nggak punya duit bisalah puasin kita malam ini" kata salah satu di antaranya membuat Shaeron berdecak.

"Lo berdua nggak punya duit buat sewa pelacur?" kesal Shaeron yang membuat kedua orang di depanya itu terkekeh sinis.

"Kalau ada yang gratis kenapa harus bayar?" dan Shaeron melotot saat seorang di antara mereka menarik kuncir rambutnya hingga rambut pendeknya tergerai.

"Kurang ajar ya kalian" Shaeron meludah yang membuat dua orang di depannya marah.

Kedua orang itu berusaha menyentuh tangan Shaeron namun gadis itu dengan segera menendang perut keduanya sebelum mendaratkan pukulan beruntun di wajah mereka.

Kedua orang bertubuh gempal dengan tato di kedua tangannya itu melotot kesal, bisa-bisanya mereka sudah kena pukul sedangkan gadis kecil di depannya masih berdiri dengan tegap siap menyerang mereka seperti singa?!

"Maju kalian kalo berani!" kesal Shaeron yang membuat keduanya mencoba melayangkan pukulan kepada Shaeron tanpa peduli bahwa musuh mereka adalah seorang gadis berseragam SMA.

Bug... bug... bug...

Tiga pukulan mengenai pelipis, hidung, dan pipi Shaeron, membuat kedua orang itu tertawa puas saat Shaeron jatuh terduduk, meski begitu Shaeron malah terkekeh sinis.

"Cuma segini pukulan kalian? Kalian preman apa banci?!" dan ucapan Shaeron bersamaan dengan tubuh gadis itu yang sudah kembali berdiri tegak.

Menyeka sudut bibirnya yang berdarah dengan santai, Shaeron segera maju untuk memukul kedua lawannya secara bersamaan hingga keduanya tumbang tanpa perlawanan.

"Kalian salah lawan, Bung. Gue Shaeron Lee, atlit taekwondo SMA Taruna Bangsa, yakin masih kuat lawang gue?" kata Shaeron dengan senyum mematikannya sebelum menyeka pelipisnya dan ada darah di sana.

"Kalian ini bikin gue susah, entar Mak gue marah lihat muka gue bonyok begini!" bukannya pergi Shaeron masih sempat-sempatnya memarahi dua orang yang sudah lemas itu.

Shaeron melotot saat salah seorang di antara mereka memanggil kawannya hingga beberapa laki-laki bertubuh sama gempalnya datang, membuat Shaeron mengumpat.

"Shit! Kalian bener-bener banci ternyata" kesal Shaeron sebelum mengambil tasnya yang tergeletak di aspal dan berlari menjauh.

Tenaga Shaeron sudah habis untuk menghabisi kedua orang itu dan dia yakin dia akan kalah jika melawan sekitar empat orang lagi. Lebih baik sisa tenaganya itu ia gunakan untuk melarikan diri.

Duerrr...

"젠장! (Sialan!)" teriak Shaeron kesal saat hujan mulai turun membasahi tubuhnya.

Shaeron kesulitan melihat jalan di depannya karena wajahnya terkena air hujan. Dia pun merasa akan sulit mencari pertolongan mengingat jalanan itu sangat sepi dan sedikit gelap.

Shaeron menyumpahi kebodohannya, bagaimana bisa dia tidak berfikir untuk mencari jalan pulang lain. Seharusnya dia tau pulang larut melalui jalan sepi itu sangat berbahaya meskipun ia cukup mahir beladiri.

"Goblok banget sih lo, Le, otak lo udah pindah ke dengkul ya?!" Shaeron terus menggerutu dalam pelariannya, bahkan ia mengacuhkan pentir yang terus bersautan. Untungnya dia sama sekali tidak takut dengan hal-hal semacam itu.

Shaeron melihat tak jauh di depannya ada sebuah mobil yang menyala namun berhenti. Shaeron mempercepat larinya, ini adalah satu-satunya hal yang dapat membantunya.

"Woi jangan kabur!" suara itu terus bersautan, membuat Shaeron kesal.

"Kalian gabut ya sampek ngejar gue?!" teriak Shaeron dengan tawa renyahnya membalas beberapa orang di belakang tubuhnya yang masih setia mengejar.

Setelah sampai di sebelah mobil itu, Shaeron segera menggedor kacanya dengan brutal karena orang-orang yang mengejarnya sudah semakin dekat.

"WOY TOLONGIN GUE!" teriak Shaeron saat orang di dalam sana tak kunjung membuka kaca mobilnya. Bisa mati dia kalau orang itu tak segera membuka pintu mobilnya.

Saat kaca itu sudah mulai turun Shaeron segera mengulurkan tangannya untuk membuka kunci pintu dari dalam. Setelah terbuka Shaeron segera meloncat masuk begitu saja tanpa melihat siapakah yang ada di dalam sana.

Shaeron menoleh ke samping dan menatap si supir kesal karena bukannya melajukan mobilnya laki-laki itu malah menatap dirinya dengan tatapan tajam miliknya.

"Jalan cepetan!" Shaeron pun berucap yang sama sekali tak dipedulikan laki-laki itu.

"Oi lo budeg?!" kesal Shaeron seraya menatap ke belakang mobil itu, "빨리! (Cepetan!) 죽을래?! (Mau mati lo?!)" lanjutnya yang membuat si lelaki ikut menatap ke belakang mobilnya meskipun tak mengerti apa yang diucapkan Shaeron.

"Gue jelasin nanti, yang penting kita pergi dulu dari sini" kata Shaeron yang berhasil membuat laki-laki itu melajukan mobilnya menjauhi orang-orang yang mengejarnya.

💚💚💚

Gimana part ini? Kalau suka jangan lup vote and commentnya dong ya

Jangan lupa juga baca Valerie George

See you soon

Much love💚
Catur Okty Effendy👰🏻
2 November 2020

My Ice Prince✔Where stories live. Discover now