07

1.5K 85 4
                                    

Rumah berlantai tiga dan bercat putih juga abu – abu ini terlihat amat sangat mewah. Dan begitu aku juga mas Juna memasuki rumah ini, semua furniture sudah tertata rapi. Mas Juna juga mengatakan jika di sini ada delapan buah kamar selain kamar pembantu, yang mana salah satunya sudah di jadikannya sebagai ruang kerja untuk aku dan juga dirinya nanti. Apalagi kami berdua memang bekerja. Dan aku sama sekali tak mempermasalahkan keputusannya itu.

" Di lantai satu, cuma ada satu kamar buat orang yang nanti beres – beres rumah, dua kamar tamu, Dapur, dan segala kehidupan kita semua ada di lantai ini. Sedangkan enam kamar sisanya ada di atas. " ujarnya mengagetkan diri ku yang sedang terpaku di depan pintu masuk.

Bahkan dirinya sudah memikirkan sebuah kamar khusus untuk anak – anak kami bermain. Kini dirinya memeluk tubuh ku dari belakang dengan erat dan melingkarkan kedua tangannya di perut ku.

" Bagus banget ini mas. " ucap ku terharu dengan hadiah yang di berikan oleh dirinya kali ini. Apalagi aku tau jika dirinya membeli rumah ini dengan hasil kerja keras dirinya, tanpa bantuan siapa pun. Termasuk ke dua orang tuanya.

" Liat – liat yuk. " ajak mas Juna melihat – lihat lantai satu ini.

" Mas emang mau make asisten rumah tangga ya? " tanya ku mulai beranjak untuk berjalan berkeliling lantai satu mengikuti langkah mas Juna.

" Hm. Iya mas pengen make asisten rumah tangga satu orang. Gak usah nginep di sini kalau kamu gak mau dia nginep nanti. Buat beres – beres rumah kita aja kok. Mas gak mau kamu yang beresin. Lagian kita berdua kan kerja. Mana mungkin mas tega nyuruh kamu yang beresin rumah lagi. " ucapnya membalas perkataan ku sembari berfikir tentang kesibukan kami berdua nanti setelah kami berdua sibuk bekerja.

" Gak usah aja deh ya mas? Aku agak kurang suka ada orang asing di rumah. Biar aku aja yang beresin rumah nanti. " ujar ku mencoba mengeluarkan sedikit pendapat ku padanya.

" Ya udah kalo kamu gak mau. Gak papa. Nanti biar kita beresin rumahnya barengan aja. Pokoknya mas gak mau kamu yang beresin rumah sendirian tanpa mas bantu. " ujarnya begitu saja tanpa membahas keberatan ku akan adanya asisten rumah tangga di rumah ini nanti.

" Mas gak marah gitu sama aku? "

" Kok marah? marah kenapa memangnya? " tanya nya dengan kening berkerut karena bingung.

" Aku nolak permintaannya mas buat ada asisten rumah tangga di sini. " ujar ku menyahut ucapan darinya.

" Enggak lah. Ngapain juga mas marah cuma karena masalah itu. " sahutnya tertawa.

" Kirain mas bakal marah karna aku nolak. Di lantai atas ada apaan emang mas? " tanya ku mencoba mengalihkan pembicaraan antara aku dan mas Juna ini.

" Di atas cuma ada kamar tidur, kamar kerja kita berdua dan kamar main buat anak – anak kita nanti. Mau liat Des? " tanya mas Juna sembari mengajak ku ke atas.

Aku pun menganggukkan kepala ku menyetujui ucapan mas Juna. Apalagi aku juga sudah puas berkeliling lantai satu yang memang sudah siap huni ini.

*****

" Ini kamar kita Des. " ucap mas Juna begitu dirinya membuka sebuah kamar. Dan begitu aku melihat ke dalam. Aku langsung di buat tertegun karenanya.

Aku benar – benar terkejut dan terpesona. Pasalnya, dekorasi kamar kami berdua benar – benar amat bagus dan sangat luas. Bahkan di salah satu pojok kamarnya sudah di katakan mas Juna akan menjadi tempat aku mengurus anak – anak kami nanti. Aku benar – benar terharu dengan dirinya yang pasti harus bersusah payah membeli rumah ini.

" Ini? kamar kita mas? Segede gini mas? " tanya ku terpaku dengan isi kamar ini.

" Iya. Gimana? Suka gak? Kalo kamu gak suka, ngomong aja ya? Biar mas langsung renovasi. Pokoknya, yang kamu suka gimana, kita bikin kayak gitu. " ujarnya seraya mengelus rambut ku lembut penuh kasih sayang.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now