42

641 46 23
                                    

" Hannie unnie sama Suny unnie cantik ya mas. " ujar ku saat aku duduk bersebalahan dengan mas Juna yang tengah memangku Nata sembari kami berdua memandang Gege dan dan Laoshi beserta istri mereka masing - masing.

Acara pernikahan Laoshi dan Hyunbin memang baru saja selesai. Dan kini hanya tinggal teman - teman terdekat dari Hyunbin, Laoshi dan juga keluarga dari mereka berdua. Sehingga tak terlalu banyak orang lagi sekarang. Membuat aku bisa bernafas sedikit lega karena sekarang sudah tak terlalu banyak orang seperti tadi saat acara sedang berlangsung.

" Enggak. Biasa aja tuh. " sahut mas Juna datar dan membuat ku memalingkan wajah ku untuk menatap dirinya.

" Kok biasa aja? Cantik gitu kok. Lagian Suny unnie ada turunan dari Jepang lho mas. " ucap ku memberitahu dirinya dan di balas mas Juna dengan hanya berucap ooh. Apalagi aku tau jika mas Juna dari dulu menyukai waifu dan loli kuncir dua.

" Ooh. " sahutnya singkat sejenis tak perduli dengan ucapan ku barusan.

Hannie dan Suny memang meminta ku dan Irene untuk memanggil mereka berdua dengan panggilan unnie. Sedangkan mas Bejo, Reihan dan mas Juna di minta untuk memanggil mereka dengan sebutan noona. Sama seperti Dirga yang terbiasa memanggil mereka dengan sebutan seperti itu.

" Kok ooh doang sih. " protes ku atas sahutannya pada ku saat ini.

" Ya memang mas harus gimana. Mereka berdua emang gak menarik bagi mas. Terus mau apa lagi. " ucap mas Juna dingin dan datar. Sama sekali tak terlihat tertarik. Dan membuat ku di landa kebingungan dan rasa penasaran yang tinggi.

" Cuma begitu mas? Ooh doang? " tanya ku lagi.

" Ya terus gimana, sayang? Mas harus apa memang? " tanya mas Juna balik pada ku dengan membalas ucapan ku.

" Jepang lho mas? Jepang. Mas kan biasanya suka sama anime sama waifu. Segala loli kuncir dua. Ini mumpung ada orangg turuan Jepang juga mas. Kenapa malah bilang biasa aja? " ujar ku tetap tak mengerti dengan sikap tak perdulinya ini.

" Biasa aja Des. " jawab mas Juna lagi dan berhasil membuat ku tertegun.

" Tumben. Kok gitu? Padahal cantik lho. Aku yang cewek aja ngakuin kalo mereka berdua cantik banget. Aku iri lho mas sama mereka. Cantik - cantik banget. Dedes sekarang udah gak bisa secantik mereka. Udah punya buntut kan. " kali ini aku benar - benar bingung dengan dirinya. Seakan - akan mas Juna yang dulu dan mas Juna yang berada di samping ku saat ini adalah dua orang yang berbeda.

" Di banding mereka berdua, atau loli kuncir dua kesayangan mas dulu. Kamu gak bisa di bandingkan sama itu semua. Kamu tetep wanita tercantik buat mas sekarang. Jadi gak usah bilang wanita lain cantik di depan mas. Gak ngaruh Des. " ujar mas Juna panjang lebar seraya memandang ku lekat.

" Lagipula, kamu udah sempurna buat mas. Mas gak perlu yang lain. Mas udah bersyukur ada kamu. Mau kamu punya buntut berapa pun tetep aja kamu adalah Desyca. Istrinya mas. " tambah dirinya lagi. Dan berhasil membuat ke dua pipi ku bersemu merah akibat ucapan dirinya yang tiba - tiba manis seperti ini.

" Ck. Nyebelin ih. " runtuk ku pada dirinya sambil menahan malu.

" Nyebelin? Iya? Tapi kenapa pipi mu merah Des? Hm? " goda mas Juna pada ku, sembari mencubit pipi ku pelan.

" Tau ah. " rajuk ku karena dirinya berhasil membuat ku merona dan malu seperti ini. Dan ulah ku yang merajuk ini berhasil membuat mas Juna tertawa renyah. Bahkan sampai membuat Mas Bejo, Reihan, Irene dan Dirga memandang ke arah kami bertiga.

" Kangen gue sama ketawa mas bantet. Udah lama gak liat ketawa mas Juna kayak gini. " ujar Dirga tanpa sadar bicara di depan Reihan, mas Bejo dan Irene beserta Anna. Anak Reihan dan Irene.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now