05

2.3K 100 26
                                    

Kami berdua baru saja selesai melakukan aktivitas suami istri kami untuk ke dua kalinya di dua tempat yang berbeda. Dan ingatkan aku bagaimana susahnya aku untuk tak berteriak atau pun mendesah terlalu keras karena ku ingat jika tak hanya ada kami berdua di dalam rumah ini.

Apalagi aku juga tak menahan erangan ku dengan mengubur wajah ku di tubuh mas Juna seperti saat pertama kali kami melakukannya di rumah ku dan menyebabkan tubuh mas Juna sedikit terluka karena ulah bibir dan tangan ku.

Walau pun mas Juna mengatakan tak akan apa - apa jika aku berteriak atau mengerang nyaring karena di lantai dua ini hanya ada kami berdua, tapi tetap saja aku tak berani untuk mengambil resiko itu. Aku lebih memilih untuk menahan erangan ku dengan mengigit bibir ku sedikit keras. Dan ulah ku ini berhasil membuat mas Juna sedikit marah karena aku justru malah menyakiti diri ku sendiri.

" Udah mas bilang kan? jangan gigitin bibir mu kayak gini. Malah luka gini kan jadinya. " tegur mas Juna sembari mengusap bibir ku dengan perlahan dan hati - hati, karena dirinya tak ingin tambah menyakiti bibir ku yang bengkak dan luka karena ulah ku sendiri.

Kini dirinya tengah berbaring di samping ku sambil menghadap ke arah ku yang juga sedang menghadap dirinya. Sehingga posisi kami berdua saat ini saling miring dan berhadapan.

" Gak papa kok. Lagian ini cuma luka kecil dikit aja kok mas. " ujar ku tak ingin membuatnya khawatir seraya menikmati usapan jari jemarinya di bibir ku.

Dirinya yang tau bahwa aku menikmati ulahnya pun tetap saja mengusap bibir ku berkali - kali dengan sorot mata yang masih saja terlihat agak khawatir.

" Luka kecil tapi kalo kebiasaan malah akan terus - terusan luka. Kemaren aja kamu susah makan kan gara - gara kamu gigitin bibir mu. Sekarang malah di gigit lagi. " gerutunya dengan memandang ku tajam.

Aku pun mengulurkan salah satu tangan ku untuk mengelus pipi kenyalnya dengan tetap mengatakan bahwa aku tidak apa - apa.

" Tetep aja mas khawatir Des. " tambahnya pada ku seakan mengerti apa arti elusan tangan ku di pipinya.

" Serius deh, bibir ku gak apa mas. " sahut ku merangsek mendekatkan wajah ku ke wajah mas Juna dan aku mulai mencium bibir mas Juna.

Ini kali pertama aku yang maju untuk mencium bibirnya tanpa pancingannya terlebih dahulu. Namun mas Juna sama sekali tak membalas ciuman ku kali ini. Dirinya mengatupkan bibirnya dengan rapat tanpa melakukan apa - apa.

Dan jujur saja, ini membuat ku kebingungan dan aku segerapa melepaskan ciuman kami berdua dan memandangnya tepat di ke dua manik matanya dengan pandangan bertanya pada dirinya. Apalagi aku tau jika mas Juna adalah orang termesum yang ku temui.

" Kok? " tanya ku bingung perihal dirinya yang tak membalas ciuman ku saat ini.

" Mas takut nyakitin kamu kalo mas balas ciuman mu. " ujarnya pelan dan membuat ku tertawa. Aku pun kembali mengecup bibirnya duluan untuk ke dua kalinya, dan kali ini mas Juna benar - benar membalas ciuman ku dengan hati - hati dan perlahan. Dan membuat bibir ku sedikit basah karena ulahnya.

*****

" Apa mas menyakiti mu lagi kali ini? " tanya mas Juna sembari memeluk pinggang ku dengan posesif menggunakan salah satu tangannya yang ku jadikan tempat ku merebahkan kepala ku.

Sedangkan salah satu tangannya yang lain di letakkannya di bawah kepalanya. Sehingga ke dua tangannya kini menjadi penyangga kepala untuk kami berdua.

" Menyakiti apa? " tanya ku bingung.

" Bagian bawah tubuh mu. Apa mas menyakiti kamu lagi kayak kemarin saat pertama kali kita ngelakuinnya? " tanya dirinya seraya mengecup kening ku yang lembab dan sedikit berkeringat karena aktivitas kami tadi.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum